KOMPONEN YANG DIANALISIS
ASPEK YANG DIANALISIS HASIL AKHIR
• Faktor Lingkungan yang
berperan pada pertumbuhan dan kepadatan Populasi
nyamuk Aedes aegypti
• Kepadatan Jentik dan
Populasi nyamuk Aedes aegypti terhadap iklim dan
vegetasi
• Manfaat pengelolaan
Sanitasi Lingkungan dalam mewujudkan PHBS
• Penyebaran penyakit DBD
berdasarkan orang, tempat dan waktu.
• Kualitas sanitasi
permukiman •
Angka kasus baru dan angka kematian
Model pencegahan
berbasis lingkungan
terhadap penyebaran
penyakit DBD •
Lingkungan o
Iklim o
Temperaturkelembaban o
Curah hujan kecepatan angin
o Kualitas Udara
• Vektor
o Kepadatan jentik
o Kepadatan nyamuk
dewasa Aedes aegypti •
Manusia o
PHBS o
PSP DBD •
Penyakit DBD
Gambar 9. Skema konsepsi penelitian
3.5. Tahapan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap secara sekuensi tahapan penelitian dideskripsikan dengan rinci sebagai berikut:
1. Tahapan Pertama:
Pada tahapan pertama dialakukan analisis keempat komponen sebagai faktor yang berperan pada pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran
penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. a.
Komponen lingkungan dinilai dan dianalisis perannya terhadap perubahan dan kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti. Ada dua
faktor yang memberikan kontibusi perubahan, yaitu: Iklim dan Vegetasi. Faktor iklim terdiri dari: suhu, kelembaban, temperatur, curah hujan,
dan kecepatan angin. Vegetasi yang dapat digunakan pencegahan aktivitas nyamuk disekitar lingkungan manusia dalam bentuk reppelent
tanaman penolak dan attractant penarikperangkap serangga.
b. Komponen vektor dinilai dan dianalisis tingkat kepadatan jentik dan
nyamuk dewasa untuk mengetahui perbedaan fluktuasi kepadatan jentik dan nyamuk dewasa terhadap iklim dan vegetasi.
c. Komponen manusia dinilai dan dianalisis konsistensinya dalam
mewujudkan PHBS dengan melihat manfaat ekonomi dari pengelolaan sanitasi lingkungan. Model penilaian manfaat ekonomi total Total
Economic Valuation TEV adalah menggunakan model valuasi ekonomi.
Untuk menghasilkan pilihan akurasi tindakan dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI
Jakarta. Hasilnya adalah suatu model terpilih yang membandingkan antara pencegahan berbasis lingkungan dengan tidak berbasis
lingkungan dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta.
d. Komponen penyakit DBD dinilai dan dianalisis berdasarkan variabel
orang, tempat dan waktu sehingga dapat diketahui keterkaitan faktor yang dapat menjadi potensial dalam penyebaran penyakit DBD.
2. Tahapan kedua
Pada tahapan kedua dilakukan analisis keterkaitan antara faktor secara sistem dengan menganalisis keterkaitan keempat kelompok dan dengan menilai
faktor potensial penyebaran penyakit DBD yang dihasilkan untuk analisis tahap kedua. Pemilihan faktor-faktor potensial penyebaran penyakit DBD
pada masing-masing komponen tersebut ditetapkan sebagai suatu pilihan model yang perlu diuji keterkaitannya dalam suatu sistem. Pembuktian
keterkaitan ini akan dikaji melalui analisis kesisteman, yaitu model sistem dinamis. Trend dan rate masing-masing komponen dinilai sebagai faktor
potensial yang mempengaruhi penyebaran penyakit DBD dan sistem keseluruhannya akan mempengaruhi pencegahan terhadap penyakit DBD.
Hasil akhirnya adalah model yang perlu dipertimbagkan dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD dari faktor kesisteman. Alat yang digunakan
untuk menganalisis ini adalah Powersim Constructor. Mengenai Hal yang berhubungan dengan skema tahapan penelitian lebih
lengkap tersaji pada Gambar 10.
Gambar 10. Tahapan dalam penelitian
Sistem dinamik powersim
Komponen Pencegahan
Penyebaran Penyakit DBD
Lingkungan
Vektor
Manusia
Penyakit DBD
Iklim
T P N TAN
Kualitas Sanitasi Lingkungan
PSP
Angka Angka
Temperatur Kelembaban
SLM Spot Survey
Faktor potensial Tempat Perindukan
Nyamuk TPN
ABJ NIRAHJ
PHBS
Analisis Deskriptif
Zona wilayah
DBD
Skenario dan validasi model pencegahan
Model pencegahan
Nilai manfaat
Budidaya Tanaman
Deskriptif
Pemeringkatan dan penstrrukturan elemen
penting AHP ISM
FGD
Strategi pencegahan
Total Economi Valuation
TEV
Model pencegahan
penyebaran penyakit DBD
BC
SPSS Deskriptif
Keterangan : TEV
: Total Economic Valuation
TPN : Tempat Perindukan Nyamuk
TAN : Tempat Aktifitas Nyamuk
SLM :
Single Larva Method ABJ NIRAHJ
: Angka Bebas Jentik, Nyamuk Istirahat RumahAngka Hinggap Per jam
PSP : Pengetahuan Sikap Perilaku
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
AHP :
Analytical Hierachy Process ISM
: Interpretative Structure Modelling
FGD :
Focus Group Disscussion
IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI DKI JAKARTA
4.1. Letak Geografi DKI Jakarta
Propinsi DKI Jakarta mempunyai luas wilayah 661.26 km
2
, jumlah penduduk 8.699.600 jiwa, kepadatan penduduk sebanyak 12.663 jiwakm
2
, laju pertumbuhan penduduk 0,18. Jakarta merupakan ibukota negara yang terletak
antara 6
o
12’ LS dan 56
o
45’ - 106
o
48’BT dan 7 m di atas permukaan laut BPS, 2005.
Batas wilayah DKI Jakarta sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah selatan dengan
Kabupaten Bogor, dan sebelah barat dengan Kabupaten Tangerang. Keadaan topografi wilayah DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah datar dan landai.
Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal antara 0 – 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok, sedangkan dari banjir kanal
sampai batas paling selatan dari wilayah DKI Jakarta antara 5 – 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu
tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 – 75 m.
Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial pada zaman Plestoscent setebal lebih kurang 50 m. Bagian Selatan terdiri dari lapisan
aluvial yang memanjang dari Timur ke Barat pada jarak 10 km sebelah Selatan pantai. Dibawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua. Kekuatan tanah
diwilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian lapisan keras diwilayah bagian Utara pada kedalaman 10 – 25 m. Makin ke Selatan
permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8 – 15 m. Wilayah DKI Jakarta termasuk tipe iklim C dan D menurut klasifikasi
Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2000 mm. Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata
per tahun 27
o
C dengan kelembaban antara 80 - 95. Temperatur tahunan maksimum 32
o
C dan minimum 22
o
C. Kecepatan angin rata-rata 11,2 km per jam.