V. HASIL PEMBAHASAN
5.1. Faktor-faktor yang Berperan dalam Pencegahan Berbasis Lingkungan
terhadap Penyebaran Penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta
Pada penelitian ini terlihat bahwa secara umum di Provinsi DKI Jakarta terjadi peningkatan kasus DBD secara periodik. Selain itu kasus DBD tersebut
memiliki kesesuaian dengan musim. Hal ini disebabkan pada kondisi tertentu, terutama pada musim hujan dapat terjadi peningkatan kasus DBD karena pada
musim hujan terdapat faktor lingkungan yang memberikan peluang optimal terhadap vektor serangga penular DBD untuk meningkatkan aktivitas dan
perkembangbiakannya.
5.1.1. Kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta
Data kasus DBD di masing-masing wilayah DKI Jakarta terdapat pada table 4. Pada table 4 tampak bahwa kejadian kasus DBD yang paling dominan terjadi
adalah di Wilayah Jakarta Timur 6.991 per tahun dan terendah di wilayah Jakarta Pusat 2.769 per tahun. Pada periode tahun 2004 jumlah kasus yang tertinggi
terdapat pada bulan Februari 7072 kasus, IR : 34, 26 dan yang terendah terdapat pada bulan November 256 kasus, IR : 1,24.
Tabel 4. Kasus DBD DKI Jakarta Tahun 2004
Bulan Jakarta
Selatan Jakarta
Timur Jakarta
Utara Jakarta
Barat Jakarta
Pusat Jumlah
Jan 452 437 282 245 209
1625
Feb 1486 2435 939 1265 947
7072
Mar 1364 2432 936 1333
987
7052
Apr 297 475 227 271
208
1478
Mei 141 249 117 112
83
702
Jun 122 191 83
106 71
573
Jul 112 180 67
87 54
500
Agst 73 134 66
49 46
368
Sept 54 95 42
44 46
281
Okt 62 115 40 46
42
305
Nov 44 96 47
44 25
256
Des 93 152 59
73 51
428
Jumlah 4300 6991
2905 3675
2769
20640
Sumber : Dinas Kesehatan DKI Jakarta 2005
50 Jumlah kasus DBD yang tinggi diwilayah Jakarta Timur menurut Sintorini
2005 antara lain disebabkan oleh peningkatan jumlah tempat perkembangbiakkan nyamuk TPN sehingga memberikan kecenderungan peningkatan populasi
nyamuk. Berdasarkan Tabel. 4 peningkatan kasus dalam setahun diwilayah Jakarta Timur terjadi pada bulan Februari 2435 kasus, IR : 34,83. Hal ini mungkin
berkaitan dengan jumlah curah hujan yang paling tinggi terjadi pada bulan Februari 18 mm per bulan dan persentase penduduk yang tinggi terdapat diwilayah Jakarta
Timur 28,34. Menurut Hasyimi, 1997 ada keterkaitan antara kepadatan vektor Aedes Aegypti p = 0,001 dengan peran serta masyarakat diwilayah Jakarta Timur
dalam melakukan pengelolaan sanitasi lingkungan pada tempat penampungan air TPA terutama dimusim hujan.
Jika dibandingkan pada kasus yang terendah diwilayah Jakarta Pusat 2769 kasus per tahun dan perssentase penduduk 10,31, penyebaran kasus DBD antara
lain sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi dan kemampuan masyarakat dalam mengelola air, karena air merupakan media awal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk
meletakkan telur dan melakukan perkembangbiakkan. Penyebaran kasus DBD tahun 2004 telah terjadi fluktuasi per bulan berdasarkan periode peralihan musim.
Menurut Harrington 2001 perilaku nyamuk Aedes aegypti terjadi peningkatan aktif mengikuti kesesuaian peningkatan kelembaban dan curah hujan.
Dari data yang terdapat pada Tabel. 4 penurunan kasus terjadi pada bulan April 1478 kasus, IR : 7,16 hingga pada jumlah kasus yang terendah pada bulan
November 256 kasus, IR : 1,24 dan kemudian meningkat kembali pada bulan Desember 428 kasus, IR : 2,07. Berdasarkan hasil analisis epidemiologi tidak
terjadi nilai absolut p = 0,049 kejadian kasus DBD dengan peralihan musim ketika pencegahan dini pada media air dapat menghambat laju peningkatan
peletakkan telur untuk perkembangbiakkan. Nyamuk Aedes aegypti. Gambaran mengenai jumlah kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta terdapat
pada Gambar 12. Kejadian kasus banyak terjadi pada wilayah yang keadaan lingkungannya sangat buruk dan peran partisipasi di dalam perilaku hidup bersih
dan sehat sangat rendah, contohnya pada Jakarta Timur terdapat di kecamatan Kramat Jati dan Cakung, sedangkan Jakarta Selatan yaitu kecamatan Pasar Minggu
dan Kebayoran Lama. Untuk wilayah-wilayah yang memiliki partisipasi untuk
51 melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan upaya partisipasi untuk perilaku
hidup bersih dan sehat memiliki kejadian kasus DBD yang relatif rendah seperti pada kecamatan Menteng dan kecamatan Gambir di wilayah Jakarta Pusat.
2905 3675
2769 6991
4300
Gambar 12 . Jumlah kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta
Fluktuasi kasus DBD tahun 2004 pada Gambar. 13 terjadi peningkatan kasus pada bulan Februari dan Maret sebagai peningkatan kejadian luar biasa KLB.
Dari grafik yang terdapat pada Gambar. 13, pendapat Sintorini 2005 mempunyai kesesuaian dengan hasil analisis epidemiologi yang menyatakan bahwa iklim
merupakan salah satu faktor yang memberikan keterkaitan terhadap kondisi optimal vektor untuk berkembang biak karena adanya peningkatan jumlah TPN
tempat perkembangbiakan nyamuk akibat pengelolaan air dan sampah yang tidak sesuai dengan sanitasi lingkungan.
52
500 1000
1500 2000
2500 3000
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agst
Sept Okt
Nov Des
Bulan Ji
w a
Jakarta Selatan Jakarta Timur
Jakarta Utara Jakarta Barat
Jakarta Pusat
Gambar 13. Grafik fluktuasi kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta Departemen Kesehatan, 2005
Berdasarkan grafik fluktuasi kasus DBD yang terdapat pada Gambar. 13 menurut Suhardiono 2002 bulan Oktober dan November merupakan periode
transisi sebelum musim penularan untuk meningkatkan pencegahan dini memasuki musim penularan pada bulan Desember karena pada musim penularan
terjadi peningkatan tempat perkembanganbiakkan nyamuk TPN. Hal ini menunjukkan pembuktian hasil analisis Lok, C.K 1985 yang menegaskan bahwa
peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti ditandai dengan peningkatan TPN. Dari pendapat Suhardiono 2002 dan Lok, C.K 1985 mempunyai konsep yang
sama dengan hasil analaisis epidemiologi berdasarkan orang, tempat dan waktu, yaitu adanya awal pusat penularan Episentrum pada pengelolaan lingkungan yang
menjadi tempat perkembangbiakkan. Berdasarkan hal tersebut menurut Fikri 2005 dan Suroso 2003 menegaskan bahwa peningkatan TPN menjadi salah satu
faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kejadian kasus DBD. Perkembangan kasus DBD tahun 2000 – 2006 yang terdapat pada Gambar 14, menunjukkan
peningkatan yang nyata pada tahun 2003, pada periode tersebut jumlah kasus melebihi dari keadaan biasa KLB. DKI Jakarta dinyatakan sebagai salah satu dari
8 provinsi KLB Nasional untuk penyakit DBD.
53
30000 24932
25000 23466
20000
Gambar 14. Grafik kasus DBD di Wilayah DKI Jakarta tahun 2000 – 2006
Berdasarkan Gambar. 14 pada tahun 2002 telah terjadi penurunan kasus DBD yang nyata dibandingkan pada tahun 2003. Hal ini mungkin disebabkan pada
periode tahun 2002 telah terjadi musibah Banjir di DKI Jakarta, keadaan ini menyulitkan nyamuk Aedes aegyupti untuk meletakkan telur karena tempat
penampungan air TPA telah digenangi air yang mengalir dengan deras. Meskipun kasus DBD tahun 2002 rendah tapi CFR cukup tinggi 0,9. Kseadaan ini selain
akibat terlambatnya masyarakat membawa kepelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan dini juga musibah banjir telah menimbulkan daya tahan
tubuh menurun terutama untuk mencegah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh lingkungan.
5.1.2. Peran Faktor Potensial pada Pencegahan Berbasis Lingkungan