15
2.2. Bioekologi Aedes aegypti
Menurut Harrington et al. 2001 Aedes merupakan nyamuk paling efektif untuk menularkan penyakit. Siklus hidup yang singkat, kebutuhan makanan yang
sedikit dan kemampuan untuk bertahan dalam kondisi kering dan suhu rendah pada stadium telur, memungkinkannya bertahan hidup untuk jangka waktu lama
di lingkungan yang tidak menguntungkan. Menurut Carcavallo 1995 siklus satu generasi Aedes aegypti adalah 15 hari pada suhu 27
C dan sembilan hari pada 28
C. Lebih lanjut menurut Taboada 1967 dan Oda et al. 1982 kemampuan bertelur dan penetesan tanpa mengenal musim menyebabkan nyamuk ini ada
setiap tahun di daerah tropis. Nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik, mendatangi daerah perumahan
untuk berkembang biak di berbagai genangan sekitar rumah dan memasuki rumah untuk makan atau istirahat. Aedes aegypti termasuk jenis Artropoda dari kelas
insecta, ordo Diptera, famili culicidae dan genus Aedes. Frekuensi curah hujan yang moderat dan penyinaran yang relatif panjang akan menambah kesempatan
terciptanya habitat perkembangbiakan bagi nyamuk vektor Christophers, 1960. Jarak terbang Aedes aegypti pada lingkungan urban hanya 25 - 100 m dan
tidak melebihi jarak 500 m, tidak jauh dari tempat bertelur dan sumber makanannya, yaitu keberadaan manusia. Seekor nyamuk betina rata-rata hanya
mengunjungi satu atau dua rumah, dan hanya 0,7 yang mengunjungi lima rumah. Nyamuk tertarik cahaya terang siang hari, pakaian berwarna gelap,
adanya manusia serta hewan. Daya tarik yang menyebabkan nyamuk mendekat ke manusia adalah CO2 yang keluar dari tubuh manusia, asam amino, suhu
lingkungan hangat dan kelembaban Gubler et al, 1979. Terjadinya ledakan dengue diakibatkan juga oleh perilaku menggigit
berulang nyamuk betina untuk melengkapi siklus gonotropik: agar setelah dibuahi oleh nyamuk jantan, telur menjadi matang dan dapat menetas. Nyamuk Aedes.
aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan sebagai makanan, sedangkan nyamuk betina lebih menyukai darah manusia. Nyamuk betina aktif pada siang hari
dengan dua puncak menggigit pada pukul 7.00 - 10.00 pagi dan pukul 15.00 - 17.00 sore. Nyamuk betina lebih banyak menggigit di dalam rumah daripada di
luar rumah Trips et al.,1973. Setelah menggigit nyamuk beristirahat dan
16 kemudian bertelur dalam waktu 20 - 36 jam Lardeux et al., 2002 atau dua
hingga tiga hari kemudian Cristophers, 1960. Telur diletakkan satu per satu dalam kelompok, berbentuk seperti sarang tawon dalam jumlah antara 100 - 300
butir untuk satu kali bertelur Christophers 1960. Masa hidup nyamuk Aedes rata- rata sekitar satu bulan dengan kemungkinan 15 kali bertelur sepanjang hidupnya .
Menurut Lok 1985 pemantauan kepadatan populasi Aedes aegypti dapat dilakukan dengan memeriksa 100 rumah di suatu daerah untuk menghitung indeks
jentik yang meliputi: house index persentase rumah ditemukannya jentik Aedes aegypti, container index persentase wadah positif terdapat jentik Aedes aegypti
dan breteau index jumlah wadah positif jentik Aedes aegypti per 100 rumah. Dalam suatu studi di Taiwan selama terjadi ledakan ditemukan rata-rata hanya
satu nyamuk dewasa betina per rumah. Angka ini dapat menjadi indikator batas minimal jumlah nyamuk Aedes aegypti untuk kasus ledakan. Faktor penting yang
mempengaruhi transmisi adalah perbandingan antara nyamuk betina infektif dan tidak infektif. Di Singapura rasio infeksi minimal pada Aedes aegypti 0,51 per
1000 dan pada Aedes albopictus 0,59 per 1000 nyamuk. Rasio ini dapat digunakan sebagai indeks untuk arboviral disease dalam kontak antara vektor infektif dan
kejadian pada manusia di luar rumah. Selain itu juga digunakan indeks jumlah nyamuk infektif per rumah. Indeks ini sering digunakan karena hubungan yang
erat antara rumah dan vektor. Jumlah virus yang menginfeksi betina per total jumlah betina yang ditangkap per jumlah rumah yang dikunjungi di tiga
perkampungan di India selama epidemik adalah 11520, 11825 dan 11832 Chan, 1971; Chen, 1995 dalam Gubler et al, 1979.
2.3. Penularan Demam Berdarah Dengue