Analisis Priorit 5 Faktor Penting yang Potensial untuk Pencegahan Berbasis Lingkungan

99 Tabel. 33.Nilai rataan global priority pada level V berdasarkan level II, level III dan level IV Kriteria Global Global Global Rataan Priority Priority Priority Global Bobot vel III Level IV Priority Level II Le L 0.047 0.045 0.038 0.043 M 6 8 0.15 0.155 0.144 0.152 N 0.21 0.228 0.234 0.227 O 0.114 0.106 0.093 0.104 P 0.47 0.473 0.497 0.480 IId 0.046 0.052 0.067 0.055 el 33 memperlihatkan bahwa nilai rataan prior vel V erdasarkan level II, level III dan level IV yang paling tinggi adalah faktor dan tujuan as Berdasarkan Struktur Modeling .2.2.1. Struktur Elemen Kunci dalam Model Pencegahan Berbasis antar ele erbasis lingkungan terhad sip yang terkait dalam pengembangan model pencegahan berbasis Jakarta penyakit Tab global ity pada le b law enforcement P dan monitoring dan pemberdayaan masyarakat N. Hal ini sejalan dengan hasil pembahasan matriks perbandingan lokal dan global sebelumnya yang juga menempatkan law enforcement P dan monitoring dan pemberdayaan masyarakat N sebagai faktor dan tujuan yang paling berpengaruh dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta.

5.2.2. Analisis Priorit 5

Lingkungan Terhadap Penyebaran Penyakit DBD Metode ISM digunakan untuk menganalisa keterkaitan dan ketergantungan men yang membentuk struktur model pencegahan b ap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta. Dari hasil diskusi ahli teridentifikasi empat faktor penting yang perlu dikaji, yaitu prinsip dalam pencegahan penyebaran penyakit, tujuan pembentukan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta, dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pencegahan penyebaran penyakit DBD.

1. Prinsip Dalam Pencegahan Penyebaran Penyakit DBD

Ada 3 prin lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI 100 DBD egahan Elemen Subelemen yang berbasis lingkungan baik langsung maupun tidak langsung, yang dijabarkan lagi menjadi 10 subelemen seperti terlihat pada Tabel 34. Tabel. 34. Elemen prinsip dalam pengembangan model penc berbasis lingkungan di Provinsi DKI Jakarta I. Pe 3. Data PHBS ngendalian 1. Berdasarkan data iklim 2. Data vektor II. Pencegahan 4. Pemberantasan sarang nyamuk jentik ovitrap gkungan cairpadat tanaman anti nyamuk 5. Pemantauan 6. Pemasangan III. Sanitasi Lin 7. Pengelolaan sarana air bersih 8. Pengelolaan limbah 9. Pemanfaatan potensi 10. Sikap pengelolaan lingkungan Gambaran dari masing-m ilai river power yang ada dapat berdasarkan pada Gambar 31. asing prinsip mengenai peringkat berdasarkan n d 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Prinsip-prinsip D riv e r Po w e r Gambar 31. Peringkat prinsip berdasarkan nilai driver power Berd al pada drive asarkan Gambar 31 nilai driver power prinsip tertinggi ad ah subelemen 7 atau pengelolaan sarana air bersih sedangkan yang memiliki nilai r power terendah adalah subelemen 1 data iklim dan 9 pemanfaatan potensi tanaman anti nyamuk. Interpretasi dalam bentuk hirarki disajikan pada Gambar 32 dan pada Gambar 33 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni 101 autonomous, dependent, linkage dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 2. Pada Gambar 32 terlihat bahwa elemen prinsip dalam pengembangan model pence alam penge gahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta adalah pengelolaan sarana air bersih, data vektor, pemberantasan sarang nyamuk, dan pengelolaan limbah cairpadat. Keempat prinsip ini berada di dalam sektor independent Gambar 33, yang berarti bahwa dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai peubah bebas yang mempunyai kekuatan penggerak besar namun tidak tergantung kepada sistem. Hal ini sejalan dengan Hasjimi dan Adisasmito 1997 yang mengemukakan bahwa pengelolaan sarana air bersih dengan menutup wadah air dan bak penampungan air serta menimbun limbah padat dapat menurunkan jumlah larva nyamuk dari 12 menjadi 6. Hasil analisis ini menggambarkan pendapat para ahli bahwa prinsip d mbangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta diawali oleh pengelolaan sarana air bersih, berarti diawali oleh perlunya strategi dalam pengelolaan tersebut. Kemudian diikuti oleh data vektor, pemberantasan sarang nyamuk, dan pengelolaan limbah cairpadat dimana dalam hal ini perlunya dilengkapi jumlah data-data vektor yang merupakan database dalam pencegahan penyebaran penyakit dan pemberantasan tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk termasuk juga pengelolaan limbah cairpadat yang merupakan penyebab munculnya tempat perkembang biakan tersebut. 102 Gambar 32. Diagram hirarki dari subelemen prinsip Prinsip la engembangan mode bersih dan sehat meny innya yang juga merupakan elemen kunci dalam p l pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta adalah data PHBS, pemasangan ovitrap serta sikap pengelolaan lingkungan. Selain mempunyai kekuatan penggerak besar, ketiga prinsip tersebut mempunyai ketergantungan besar pada sistem. Kajian atas kedua prinsip ini perlu dilakukan secara hati-hati karena setiap tindakan pada peubah yang ada dalam sektor linkage akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut. Data PHBS, pemasangan ovitrap serta perilaku hidup ambungkan empat prinsip di sektor independent dengan tiga prinsip yang berada di sektor dependent yaitu pemantauan jentik, data iklim, dan pemanfaatan potensi tanaman anti nyamuk. Hasil analisis ini memberikan makna bahwa ketiga prinsip yang terakhir sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar. Dalam pengembangan model pencegahan berbasis

7. Pengelolaan sarana air

bersih 2. Data Vektor

4. Pemberantasan sarang nyamuk

8. Pengelolaan limbah

cairpadat 3. Data PHBS

6. Pemasangan Ovitrap

5. Pemantauan jentik

1. Berdasarkan data iklim

9. Pemanfaatan potensi

tanaman anti

10. Sikap Pengelolaan

Lingkungan Linkage Independent Level 2 Level Dependent Level 1 Level 3 Level 4 5 103 lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta posisinya akan mengikuti prinsip lainnya yang berada di sektor linkage dan independent. 1, 9 2, 4, 8 3, 6, 10 5 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Gambar 33. Matriks DP-D untuk elemen prinsip erlu dicer ada di atas dua prins

2. Tujuan Dalam Pencegahan Penyebaran Penyakit

gan model pencegahan berba P mati bahwa posisi prinsip pemantauan jentik ber ip yang sama-sama pada sektor dependent, yang berarti bahwa kekuatan penggeraknya dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta relatif tinggi dibandingkan data iklim dan pemanfaatan potensi tanaman anti nyamuk yang berada pada posisi paling bawah, berarti bahwa hal ini dianggap relatif kurang perlu dibandingkan prinsip yang lainnya selama kegiatan dari prinsip tersebut dapat dilakukan dengan baik. Ada 5 elemen yang terkait dalam tujuan pengemban sis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta baik langsung maupun tidak langsung, yang dijabarkan lagi menjadi 20 subelemen seperti terlihat pada Tabel 35. 104 Tabel . 35. Elemen tujuan dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan di Provinsi DKI Jakarta Elemen Subelemen I. Tindakan pen nyamuk 2. Pemasangan ov yang berkaitan dengan cegahan 1. Pemanfaatan tanaman anti itrap 3. Mewujudkan budaya PHBS 4. Penegakan peraturan pengelolaan lingkungan II. Pengembangan budidaya tanaman anti nyamuk 6. patan tanaman anfaat III. Monitoring dan pemberdayaan masyarakat 9. an jentik mandiri pada masyarakat entik secara periodik t IV. Memasyarakatkan budaya PHBS hidup sehat V. Law Enforcement ungan dalam pengelolaan 20. lingkungan 5. Memberikan metode teknik penanaman Menciptakan kreatifitas penem 7. Menumbuhkan kesadaran tentang m tanaman 8. Menciptakan ekowisata Pemantau 10. Melakukan pemantauan j 11 Pemasangan ovitrap mandiri pada masyaraka . 12. Membentuk motivasi untuk bersikap promotif dan preventif terhadap keberadaan jentik 13. Meningkatkan partispasi pengelolaan sanitasi lingkungan 14. Menumbuhkan sikap PHBS sebagai budaya sehat 15. Menumbuhkan kemampuan mandiri dalam upaya 16. Mengembangkan kemampuan budaya PHBS pada masyarakat 17. Membentuk tanggungjawab masyarakat dalam pengelolaan lingk 18. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan lingkungan 19. Memberikan komitmen sosial dan konsekuensi hukum lingkungan Mewujudkan kondisi tertib hukum yang berwawasan ambaran dari masing-masin gkat berdasarkan nilai drive G g tujuan mengenai perin r power yang ada dapat dilihat berdasarkan pada Gambar 33. 105 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tujuan-tujuan D riv e r Po w e r Gambar 33. Peringkat tujuan berdasarkan nilai driver power Berdasarkan Gambar 33, nilai driver power tujuan tertinggi adalah pada subelemen 13 atau meningkatkan partisipasi pengelolaan sanitasi lingkungan, sedangkan yang memiliki nilai driver power terendah adalah subelemen 1 pemanfaatan tanaman anti nyamuk dan 5 memberikan metode teknik penanaman. Interpretasi dalam bentuk hirarki disajikan pada Gambar 42 dan pada Gambar 43 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 3. Dari Gambar 34 terlihat bahwa elemen tujuan dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta adalah meningkatkan partisipasi pengelolaan sanitasi lingkungan, pemantauan jentik mandiri pada masyarakat, menumbuhkan sikap PHBS sebagai budaya sehat, menumbuhkan kemampuan mandiri dalam upaya hidup sehat, membentuk tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan lingkungan, membentuk motivasi untuk bersikap promotif dan preventif terhadap keberadaan jentik, memberikan komitmen sosial dan konsekuensi hukum dalam pengelolaan lingkungan, serta mewujudkan kondisi tertib hukum yang berwawasan lingkungan. 106

12. Membentuk Motivasi

19. Komitmen Sosial Konsekuensi

Hukum 20. Mewujudkan Kondisi Tertib

4. Penegakan Peraturan

8. Menciptakan Ekowisata

6. Menciptakan Kreatifitas

Penempatan Tanaman

1. Pemanfaatan Tanaman Anti

Nyamuk 5. Memberikan Metode Teknik Penanaman Level 4 Dependent Level 1 16. Mengembangkan Kemampuan PHBS Linkage Independent Level 2 Level 3 Level 5 9. Pemantauan Jentik Mandiri 14. Menumbuhkan Sikap PHBS 15. Menumbuhkan Kemampuan Mandiri Level 6 18. Menumbuhkan Kesadaran Pengelolaan Lingkungan 17. Membentuk Tanggung Jawab Masyarakat

3. Mewujudkan Budaya PHBS

7. enumbuhka M n Kesadaran

10. Pemantauan Jentik Secara

Periodik 2. Pemasangan Ovitrap 11. Ovitrap Mandiri Pada Masyarakat

13. Meningkatkan Partisipasi Pengelolaan Sanitasi

Lingkungan Level 7 Gambar 34. Diagram hirarki dari subelemen tujuan Kesembilan tujuan berada di dalam sektor independent pada Gambar 34, yang berarti bahwa dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai peubah bebas yang mempunyai kekuatan penggerak besar namun tidak tergantung kepada sistem. Hal ini sejalan dengan Kasnodiharjo et al. 1997 yang 107 menyebutkan bahwa partisipasi pengelolaan sanitasi lingkungan dan sikap PHBS sangat sulit dirubah karena telah dianut dalam waktu relatif lama secara turun temurun, sehingga peningkatan partisipasi masyarakat sedikit saja dapat merubah secara nyata pada sanitasi lingkungan khususnya pada kesehatan masyarakat. Hasil analisis ini menggambarkan pendapat para ahli bahwa prinsip dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta diawali oleh meningkatkan partisipasi pengelolaan sanitasi lingkungan, berarti diawali oleh perlunya strategi dalam meningkatkan dan melibatkan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pengelolaan sanitasi lingkungan. Kemudian diikuti oleh pemantauan jentik mandiri pada masyarakat, menumbuhkan sikap PHBS sebagai budaya sehat, menumbuhkan kemampuan mandiri dalam upaya hidup sehat, membentuk tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan lingkungan dimana dalam hal ini sama dengan faktor sebelumnya dimana yang ditonjolkan adalah partisipasi masyarakat tapi pada subelemen atau tujuan yang berbeda. Tujuan lainnya yang juga merupakan elemen kunci dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta adalah penegakan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, menciptakan ekowisata dan mengembangkan kemampuan budaya PHBS pada masyarakat. Selain mempunyai kekuatan penggerak besar, ketiga tujuan tersebut mempunyai ketergantungan besar pada sistem. Kajian atas ketiga tujuan ini perlu dilakukan secara hati-hati karena setiap tindakan pada peubah yang ada dalam sektor linkage akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut. Penegakan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, menciptakan ekowisata dan mengembangkan kemampuan budaya PHBS pada masyarakat, menyambungkan sembilan tujuan di sektor independent dengan delapan tujuan yang berada di sektor dependent yaitu mewujudkan budaya PHBS, menumbuhkan kesadaran tentang manfaat tanaman, melakukan pemantauan jentik secara periodik, yang kemudian diikuti dengan pemasangan ovitrap, menciptakan kreatifitas penempatan tanaman, dan pemasangan ovitrap mandiri pada masyarakat 108 serta dilanjutkan dengan pemanfaatan tanaman anti nyamuk serta memberikan metode teknik penanaman. Hasil analisis ini memberikan makna bahwa kedelapan tujuan yang terakhir sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar. Dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta posisinya akan mengikuti prinsip lainnya yang berada di sektor linkage dan independent. 1, 5 2, 6, 11 3, 7, 10 4, 8, 16 9, 14, 15, 17, 18 12, 19, 20 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Gambar 35. Matriks DP-D untuk elemen tujuan Perlu dicermati bahwa posisi tujuan mewujudkan budaya PHBS, menumbuhkan kesadaran tentang manfaat tanaman, melakukan pemantauan jentik secara periodik, pemasangan ovitrap, menciptakan kreatifitas penempatan tanaman, dan pemasangan ovitrap mandiri pada masyarakat berada di atas dua tujuan yang sama-sama pada sektor dependent, yang berarti bahwa kekuatan penggeraknya dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta relatif tinggi dibandingkan pemanfaatan tanaman anti nyamuk serta memberikan metode teknik penanaman yang berada pada posisi paling bawah, berarti bahwa hal ini dianggap relatif kurang perlu dibandingkan tujuan yang lainnya selama kegiatan dari tujuan tersebut dapat dilakukan dengan baik. 109

3. Faktor-faktor Dalam Pencegahan Penyebaran Penyakit DBD

Ada 5 faktor yang terkait dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta baik langsung maupun tidak langsung, yang dijabarkan lagi menjadi 16 subelemen seperti terlihat pada Tabel 36. Tabel. 36. Elemen faktor dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan di Provinsi DKI Jakarta Elemen Subelemen I. Faktor lingkungan 1. Perubahan iklim global 2. Pencemaran udara dan air transportasi industri 3. Peningkatan kebutuhan lahan lingkungan permukiman 4. Kualitas sanitasi lingkungan II. Faktor vektor 5. Peningkatan variasi tempat perkembangbiakan vektor 6. Perubahan rentang waktu aktivitas vektor 7. Kondisi optimal antara resting dan breeding 8. Pengelolaan tempat penampungan air III. Faktor manusia 9. Pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat pada pencegahan dini sarang nyamuk 10. Persepsi masyarakat dalam mewujudkan PHBS melalui pengelolaan lingkungan 11. Partisipasi masyarakat melakukan pencegahan dengan potensi pengelolaan lingkungan 12. Kemampuan untuk mandiri mewujudkan budaya hidup sehat IV. Faktor dari pengamatan kasus 13. Kesesuaian kasus pada siklus musim hujan kemarau 14. Pola peningkatan kasus berdasarkan 5 dan 3 tahunan 15. Kesesuaian peningkatan jumlah jentik dan kejadian kasus 16. Efektivitas pemantau jentik dan kejadian kasus Gambaran dari masing-masing faktor mengenai peringkat berdasarkan nilai driver power yang ada dapat berdasarkan pada Gambar 36. 110 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Faktor-faktor D riv e r Po w e r Gambar 36. Peringkat faktor berdasarkan nilai driver power Berdasarkan Gambar 36 nilai driver power faktor tertinggi adalah pada subelemen 4 atau kualitas sanitasi lingkungan, sedangkan yang memiliki nilai driver power terendah adalah subelemen 14 atau pola peningkatan kasus berdasarkan 5 dan 3 tahunan. Interpretasi dalam bentuk hirarki pada Gambar 37 dan pada Gambar 46 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 4. Elemen faktor dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta adalah kualitas sanitasi lingkungan, perubahan iklim global, partisipasi masyarakat melakukan pencegahan dengan potensi pengelolaan lingkungan, pengelolaan tempat penampungan air, kemampuan untuk mandiri mewujudkan budaya hidup sehat, efektivitas pemantauan jentik dan kejadian kasus, dan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat pada pencegahan dini sarang nyamuk. Ketujuh faktor ini berada di dalam sektor independent Gambar 37, yang berarti bahwa dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai peubah bebas yang mempunyai kekuatan penggerak besar namun tidak tergantung kepada sistem. Kualitas sanitasi lingkungan merupakan hal yang utama didahulukan dalam pencegahan penyakit DBD. Hal ini sejalan dengan Hasjimi dan 111 Adisasmito 1997 yang mengemukakan bahwa peningkatan kualitas sanitasi lingkungan akan menurunkan habitat perkembangbiakan nyamuk hingga 86. Gambaran hirarki dari subelemen faktor dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta disajikan pada Gambar 37. Gambar 37. Diagram hirarki dari subelemen faktor Hasil analisis ini menggambarkan pendapat para ahli bahwa prinsip dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta diawali oleh kualitas sanitasi lingkungan, berarti diawali oleh perlunya strategi dalam meningkatkan pengelolaan yang dapat Dependent

8. Pengelolaan Tempat

Penempungan 12. Kemampuan Mandiri Budaya Hidup Sehat 16. Efektifitas Pemantauan Jentik dan Kejadian Kasus Linkage Independent Level 5 Level 3

1. Perubahan Iklim Global

3. Peningkatan Kebutuhan Lahan 5. Peningkatan Variasi Tempat Kembang biak Vektor 6. Perubahan Rentang Waktu Aktivitas Vektor 7. Kondisi Optimal Resting Breeding 10. Persepsi Masyarakat Mewujudkan PHBS 13. Kesesuaian Kasus Pada Siklus Musim 15. Kesesuaian Peningkatan Jumlah Jentik Kejadian Kasus 2. Pencemaran Udara Air

9. Pengetahuan Sikap Perilaku

Masyarakat

11. Partisipasi Masyarakat

Level 4 Level 2

14. Pola Peningkatan

Kasus

4. Kualitas Sanitasi

Lingkungan Level 1 Level 6 112 meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan. Kemudian diikuti oleh perubahan iklim global, partisipasi masyarakat melakukan pencegahan dengan potensi pengelolaan lingkungan, dilanjutkan oleh pengelolaan tempat penampungan air, kemampuan untuk mandiri mewujudkan budaya hidup sehat, efektivitas pemantauan jentik dan kejadian kasus, serta pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat pada pencegahan dini sarang nyamuk. Faktor lainnya yang juga merupakan elemen kunci dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta adalah pencemaran udara dan air transportasi industri, peningkatan kebutuhan lahan lingkungan permukiman, peningkatan variasi tempat perkembangbiakan vector, perubahan rentang waktu aktivitas vektor, kondisi optimal antara resting dan breeding, persepsi masyarakat dalam mewujudkan PHBS melalui pengelolaan lingkungan, kesesuaian kasus pada siklus musim hujan kemarau, dan kesesuaian peningkatan jumlah jentik dan kejadian kasus. Selain mempunyai kekuatan penggerak besar, kedelapan faktor tersebut mempunyai ketergantungan besar pada sistem. Kajian atas kedelapan faktor ini perlu dilakukan secara hati-hati karena setiap tindakan pada peubah yang ada dalam sektor linkage akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut. Pencemaran udara dan air transportasi industri, peningkatan kebutuhan lahan lingkungan permukiman, peningkatan variasi tempat perkembangbiakan vector, perubahan rentang waktu aktivitas vektor, kondisi optimal antara resting dan breeding, persepsi masyarakat dalam mewujudkan PHBS melalui pengelolaan lingkungan, kesesuaian kasus pada siklus musim hujan kemarau, dan kesesuaian peningkatan jumlah jentik dan kejadian kasus, menyambungkan tujuh faktor di sektor independent dengan satu faktor yang berada di sektor dependent yaitu pola peningkatan kasus berdasarkan 5 dan 3 tahunan. 113 1, 11 2, 3, 5, 6, 7, 10, 13, 15 4 8, 12, 16 9 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Gambar 38. Matriks DP-D untuk elemen faktor Hasil analisis ini memberikan makna bahwa faktor yang terakhir sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar. Dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta posisinya akan mengikuti faktor lainnya yang berada di sektor linkage dan independent. 5.2.2.2. Struktur Prioritas Elemen Kunci Pada Prinsip, Tujuan dan Faktor Dalam Model Pencegahan Berbasis Lingkungan terhadap Penyebaran Penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta Prioritas-prioritas yang sudah terdapat pada masing-masing elemen dilakukan pemilahan untuk pengelolaan dalam sistem yang dikaji. Ada 3 elemen yang terkait dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta baik langsung maupun tidak langsung, yang dijabarkan lagi menjadi 20 subelemen seperti berdasarkan pada Tabel 37. 114 Tabel. 37. Elemen prioritas dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan di Provinsi DKI Jakarta Elemen Subelemen I. Prinsip 1. Pengelolaan sarana air bersih 2. Data vektor 3. Pemberantasan sarang nyamuk 4. Pengelolaan limbah cairpadat II. Tujuan 5. Meningkatkan partispasi pengelolaan sanitasi lingkungan 6. Pemantauan jentik mandiri pada masyarakat 7. Menumbuhkan sikap PHBS sebagai budaya sehat 8. Menumbuhkan kemampuan mandiri dalam upaya hidup sehat 9. Membentuk tanggungjawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan 10. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan lingkungan 11. Membentuk motivasi untuk bersikap promotif dan preventif terhadap keberadaan jentik 12. Memberikan komitmen sosial dan konsekuensi hukum dalam pengelolaan lingkungan 13. Mewujudkan kondisi tertib hukum yang berwawasan lingkungan III. Faktor 14. Kualitas sanitasi lingkungan 15. Perubahan iklim global 16. Partisipasi masyarakat melakukan pencegahan dengan potensi pengelolaan lingkungan 17. Pengelolaan tempat penampungan air 18. Kemampuan untuk mandiri mewujudkan budaya hidup sehat 19. Efektivitas pemantau jentik dan kejadian kasus 20. Pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat pada pencegahan dini sarang nyamuk Gambaran dari masing-masing elemen prioritas mengenai peringkat berdasarkan nilai driver power yang ada dapat berdasarkan pada Gambar 39. 115 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tujuan-tujuan D riv e r P o w e r Gambar 47. Peringkat elemen prioritas berdasarkan nilai driver power Berdasarkan Gambar 39, nilai driver power prinsip tertinggi pada subelemen 5 atau meningkatkan partispasi pengelolaan sanitasi lingkungan sedangkan yang memiliki nilai driver power terendah adalah 20 atau pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat pada pencegahan dini sarang nyamuk. Interpretasi dalam bentuk hierarki disajikan pada Gambar 48 dan pada Gambar 49 subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Analisis data ISM disajikan pada Lampiran 5. Berdasarkan Gambar 40, elemen prioritas dalam pengembangan model pencegahan yang berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta adalah meningkatkan partispasi pengelolaan sanitasi lingkungan, pengelolaan sarana air bersih, kualitas sanitasi lingkungan, perubahan iklim global, membentuk tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan lingkungan, data vektor, pemberantasan sarang nyamuk, pemantauan jentik mandiri pada masyarakat, serta menumbuhkan sikap PHBS sebagai budaya sehat. Sepuluh elemen prioritas berada pada sektor independent Gambar 41, berarti dalam pengembangan model pencegahan berbasis Lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai peubah bebas berkekuatan penggerak besar namun tidak tergantung kepada sistem. 116 Gambar 40. Diagram hirarki dari subelemen prioritas

1. Pengelolaan Sarana Air

Bersih 14. Kualitas Sanitasi Lingkungan 8. Menumbuhkan Kemampuan Mandiri

4. Pengelolaan Limbah

CairPadat 12. Komitmen Sosial Konsekuensi Hukum Level 7 Level 8 Level 4 Level 2 Level 1 Dependent 11. Membentuk Motivasi 13. Mewujudkan Kondisi Tertib Hukum 17. Pengelolaan Tempat Penampungan Air 18. Kemampuan Mandiri Budaya Hidup Sehat Level 3 20. Pengetahuan Sikap Perilaku Masyarakat 19. Efektifitas Pemantauan Jentik Kejadian Kasus Independent Level 6 Level 5

9. Membentuk Tanggung Jawab Masyarakat

10. Menumbuhkan Kesadaran Pengelolaan

Lingkungan 2. Data Vektor

3. Pemberantasan

Sarang Nyamuk

6. Pemantauan Jentik Mandiri

7. Menumbuhkan Sikap PHBS 16. Partisipasi Masyarakat

15. Perubahan Iklim Global

5. Meningkatkan Partisipasi Pengelolaan Sanitasi

Lingkungan Level 9 117 Hasil analisis ini menggambarkan pendapat para ahli bahwa prinsip dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta diawali oleh meningkatkan partispasi pengelolaan sanitasi lingkungan, pengelolaan sarana air bersih, kualitas sanitasi lingkungan, perubahan iklim global, membentuk tanggungjawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan lingkungan. Kemudian diikuti oleh data vektor, pemberantasan sarang nyamuk, pemantauan jentik mandiri pada masyarakat dan menumbuhkan sikap PHBS sebagai budaya sehat dimana dalam hal ini perlunya menarik masyarakat untuk dapat bepartisipasi dalam pengelolaan sanitasi lingkungan sehingga dapat secara bersama-sama mengelola lingkungan menjadi lebih baik, perlu juga pengelolaan sarana air bersih agar mengurangi tempat perkembangbiakan dari nyamuk, menjaga kualitas sanitasi lingkungan, memahami perubahan iklim global sebagai faktor pendukung dalam meningkatkan perkembangbiakan nyamuk, membentuk masyarakat agar secara bersama-sama memiliki lingkungan yang ada serta tanggung jawab untuk mengelolanya, selain itu juga perlu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan. Hasil analisis ini memberikan makna bahwa kesepuluh elemen prioritas yang berada di sektor dependent sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar. Dalam pengembangan model pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta posisinya akan mengikuti prinsip lainnya yang berada di sektor independent. 118 1, 14 2, 3, 6, 7 4, 12, 16 5 8 9, 10 11, 13, 17, 18, 19 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Gambar 41. Matriks DP-D untuk elemen prioritas Perlu dicermati bahwa posisi elemen prioritas menumbuhkan kemampuan mandiri dalam upaya hidup sehat berada di dekat sektor linkage, yang berarti faktor tersebut dapat berubah menjadi sektor linkage apabila faktor-faktor yang lain mendukung subelemen tersebut.

5.2.3. Sistem Dinamik Pencegahan Berbasis Lingkungan terhadap