Jenis Risiko Dalam Investasi Saham di Pasar Modal Sejarah Pasar Modal

1.1.4. Jenis Risiko Dalam Investasi Saham di Pasar Modal

Risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : 1. Systematic risk Systematic risk disebut juga risiko pasar karena berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar secara keseluruhan, risiko ini terjadi karena kejadian diluar perusahaan, seperti risiko inflasi, risiko nilai tukar mata uang kurs, risiko tingkat suku bunga. 2. Unsystematic Risk Unsystematic Risk merupakan risiko spesifik perusahaan karena tergantung dari kondisi mikro perusahaan. Contoh unsystematic risk anatara lain yaitu risiko industri, operating laverage risk dan lain-lain.

1.1.5. Sejarah Pasar Modal

Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia, namun perkembangannya mengalami masa pasang – surut akibat berbagai faktor, mulai dari Perang Dunia I dan II hingga perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada Pemerintah Republik Indonesia RI. Selanjutnya, pihak Pemerintah RI melakukan pembentukan ulang Pasar Modal Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No.15 tahun 1952. Dalam 2 dua dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia mengalami stagnasi sehubungan dengan dihentikannya kegiatan Pasar Modal sepanjang dekade 1960- an hingga akhir pertengahan 1970-an. Pada tahun 1977, Pemerintah mengaktifkan kembali Pasar Modal Indonesia dengan ditandai go public-nya PT Semen Cibinong. Namun, dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar mengalami perkembangan pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai dengan pendirian PT Bursa Efek Surabaya BES pada tahun 1989 dan swastanisasi PT Bursa Efek Jakarta BEJ pada tahun 1992. Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin mengukuhkan peran BEJ dan BES sebagai bagian dari Self Regulatory Organization SRO Pasar Modal Indonesia. Sejak itu, BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan, antara lain dengan komputerisasi perdagangan melalui sistem Jakarta Automated Trading System JATS di tahun 1995, perdagangan tanpa warkat di tahun 2000 dan Remote Trading System pada tahun 2002. Sementara itu, BES mengembangkan pasar obligasi dan derivatif. Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia. Dengan persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia BEI dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia www.idx.co.id . 2.2. Return 2.2.1. Pengertian Return Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi Jogiyanto 2010:109. Return adalah tingkat pengembalian yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor pemodal tidak akan melakukan investasi. Jadi setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tak langsung Ang, 1997:202. Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian return yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa return saham merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham berupa dividen yang dibayar oleh perusahaan maupun capital gain yaitu selisih antara harga jual dan harga beli saham sebagai hasil dari investasinya diperusahaan tertentu. Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis menurut Jogiyanto 2000:109, yaitu return realisasi realized return dan return ekspektasi expected return . Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Nilai ekspektasi return dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari realized return, selisih keduanya disebut abnormal return . Secara umum tingkat keuntungan return investasi dalam sekuritas dipasar modal dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut : = R t = tingkat keuntungan saham periode t P t = harga investasi periode t P t-1 = harga investasi periode sebelumnya Ang, 1997:203 Yang dimaksud dengan harga investasi periode sekarang adalah harga sekuritas pada akhir periode ditambah pendapatan investasi yaitu bunga untuk obligasi dan deviden untuk saham. Sedangkan harga investasi periode tahun lalu adalah harga sekurtas tersebut pada saat diperoleh atau dibeli. 2.3. Underpricing dan Overpricing 2.3.1. Penegertian Underpricing dan Overpricing Menurut Gumanti 2004, underpricing adalah suatu kondisi dimana secara rata-rata harga pasar saham perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan harga penawarannya. Sedangkan overpricing adalah suatu kondisi dimana harga pasar saham perusahaan secara rata-rata cenderung lebih rendah dibandingkan dengan harga penawarannya. Fenomena terjadinya underpricing umumnya dijumpai di hampir semua pasar modal di dunia. Berdasarkan definisi tersebut, maka underpricing ditandai dengan peningkatan harga saham yang mendorong terjadinya pendapatan abnormal positif selama periode perdagangan tertentu setelah emisi pertama Sudana Prasetyo, 2000. Pendapatan ini disebut dengan initial return, atau return yang diterima investor akibat perbedaan harga saham perdana dengan harga jual saham hari pertama di pasar sekunder.

2.3.2. Informasi Asimetri