Batasan Operasional Variabel METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

Untuk mendeteksi adanya pelanggaran asumsi heteroskedastisitas, digunakan uji White Heteroskedasticity yang diperoleh dalam program E-Views. Dengan uji White, dibandingkan Obs R-Squared dengan X Chi-Squared tabel, jika nilai Obs R-Squared lebih kecil daripada X Chi-Squared tabel maka tidak ada heteroskedastisitas pada model. Data panel dalam E-Views 4.1 yang menggunakan metode General Least Square Cross Section Weights, maka untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum Square Residual pada Weighted Statistic dengan Sum Square Resid Unweighted Statistics. Jika Sum Square Resid pada Weighted Statistic Sum Square Resid Unweighted Statistic , maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk men –treatment pelanggaran tersebut, bisa mengestimasi GLS dengan White Heteroskedasticity.

3.5 Batasan Operasional Variabel

1. Fare adalah harga yang harus dibayar oleh penumpang pada harga keseimbangan per rute. Harga yang dimaksud adalah harga rata-rata dari harga penjualan seluruh maskapai penerbangan per rute dalam satu tahun. Satuan nilai fare adalah ribuan rupiah. Fare berasal dari harga penjualan resmi tiap maskapai penerbangan yang diperoleh dari INACA. 2. Passenger merupakan jumlah total penumpang yang diangkut dari kota asal menuju kota tujuan tertentu setiap bulan oleh seluruh maskapai penerbangan. Jumlah penumpang terdata dalam unit orang dan diperoleh dari Angkasa Pura II sebagai pengelola bandara untuk Kawasan Indonesia Barat. 3. Income adalah jumlah pendapatan penduduk kota asal, dipakai Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB dari tiap propinsi. Satuan dari PDRB adalah jutaan rupiah dan diperoleh dari BPS. 4. Populasi adalah jumlah penduduk yang berada dari bandara kota asal. Satuan dari populasi adalah dalam ribuan orang dan diperoleh dari BPS. 5. Distance adalah jarak tempuh dari bandara kota asal ke kota tujuan Batam. Satuan dari distance adalah dalam kilometer km dan diperoleh dari bandara Angkasa Pura II. 6. Carriers adalah jumlah maskapai penerbangan yang terbang dari bandara kota asal ke kota tujuan Batam dalam satu tahun. Diperoleh dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan. 7. Stop adalah jumlah transit dalam penerbangan tersebut. Diperoleh dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan.

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PENERBANGAN INDONESIA

4.1 Sejarah Penerbangan Nasional

Perusahaan Penerbangan Komersial yang beroperasi di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan sangat pesatnya. Pada awalnya di Negara Republik Indonesia hanya terdapat beberapa Perusahaan Penerbangan seperti: • Perusahaan Penerbangan PT. Garuda Indonesia Airways GIA yang merupakan penerbangan tertua di Indonesia. Perusahaan Penerbangan ini didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama Indonesia Airways dan kemudian tanggal 31 Maret 1950 diubah namanya menjadi Garuda Indonesia Airways. • PT. Merpati Nusantara Airlines MNA didirikan pada tanggal 6 September 1962 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1962. • Kemudian beberapa Perusahaan Penerbangan Berjadwal lainnya seperti PT. Bouraq Indonesia Air, PT. Mandala Air, PT. Dirgantara Air Services DAS, PT. Sabang Merauke Air SMAC, PT. Bali Air untuk penerbangan charter. Dan belakangan ini banyak bermunculan Perusahaan Penerbangan baru yang menyelenggarakan Penerbangan secara berjadwal seperti PT. Pelita Air Services PAS yang semula hanya merupakan Perusahaan Penerbangan yang melayani kepentingan perminyakan, PT. Lion Air, PT. Batavia Air, PT. AW Air, PT. Jatayu Air, PT. StarAir, PT. KAL Star, PT. Top Air, PT. Wing Air, PT. Adam