2.6 Kerangka Pemikiran
Angkutan udara adalah suatu industri global, dengan kegiatan operasi mencakup antar negara dan antar benua. Dahulunya sistem ekonomi angkutan
udara adalah sistem ekonomi tertutup. Perusahaan yang berperan sangat dominan pada saat itu adalah Garuda dan Merpati, kedua-duanya adalah BUMN.
Namun, dengan adanya Undang-Undang Persaingan Usaha di Indonesia yaitu Undang-Undang No.5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan deregulasi di bidang penerbangan menyebabkan perkembangan perubahan pengaturan perusahaan angkutan udara
niaga berjadwal menuju sistem ekonomi pasar. Deregulasi penerbangan memberikan kemudahan bagi pemain atau
perusahan baru untuk masuk dalam industri penerbangan. Hal tersebut berdampak pada pesatnya pertumbuhan perusahaan penerbangan di Indonesia.
Akibatnya timbul persaingan antar perusahaan penerbangan yang memperebutkan pasar yang ada. Persaingan antar perusahaan penerbangan biasanya terjadi pada
rute-rute padat penumpang dalam penelitian ini adalah rute tujuan akhir Batam. Persaingan tersebut membuat sebagian besar maskapai penerbangan di Indonesia
menetapkan strategi tarif untuk meraih penumpang. Untuk melihat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tarif dengan rute
domestik tujuan Batam maka digunakan Model Paul Bauer yang sebelumnya melakukan penelitian untuk rute tujuan Cleveland, Amerika Serikat. Untuk kasus
di Indonesia akan dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap Model Paul Bauer tersebut. Selain itu juga dilihat perkembangan industri penerbangan Indonesia.
Pada akhirnya akan dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tarif untuk tujuan Batam.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual
2.7 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tarif pada industri penerbangan Indonesia
Industri Penerbangan
UU No. 5 ahun 1999 Deregulasi Penerbangan
Persaingan Antar Maskapai Penerbangan
Model Paul Bauer
Faktor yang Diduga Mempengaruhi Tarif :
1. Jumlah perusahaan penerbangan 2. Jumlah penumpang per rute
3. Jumlah Penduduk kota asal 4. PDRB per Kapita kota asal
5. Jarak tempuh per rute 6. Jumlah Transit
7. Karakteristik Bandara
Faktor-faktor yang mempengaruhi tarif
untuk tujuan Batam Analisis perkembangan
Industri Penerbangan Indonesia
untuk rute domestik dengan kota tujuan Batam pada periode 2001-2005. Penulis mengajukan suatu hipotesis yaitu :
1. Jumlah maskapai penerbangan berpengaruh negatif dalam penentuan tarif airfares pada pasar domestik dengan kota tujuan Batam. Semakin
banyak jumlah maskapai maka semakin kompetitif rute tersebut sehingga maskapai penerbangan akan bersaing dalam memperebutkan penumpang
dengan menetapkan harga yang rendah. 2. Jumlah penumpang berpengaruh positif dalam penentuan tarif airfares
pada pasar domestik dengan kota tujuan Batam. Berdasarkan teori permintaan, kenaikan jumlah penumpang akan menggeser kurva-kurva
permintaan untuk jasa penerbangan ke arah kanan, yang menunjukkan bahwa akan lebih banyak yang menggunakan jasa penerbangan.
3. Jumlah penduduk kabupaten atau kota asal berpengaruh positif dalam penentuan tarif airfares pada pasar domestik dengan kota tujuan Batam.
Pertumbuhan jumlah penduduk belum menciptakan permintaan baru. Penduduk yang bertambah ini harus mempunyai daya beli sebelum
permintaan berubah. Tambahan orang berusia kerja, tentunya akan menciptakan pendapatan baru. Jika ini terjadi, permintaan untuk semua
komoditi yang dibeli oleh penghasil pendapatan baru akan meningkat. Jadi, semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak permintaan
akan jasa penerbangan. 4. Pendapatan domestik regional bruto per kapita kabupaten atau kota asal
berpengaruh positif dalam penentuan tarif airfares pada pasar domestik
dengan kota tujuan Batam. Jika rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar maka mereka dapat diperkirakan akan
membeli lebih banyak beberapa komoditi, walaupun harga komoditi- komoditi itu tetap sama. Dengan melihat keseluruhan rumah tangga, kita
memperkirakan bahwa harga berapa pun yang kita ambil, jumlah komoditi akan lebih banyak daripada yang diminta sebelumnya pada tingkat harga
yang sama. Jadi semakin besar pendapatan domestik regional bruto per kapita maka semakin besar permintaan akan jasa penerbangan.
5. Jarak tempuh per rute berpengaruh positif dalam penentuan tarif airfares pada pasar domestik dengan kota tujuan Batam. Semakin jauh jarak
tempuh suatu rute maka akan semakin tinggi tarif yang ditetapkan oleh perusahaan maskapai.
6. Jumlah pemberhentian atau transit inflight stop sebagai karakteristik penerbangan untuk rute tersebut berpengaruh positif dalam penentuan tarif
airfares pada pasar domestik dengan kota tujuan Batam. Semakin banyak orang yang transit di Batam maka akan semakin tinggi tarif yang
ditetapkan oleh maskapai penerbangan. 7. Karakteristik Bandar udara kota asal sebagai bandara penghubung ke
wilayah Timur dan ke wilayah Barat Indonesia berpengaruh negatif dalam penentuan tarif airfares pada pasar domestik dengan kota tujuan Batam.
Bertambahnya bandara kota asal sebagai bandara penghubung maka pada bandara tersebut banyak maskapai penerbangan yang transit untuk menuju
kota lain, hal ini berarti akan semakin banyak maskapai penerbangan yang
melayani rute tersebut. Semakin banyak jumlah maskapai ini akan menyebabkan harga tiket menjadi murah.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data