d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun 2002 tentang
Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi.
Tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri ditetapkan dengan berpedoman pada tarif dasar yang dihitung berdasarkan perkalian
kelompok jarak dalam kilometer dengan tarif dasar per penumpang kilometer. Tarif yang ditetapkan dimaksud belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai
PPN dan iuran wajib dana pertanggungan kecelakaan peumpang, sedangkan setiap pungutan yang akan dikaitkan dengan tarif angkutan harus mendapat
persetujuan Menteri Perhubungan.
e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara dan telah diubah dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2005, Bab III,
Pasal 11 yaitu perizinan angkutan udara dinyatakan bahwa kegiatan angkutan udara terdiri atas angkutan udara berjadwal dan tidak
berjadwal.
Pasal 12. Kegiatan angkutan udara niaga dapat dilakukan oleh: 1 Badan Usaha Milik Negara BUMN.
2 Badan Usaha Milik Swasta BUMS yang berbentuk badan hukum. 3 Koperasi.
Pasal 13. Untuk mendapatkan izin usaha angkutan udara yaitu dinyatakan: 1 Memiliki akte pendirian perusahaan.
2 Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. 3 Menyampaikan studi kelayakan.
Kemudian setiap beroperasinya perusahaan penerbangan harus dapat menentukan jenis dan jumlah pesawat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
adalah:
1 Jenis dan tipe serta jumlah pesawat udara yang akan di operasikan per tahun untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun ke
depan. 2 Jumlah pesawat udara yang akan dioperasikan untuk angkutan
udara niaga sekurang-kurangnya 2 pesawat udara registrasi Indonesia yang dapat mendukung dalam pengoperasiannya.
3 Sumber dan cara pengadaan pesawat udara serta tahapan pengadaannya untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun ke
depan. 4 Utilitas per hari masing-masing jenis dan tipe pesawat udara yang
akan dioperasikan.
f. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2005 tentang