GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
                                                                                Gambar 8 Pulau Bonebatang diambil dari sisi timur
Kondisi Demografi dan Sosial Ekonomi
Untuk  mengidentifikasi  dan  menganalis  aktivitas-aktivitas  masyarakat yang potensial mempengaruhi ekosistem padang lamun, dilakukan pengumpulan
data-data  demografi  di  kantor  kelurahan  setempat  serta  sumber  terkait  lainnya. Disamping itu dilakukan pula wawancara dan pengamatan langsung di lapangan
untuk  mengidentifikasi  dan  menganalisisi  aktivitas-aktivitas  antropogenik  yang potensial mempengaruhi ekosistem padang lamun.
Hasil dan Pembahasan Aktivitas Antropogenik di Pulau Barranglompo
Pulau  Barranglompo  merupakan  salah  satu  pulau  dalam  kawasan Kepulauan  Spermonde  yang  mengalami  peningkatan  jumlah  penduduk  yang
cepat  terutama  dalam  dua  dekade  terakhir.    Hal  tersebut  disebabkan  oleh dijadikannya  pulau  ini  sebagai  stasiun  lapang  laut  Marine  Field  Station
Universitas  Hasanuddin.    Keberadaan  stasiun  ini  menjadikan  pulau  ini  secara intensif dikunjungi oleh mahasiswa dan peneliti dari berbagai daerah bahkan dari
luar  negeri.    Kondisi  ini  membuka  peluang  usaha  yang  lebih  baik  dibanding pulau-pulau lain.  Hal ini menyebabkan bertambahnya pendatang dari luar pulau
yang  membuka  usaha  di  pulau  ini.    Pertambahan  penduduk  ini  menyebabkan aktivitas  antropogenik  meningkat  pula.    Aktivitas-aktivitas  penduduk  yang
potensial mempengaruhi kondisi dan interaksi padang lamun dengan komunitas-
komunitas pantai lainnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel  5  Jenis-jenis  aktivitas  antropogenik  di  Pulau  Barranglompo  serta dampaknya terhadap ekosistem padang lamun
No. Jenis Aktivitas
Dampak terhadap Lamun
1.  Lalu lintas kapalperahu Kerusakan  fisik  lamun  oleh  jangkar,
baling-baling    lunas  kapal,  pencemaran perairan oleh tumpahan minyak
2.  Perbaikan kapalperahu Cat,  dempul  dan  bahan  kimia  lain  yang
digunakan dapat mencemari perairan 3.  Pembuangan sampah rumah
tangga Tertutupnya
lamun oleh
sampah mengurangi  intensitas  cahaya  yang
diterima lamun 4.  Aliran drainase limbah
domestik Meningkatnya
kadar nutrien
dan kekeruhan
akan mengakibatkan
berkurangnya cahaya yang diterima lamun untuk fotosintesis
5.  MCK mandi, cuci, kakus Meningkatkan  bahan  organik  serta  bahan
polutan yang
dapat mengganggu
pertumbuhan lamun 6.  Pengambilan batu karang
Arus  dan  gelombang  yang  sampai  ke padang  lamun  semakin  besar  karena
hilangnya  karang  yang  berfungsi  sebagai penghalang barrier
7.  Penimbunanreklamasi pantai Penimbunan  pantai  akan  menghilangkan
sebagian  areal  padang  lamun  pada perairan pantai
8.  Pemasangan bubu fish trap Penempatan  bubu  pada  daerah  lamun
dapat merusak lamun 9.  Kegiatan praktik lapang
mahasiswa Kerusakan fisik trampling terutama pada
lamun yang berukuran kecil, pengambilan koleksi  herbarium  juga  akan  mengurangi
populasi lamun
Jumlah penduduk Pulau Barranglompo pada tahun 2008 adalah 4372 jiwa Tahir 2010.  Sementara itu  pada tahun 2010 sudah mencapai  4784 jiwa Data
Kantor Kelurahan Barranglompo 2011. Berdasarkan data ini, dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan penduduk rata-rata pulau ini adalah 4.5 .  Laju ini jauh
lebih  tinggi  dari  laju  pertambahan  penduduk  tahun  yang  sama  untuk  Makassar yaitu  1.63    BPS  Makassar  2010,  maupun  Sulawesi  Selatan  dan  nasional
masing-masing sebesar 1.17 dan 1.49  BPS 2011.  Dengan demikian saat ini Pulau Barranglompo yang luasnya hanya 20.64 ha, telah dihuni oleh sekitar 5000
orang  yang  terdiri  atas  973  rumah  tangga  BPS  Makassar  2010.    Data  ini menunjukkan  bahwa  rata-rata  setiap  rumah  tangga  terdiri  atas  lebih  dari  lima
jiwa.  Penduduk  yang  padat  ini  menyebabkan  bertambahnya  aktivitas antropogenik yang dilaksanakan di pulau ini.
Lalu lintas perahukapal
Lalu  lintas  perahu  dan  kapal  yang  datang  dan  pergi  di  pulau  dapat menyebabkan  kerusakan  fisik  atau  mekanik  terhadap  vegetasi  lamun  yang
dilaluinya.    Menurut  Duarte  et  al.  2004,  kerusakan  mekanik  merupakan  hal serius  dari  aktivitas  antropogenik  yang  dapat  menurunkan  persentase  tutupan
lamun.    Kerusakan  mekanik  bisa  berasal  dari  jangkar,  baling-baling,  lunas ataupun papan kemudi kapal yang merobek helaian daun lamun Gambar 9.
Bahaya  yang  ditimbulkan  oleh  lalu  lintas  perahu  terutama  yang diakibatkan  oleh  perobekan  baling-baling  propeller  scarring  telah  diamati  di
banyak  lokasi  di  Corpus  Christi  Bay,  Texas  Pulich  et  al.  1997.    Hal  ini  telah menyebabkan  fragmentasi  padang  lamun  yang  cukup  luas.    Efek  propeller
scarring juga  telah  diteliti  oleh  Hammerstorm  et  al.  2007  di  Teluk  Mexico.
Mereka  mengestimasi  bahwa  padang  lamun  Thalassia  testudinum  dan Syringodium  filiforme
yang  terekskavasi  sedalam  20  cm  atau  lebih  pulih  2-5 tahun  lebih  lama  dibanding  kedalaman  10  cm.  Sedangkan  bahaya  dari
penggunaan jangkar telah diteliti oleh Francour et al. 1999 di Taman Nasional Port-Cros,  barat  laut  Mediterrania.  Mereka  menemukan  bahwa  rata-rata  34
tegakan  lamun  Posidonia  oceanica  rusak  tercabut  setiap  sekali  siklus  buang jangkar.
Berdasarkan pengamatan dan perhitungan terhadap perahu baik besar dan kecil  di  Pulau  Barranglompo,  terdapat  puluhan  perahu  yang  beraktivitas  di
perairan sekitar pantai Tabel 6.  Perahu besar kebanyakan dijumpai di sisi timur pulau  yang  memiliki  topografi  yang  curam.    Di  sisi  timur  ini  juga  terdapat  dua
dermaga  yang  dijadikan  tempat  bersandar  perahu-perahu  ini.    Perahu  besar biasanya  digunakan  untuk  transportasi  ke  pelabuhan  Kayubangkoa  yang  ada  di
kota  Makassar.    Sejumlah  armada  kapal  motor  meninggalkan  Pulau Barranglompo  pada  pukul  07:00  WITA  dan  kembali  lagi  ke  pulau  pada  pukul
11:00  WITA.    Kapal-kapal  ini  membutuhkan  waktu  sekitar  satu  jam  untuk mencapai  pantai  di  Kota  Makassar  yang  berjarak  sekitar  15  km.  Perahukapal
besar Gambar 10 juga berupa armada penangkap ikan yang biasa beroperasi di perairan  lepas  pantai  bahkan  beberapa  di  antaranya  biasa  mencari  komoditas
bernilai  ekonomis  penting  seperti  teripang  di  perairan  perbatasan  dengan Australia.
Gambar  9  Perahu  bermotor  a  beserta  bagian-bagiannya:  jangkar  b,  baling- baling c dan papan kemudi d yang dapat menyebabkan kerusakan
fisik terhadap lamun.
Gambar  10  Perahu  besar  yang  sedang  berlabuh  di  pantai  barat  Pulau Barranglompo
Tabel 6 Jumlah perahu besar PB dan perahu kecil PK yang berlabuh di pantai Pulau Barranglompo
Bulan Utara
Barat Selatan
Timur PB
PK PB
PK PB
PK PB
PK
September 2010 4
9 10
23 8
20 17
13 Maret 2011
6 8
9 22
5 28
15 10
Sementara  itu,  armada  yang  digolongkan  sebagai  perahu  kecil  Gambar 11  diberi  nama  lokal  berdasarkan  bentuk  dan  ukurannya  sebagai  jolloro,
katinting dan lepa-lepa Riana 2006. Jolloro adalah jenis perahu bermotor yang
bentuknya  memanjang  ±  11-12  m.  Perahu  ini  biasanya  digunakan  oleh  nelayan untuk  transportasi  dari  satu  pulau  ke  pulau  lain,  atau  untuk  membawa  hasil
tangkapan  ke  tempat  pelelangan  ikan  di  Kota  Makassar.  Jolloro  merupakan perahu  yang cukup  cepat  karena menggunakan 1-2 mesin.  Katinting merupakan
perahu motor tempel dengan kemampuan mesin penggerak yang terbatas. Perahu ini hanya digunakan oleh nelayan skala kecil untuk mencari ikan di sekitar pulau.
Lepa-lepa adalah perahu yang tidak bermesin sampan yang digunakan sebagai
pengangkut  awak  kapal  besar  ke  daratanpulau  dan  sebaliknya.  Lepa-lepa  juga digunakan  nelayan  untuk  aktivitas  di  pantai  seperti  untuk  menuju  tempat
pemasangan jaring atau perangkap ikan bubu.
Gambar 11 Perahu ukuran kecil, a jolloro, b katinting, c lepa-lepa
Perbaikan KapalPerahu
Pada  saat  beristirahat  dari  kegiatan  melaut,  nelayan  biasanya memanfaatkan  waktu  senggangnya  dengan  memperbaiki  kerusakan  pada  kapal
atau  perahunya  Gambar  12.  Meskipun  intensitas  aktivitas  ini  cukup  rendah, namun unsur dan senyawa kimia yang terkandung dalam bahan yang digunakan
seperti  pada  cat  antifouling,  dempul  atau  bahan  lainnya  dapat  mengakibatkan pencemaran yang dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan mematikan lamun
beserta  biota  asosiasi  yang  tercemari.    Substansi  kimia  berbahaya  ini  bersifat toksik  dan  secara  langsung  membahayakan  padang  lamun  dan  biota  yang
berasosiasi dengannya Hemminga  Duarte 2000; Ralph et al. 2006.
Gambar 12 Kapal yang sedang menjalani perbaikan
Pembuangan Sampah
Sampah  yang  dihasilkan  oleh  aktivitas  penduduk  merupakan  hal  yang dilematik  di  pulau  kecil  seperti  Pulau  Barranglompo.    Di  satu  sisi  masyarakat
sudah mengerti akan pentingnya menjaga kebersihan, namun di sisi lain mereka tidak punya pilihan selain membuang sampah ke pantai dengan harapan sampah-
sampah  tersebut  akan  terbawa  arus  menjauh  dari  pulau,  namun  pada kenyataannya,  sampah-sampah  tersebut  justru  menumpuk  di  pantai.    Tumpukan
sampah terbanyak di Pulau Barranglompo dijumpai di sisi barat dan selatan pulau Gambar  13.    Sampah  yang  teramati  banyak  menumpuk  di  pantai  antara  lain
kantong  plastik,  botol  minuman  plastik,  plastik  kemasan  makananminuman instan,  kaleng,  potongan  pohon,  ranting,  daun  dan  kulit  buah  seperti  pisang,
jeruk,  nangka  dan  kelapa,  dan  pakaian  bekas.  Sampah-sampah  tersebut  akan berada di perairan dalam waktu yang lama Tait  Dipper 1998.
Gambar 13 Tumpukan sampah di pinggir pantai barat Pulau Barranglompo Tumpukan  sampah  di  pantai  barat  Pulau  Barranglompo  telah  menggeser
vegetasi lamun ke arah laut.  Beberapa tahun lalu sebelum sampah menumpuk di pantai,  lamun  dapat  dijumpai  di  sekitar  garis  pantai,  namun  saat  ini  lamun
terdekat  hanya  dijumpai  pada  jarak  40-50  m  dari  garis  pantai.    Hal  tersebut diakibatkan  tertutupnya  lamun  oleh  sampah  terutama  sampah  plastik  yang
menyebabkan  berkurangnya  cahaya  yang  diterima  oleh  tumbuhan  lamun  untuk fotosintesis,
Aliran Drainase Limbah Domestik
Aktivitas  yang  terjadi  di  daratan  pulau  dapat  menghasilkan  limbah  cair yang  akan  mengalir  menuju  pantai.    Di  samping  itu,  limbah  dari  daratan  dapat
terbawa  ke  pantai  melalui  air  hujan  yang  jatuh  di  daratan  pulau  lalu  mengalir runoff  ke  pantai.  Salah  satu  efek  dari  adanya  runoff  adalah  meningkatnya
kandungan nutrien dan sedimentasi di dalam perairan Wachenfeld et al. 1998.
Aktivitas Pemanfaatan Pantai untuk MCK Mandi, Cuci, Kakus
Seiring dengan makin gencarnya penyuluhan akan pentingnya sanitasi dan kebersihan lingkungan,  maka aktivitas pemanfaatan pantai sebagai  sarana MCK
sudah  semakin  berkurang.    Hal  ini  didukung  pula  oleh  keberadaan  Pulau Barranglompo  sebagai  stasiun  lapangan  Universitas  Hasanuddin  UNHAS,
sehingga  dosen  dan  mahasiswa  dari  UNHAS  dan  berbagai  perguruan  tinggi lainnya  di  Makassar  dan  sekitarnya  sering  berkunjung  ke  pulau  ini.  Interaksi
masyararakat  setempat  dengan  pengunjung  dari  luar  ini  mempercepat transformasi  masyarakat  pulau  ke  arah  yang  lebih  sadar  akan  kebersihan  dan
kelestarian lingkungan.
Pengambilan Batu Karang
Pengambilan  batu  karang  dari  daerah  tubir  terumbu  karang  masih dilaksanakan oleh  sebagian penduduk Pulau Barranglompo.  Batu-batu tersebut
dikumpulkan  untuk  dijadikan  bahan  fondasi  rumah  dan  juga  dijadikan  sebagai barier untuk mengurangi abrasi yang terjadi pada pantai di depan rumah mereka.
Sebagai  akibat  dari  pengambilan  batu  karang,  peran  ekosistem  terumbu karang  sebagai  pelindung  pantai  di  Pulau  Barranglompo  menjadi  tidak  optimal,
dimana  beberapa  bagian  pantai  telah  mengalami  erosi  akibat  dari  aktivitas penambangan  batu  karang  tersebut  Tahir  2010.    Gambar  14  memperlihatkan
batu karang yang ditumpuk di pinggir pantai.
Gambar  14    Tumpukan  batu  karang  yang  dikumpulkan  penduduk  untuk  bahan bangunan  dan  disusun  sebagai  penahan  ombak  di  depan  rumah  di
sisi selatan Pulau Barranglompo
PenimbunanReklamasi Pantai
Seiring dengan semakin bertambahnya penduduk di Pulau Barranglompo, kebutuhan  akan  lahan  perumahan  makin  terbatas.  Selama  ini  bila  ada  anggota
keluarga  yang berumah tangga, maka tipikal rumah masyarakat  Bugis-Makassar
yang  berupa  rumah  panggungpun  dipartisi  untuk  dijadikan  tempat  tinggal  bagi pasangan yang baru menikah tersebut.
Bila  rumah  yang  ada  semakin  sesak,  maka  salah  satu  alternatif  yang dilakukan  penduduk  adalah  dengan  menimbun  pantai  di  depan  rumah  mereka
untuk  nantinya  dibanguni  rumah  baru  atau  untuk  menambah  kamar  dari  rumah yang  sudah  ada  Gambar  15.    Sebelum  pantai  tersebut  menjadi  daratan,
penduduk membuat fondasi menggunakan batu karang yang diambil dari terumbu karang di sekitar pulau atau batu kali yang didatangkan dari Makassar.
Penimbunan  pantai  oleh  penduduk  pulau  juga  dimaksudkan  untuk menahan ombak yang bisa menyebabkan abrasi di depan rumah mereka.
Gambar  15  Penimbunanreklamasi  pantai  yang  dilakukan  masyarakat  Pulau Barranglompo di sisi utara atas dan sisi barat bawah
Pemasangan Bubu Fish TrapPot
Bubu  adalah  sejenis  perangkap  ikan  yang  berupa  jebakan  Gambar  16. Alat  yang  bisa  terbuat  dari  kayu,  bambu,  rotan  ataupun  kawat  ini  bersifat  pasif
dan dirancang untuk memudahkan ikan masuk dan sulit untuk keluar Risamasu 2008.
Penggunaan  bubu  sudah  lama  dilakukan  oleh  nelayan  karena  cara pembuatan dan pengoperasiannya mudah, biaya pembuatannya juga relatif murah
sehingga  sangat  membantu  nelayan  yang  bermodal  kecil  Husni  2009. Sebenarnya  bubu  termasuk  alat  tangkap  yang  cukup  ramah  lingkungan  karena
hanya  menangkap  ikan  yang  ukurannya  sudah  cukup  besar,  namun  penempatan alat  ini  beserta  pemberatnya  di  dasar  perairan  yang  ditumbuhi  vegetasi  lamun
dapat mengganggu bahkan mematikan lamun yang ditutupinya.
Gambar 16  Alat perangkap ikan bubu yang dipasang nelayan di daerah padang lamun   Pulau Barranglompo
Praktek Lapang Mahasiswa
Pulau Barranglompo yang merupakan tempat stasiun lapang ilmu kelautan mendapat kunjungan yang  cukup intensif dari mahasiswa, dosen maupun peneliti
dari berbagai disiplin ilmu  yang terkait dengan bidang kelautan seperti biologi, fisika,  kimia,  geologi,  perikanan,  sosial  ekonomi,  dan  antropologi  maritim.
Kegiatan  praktek  lapang  merupakan  aktivitas  yang  rutin  dilaksanakan  setiap semester  di  pulau  ini.  Mahasiswa  yang  berkunjung  ke  pulau  ini  berasal  dari
beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Makassar dan sekitarnya. Gambar  17  memperlihatkan  aktivitas  sekelompok  mahasiswa  yang
melakukan kegiatan pengumpulan sampel biota laut di pantai.  Aktivitas ini dapat mempengaruhi padang lamun dan biota asosiasinya melalui pengumpulan sampel
untuk  herbarium  dan  pengambilan  biota  ornamen  untuk  asesori  akuarium.
                                            
                