TINJAUAN PUSTAKA Synecology of seagrass ecosystem due to increased anthropogenic pressure case study in barranglompo and bonebatang islands of spermonde archipelago, South Sulawesi

3. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada dua pulau yaitu Pulau Barranglompo dan Pulau Bonebatang yang masuk dalam gugusan Kepulauan Spermonde Provinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif kedua pulau ini masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kepulauan Spermonde Kepulauan Spermonde terbentuk dan muncul di atas dangkalan Spermonde Spermonde Shelf yang terletak di pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan atau sebelah tenggara Selat Makassar Erftemeijer Middelburg 1993; Tomascik et al. 1997. Kepulauan ini membentang dari utara ke selatan sepanjang kurang lebih 300 km dengan luas 16 000 km 2 . Di kawasan ini bertebaran 120 pulau dengan kisaran luas antara 2 ha Pulau Bone Batang sampai 3328.2 ha Pulau Tanakeke. Secara administratif, kepulauan ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Pangkep, Kabupaten Maros, Kota Makassar dan Kabupaten Takalar McCarthy 2007. Spermonde merupakan gugus kepulauan yang telah dikenal sejak lama. Para penjelajah Portugis telah mendatangi daerah ini sekitar abad ke-16 dalam upaya mencari sumber rempah-rempah yang perdagannya berpusat di Bandar Pelabuhan Makassar. Bangsa Portugislah yang pertama kali memberi nama kepulauan di pesisir barat Makassar ini dengan nama Kepulauan Spermon. Selanjutnya bangsa Belanda mencapai daerah ini pada abad ke-17 dan menggunakan nama Kepulauan Spermonde dalam peta-peta mereka. Namun, jauh sebelum kedatangan Bangsa Portugis dan Belanda, masyarakat setempat telah memberi nama gugusan pulau ini dengan nama Sangkarang FIKP Unhas Bakosurtanal 2007. Kepulauan Spermonde terbagi menjadi empat zona berdasarkan jarak dari daratan utama Gambar 4. Zona pertama atau zona bagian dalam merupakan zona terdekat dari pantai daratan utama Pulau Sulawesi dengan kedalaman laut rata-rata 10 m dan substrat dasar yang didominasi oleh pasir berlumpur. Zona kedua berjarak kurang lebih 5 km dari daratan Pulau Sulawesi dan mempunyai kedalaman laut rata-rata 30 m dan banyak dijumpai pulau karang. Zona ketiga dimulai pada jarak 12.5 km dari Pantai Sulawesi dengan kedalaman laut antara 20-50 m. Pada zona ini banyak dijumpai wilayah terumbu karang yang masih tenggelam patch reef. Zona keempat atau zona terluar merupakan terumbu penghalang barrier reef dan berjarak 30 km dari daratan utama Pulau Sulawesi Moll 1983; Hoeksema 1990. Gambar 4 Peta pembagian zona Kepulauan Spermonde Mauliddin 2003 Kepulauan Spermonde merupakan salah satu kawasan dengan keragaman ekosistem dan keanekaragaman jenis biota laut yang tinggi di Indonesia. Namun sebagian besar ekosistem tersebut dalam kondisi terancam akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang melampaui daya dukung lingkungan serta menggunakan cara-cara destruktif seperti bom, bius, eksploitasi karang dan ikan ornamen yang berlebihan dan lain-lain Tomascik et al. 1997. Iklim Curah hujan cukup tinggi sekitar 2.14 mm dan rata-rata suhu di pulau ini 31 o C. iklimnya banyak dipengaruhi oleh angin timur dan angin barat. Kedua musim ini sangat mempengaruhi kehidupan dan aktivitas penduduk di pulau ini. Musim angin barat antara bulan November dan Februari. Adapun antara bulan Maret dan April merupakan transisi ke musim angin timur. Biasanya pada bulan November-April, angin yang bergerak dari arah tenggara menimbulkan gelombang yang besar Erftemeijer Herman 1994. Sementara itu musim angin timur berlangsung pada bulan Juni sampai Agustus. Transisi ke angin barat adalah pada bulan September-Oktober. Dulu ketika perahu-perahu layar tanpa motor beroperasi pada tahun 1970-an, musim angin barat menjadi kendala bagi nelayan dan musim angin timur merupakan saat yang tepat untuk berlayar Zaelany 2007 Pulau Barranglompo Penduduk dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Secara administratif, Pulau Barranglompo termasuk dalam wilayah Kelurahan Barranglompo, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar. Jumlah penduduk Barranglompo pada tahun 2008 adalah 4372 jiwa Tahir 2010. Sementara itu data penduduk tahun 2010 sudah mencapai 4784 jiwa yang terdiri atas 862 kepala keluarga Data Kantor Kelurahan Barranglompo 2011. Dengan demikian pertambahan penduduk di pulau ini sangat pesat sehingga saat ini jumlah penduduknya diperkirakan sudah mencapai sekitar 5000 jiwa. Penduduk ini mendiami area pulau seluas 20.64 ha. Dengan demikian Pulau Barranglompo merupakan salah satu pulau terpadat di Kepulauan Spermonde. Terdapat lima etnis utama yang mendiami Pulau Barranglompo, yakni Bugis-Makassar, Bajau, Mandar, keturunan Melayu dan keturunan Tionghoa Zaelany 2007. Pekerjaan utama penduduk di Pulau Barranglompo adalah sebagai nelayan. Sisanya berprofesi sebagai pedagang, pengrajin dan PNS. Nelayan Bugis Makassar memandang laut sebagai milik semua orang, sehingga siapa saja dan darimana saja dapat menangkap dan mengambil sumberdaya laut yang terdapat di dalamnya. Pandangan inilah yang dijadikan pegangan di dalam melakukan kegiatan penangkapan. Mereka kadang-kadang melakukan penangkapan tanpa mengenal batas-batas wilayah sampai memasuki wilayah provinsi lainnya seperti Maluku, Papua, Nusa Tenggara Timur Flores, Sumba dan Kupang, Sulawesi Utara, Kalimantan dan Sumatera bahkan sampai di perbatasan negara-negara tetangga seperti Australia Latief 1999. Rumah-rumah di Kepulauan Spermonde umumnya dibangun membelakangi laut. Di masa lalu rumah dibuat dari kayu, bambu dan atap dari ijuk. Sejak tahun 1990-an, bersamaan dengan meningkatnya harga teripang dan ikan komersial seperti sunu dan napoleon wrasse, kesejahteraan penduduk juga meningkat dengan ditandai oleh perubahan dalam material bangunan mereka Zaelany 2007. Saat ini rumah-rumah penduduk dibangun dari batu dan bata, dengan jendela kaca, atap rumah dari seng. Lantai rumah sudah berbahan keramik. Rumah mereka sebagian besar berbentuk rumah panggung dengan lantai pertama secara tradisi kosong Gambar 5. Lantai pertama seringkali menjadi gudang tempat penyimpanan barang-barang atau ternak maupun sebagai tempat beristirahat di siang hari. Lantai kedua merupakan kamar-kamar, dapur dan ruang tamu. Seiring perkembangan penduduk, kini sebagian besar lantai satu rumah panggung tersebut sudah dibangun sebagai warung, toko ataupun dijadikan kamar tambahan bagi anggota keluarga. Rumah panggung tersebut umumnya dibangun menghadap ke jalan. Halaman rumahnya rata-rata juga sempit. Semua jalan saat ini sudah berupa paving block.