panen, masih sering petani melakukan panen sebelum buah matang sehingga mutu produk menjadi rendah. Sedangkan dari segi pemasaran, masalah-
masalah yang sering timbul adalah panjangnya rantai pemasaran, terbatasnya pilihan saluran pemasaran, fluktuasi harga produk serta
rendahnya bargaining position petani AEKI, 2001; Herman, 2000; Herman, 2002; Herman dan Wardani, 2000.
Menurut Graff 1986, bagian harga yang diterima petani kopi rakyat umumnya hanya sekitar 54 hingga 70 persen dari total harga siap ekspor FOB
Free on Board. Sedangkan bagian yang diterima pedagang sebesar 30
hingga 46 persen dari nilai FOB. Hal ini disebabkan karena: 1 keterbatasan petani dalam bidang pendidikan, 2 rendahnya informasi pasar, 3 lemahnya
peranan pemerintah dan lembaga tataniaga yang ada, 4 keterbatasan sarana ekonomi, 5 kebijaksanaan pemerintah secara menyeluruh kurang
mendukung pengembangan sistem produksi kopi rakyat, dan 6 tidak menentunya keadaan ekonomi dunia. Pada tahap lebih lanjut, kondisi ini
mengakibatkan struktur tataniaga kopi rakyat relatif tidak efisien Spillane, 1990. Berdasarkan masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian tentang pangsa pasar, struktur, perilaku dan kinerja lembaga tataniaga kopi arabika di Propinsi Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Tana Toraja
dan Enrekang, menjadi relevan dan penting untuk dilakukan.
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan utama sebagai berikut:
1. Menganalisis pangsa pasar kopi arabika di Propinsi Sulawesi Selatan,
khususnya di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang.
2. Menganalisis struktur, perilaku dan kinerja lembaga tataniaga kopi arabika
di Propinsi Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang.
Sedangkan kegunaan penelitian antara lain adalah: 1.
Bagi pengambil kebijakan di tingkat nasional dan regional, diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan
pengembangan kopi, khususnya kopi arabika, baik pada skala mikro di tingkat petani, maupun pada skala makro di tingkat nasional dan regional.
2. Bagi usaha pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam memilih topik penelitian terkait.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Batasan atau ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Daerah penelitian di wilayah MADUTORA dibatasi pada dua kabupaten yaitu Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Tana Toraja Tator. Hal ini
disebabkan karena pada saat ini Kabupaten Polmas, yang menjadi sentra kopi arabika untuk wilayah Mandar, telah terpisah dari Propinsi Sulawesi
Selatan dan menjadi bagian dari propinsi yang baru terbentuk yaitu Propinsi Sulawesi Barat.
2. Harga input dan harga output yang digunakan dalam analisis usahatani
kopi arabika ini digunakan harga yang berlaku pada saat penelitian berlangsung, walaupun pada kenyataannya harga input dan harga output
sangat bervariasi sepanjang tahun. 3.
Analisis dibatasi hanya pada pangsa pasar, struktur, perilaku dan kinerja pasar kopi arabika, walaupun perubahan-perubahan yang terjadi pada kopi
robusta akan mempengaruhi indikator-indikator pada kinerja pasar kopi
arabika. Disamping itu, penelitian ini juga tidak melakukan analisis terhadap aspek perdagangan internasional, walaupun disadari bahwa
perubahan-perubahan di pasar internasional akan berbepangaruh besar terhadap indikator-indikator kinerja pasar kopi di tingkat lokal dan nasional.
II. TINJAUAN PUSTAKA