Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Kopi Arabika

Petani Pedagang pengumpul desa Pedagang pengumpul kecamatan Pedagang Besar Kabupaten pedagang kecamatan dan pedagang besar umumnya telah mempunyai hubungan tertentu dengan eksportir. Apabila mereka kekurangan modal kerja, maka eksportir biasanya akan membantu tanpa persyaratan bunga modal. Secara umum, sebagian besar petani menjual langsung hasil produksinya kepada pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul desa menjual ke pedagang pengumpul kecamatan setelah kopi disortir, selanjutnya pedagang pengumpul kecamatan menjual ke pedagang kabupaten. Sedangkan pedagang kabupaten menjual lebih lanjut ke eksportir untuk kemudian dipasarkan ke konsumen luar negeri. Selain itu ada juga pedagang kabupaten menjual juga ke pedagang pengecer untuk pasar konsumen domestik. Untuk memperjelas jaringan pemasaran atau tataniaga kopi arabika di wilayah MADUTORA dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Sumber : Surono, 1996 Gambar 2. Saluran Pemasaran Kopi Arabika di Sulawesi Selatan 2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu 2.5.1. Kopi Arabika Penelitian dan studi mengenai Kopi Arabika telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, antara lain oleh Adri 1999, Karim 1999 dan Roza 2003. Pedagang Eksportir Konsumen Domestik Konsumen Luar Negeri Penelitian Adri 1999 bertujuan untuk menganalisa keragaan performance kelembagaan dan ekonomi usahatani kopi Arabika Organik di kabupaten Aceh Tengah. Responden utama adalah petani kopi arabika organik, PD.Genap Mupakat, pedagang perantara, kepala desa, pemuka Adat dan Agama, KUD dan PPL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk koordinasi antara PD.Genap Mupakat dengan petani dalam peningkatan produktivitas dan kualitas kopi Arabika organik adalah berbentuk sistem kontrak. Usahatani kopi ini tidak memiliki asset spesifikasi yang khas dalam hal teknik budidaya, tapi mempunyai asset spesifikasi yang khas dalam penggunaan lahan. Spesifikasi yang khas dalam penggunaan lahan dikarenakan kopi arabika organik tidak dibenarkan untuk penggunaan bahan-bahan kimia, sedangkan bila pada lahan kopi ditumpangsarikan tanaman lain biasanya memerlukan bahan kimia seperti sayur-sayuran. Kopi arabika organik di Propinsi Aceh layak untuk diuasahakan baik dipandang dari sisi finansial maupun ekonomi. Harga kopi di tingkat petani pada kelembagaan kemitraan lebih tinggi dari kelembagaan tradisional. Respon harga di pasar internasional relatif kecil terhadap harga domestik, hal ini ditunjukkan oleh analisa elastisitas transmisi harga sebesar 0.47. Pada daerah yang sama Karim 1999 menganalisis tentang kelayakan finansial kopi arabika Catimor organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebun kopi organik di Aceh Tengah layak feasible untuk dikembangkan. Kelayakan tersebut diperoleh dari hasil analisis kriteria kelayakan finansial yang digunakan dengan menganalisis nilai NPV, tingkat suku bunga pinjaman pertahun, nilai payback period, BEP harga dan BEP produksi. Roza 2003 menganalisis tentang faktor-faktor produksi kopi arabika di PT. Indoarabica Lampung yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kopi arabika glondongan dan kopi arabika hard skin serta mengetahui kombinasi input yang efisien untuk kedua jenis kopi arabika tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan masih dapat meningkatkan produksi kopi arabika dengan menambah faktor- faktor produksi yang positif, namun untuk menentukan batas maksimal penambahan faktor produksi tersebut masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Perusahaan masih dapat meningkatkan pemakaian tenaga kerja untuk melakukan pemetikan kopi terutama pada musim panen, karena adanya hubungan yang sangat signifikan antara produksi kopi arabika glondongan dan tenaga kerja panen.

2.5.2. Pangsa Pasar

Penelitian mengenai pangsa pasar telah dilakukan oleh Emirza 1997 dan Suryani 1997, dengan hasil sebagai berikut: Emirza 1997 meneliti tentang pangsa pasar dan strategi pemasaran produk ikan kaleng PT. Blambangan Raya. Analisis untuk pangsa pasar menggunakan metode Markov Chain sedangkan analisis strategi pemasaran digunakan metode SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan volume penjualan ikan kaleng yang diproduksi perusahaan tersebut maupun kompetitor. Berdasarkan perhitungan, pangsa pasar PT. Blambangan Raya diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2002 sehingga dibutuhkan strategi pemasaran yang kuat dalam menghadapi persaingan dengan para kompetitor. Hasil SWOT yang diperoleh adalah meningkatkan mutu produk, harga produk lebih murah dibandingkan dengan produk pesaing terdekatnya, diperlukan pemberian diskon kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah besar, mempertahankan produktivitas distributor tunggal yang dipakai oleh perusahaan selama ini dan meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar perusahaan dengan memasang iklan di media massa, mengikuti pameran- pameran serta membuat brosur mengenai produk. Penelitian Suryani 1997 tentang pangsa pasar stasiun-stasiun tv di DKI Jakarta bertujuan untuk memberikan informasi mengenai dinamika pertelevisian dan melihat pangsa pasarnya. Data diperoleh dari SRI Survey Research Indonesia berbentuk tabel jumlah pemirsa stasiun-stasiun TV swasta pada tanggal 1 sampai 7 September 1996 dengan periode waktu menonton 15 menit dan 1 jam serta dianalisis menggunakan model rantai markov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode waktu 15 menit tidak terlihat adanya perubahan kepemirsaan televisi. Pada periode 1 jam baru terlihat dinamika kepemirsaan televisi, hal tersebut disebabkan karena periode kepemirsaan yang singkat. Pangsa pasar yang paling diminati oleh pemirsa adalah melalui program lokal sinetron dari stasiun RCTI dan SCTV.

2.5.3. Struktur - Perilaku - Kinerja

Penelitian mengenai Struktur - Perilaku - Kinerja telah diteliti antara lain oleh Acharya 1998, Viaenne dan Gellynck 1995, Vlachvei dan Oustapassidis 1998 serta Hidayati 2000. Penelitian mengenai kinerja ekonomi dengan menggunakan pendekatan SCP dilakukan oleh Acharya 1998 pada pasar produk-produk pertanian di India. Penekanan dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara sektor on farm dan off farm yang dihubungkan oleh sebuah sistim pemasaran produk pertanian. Sistim pemasaran diyakini memegang peranan penting dalam menentukan harga yang merupakan sinyal bagi produsen dan konsumen, dan kemudian kinerja sistim ini sangat ditentukan oleh perilaku dan struktur pasar itu sendiri. Variabel-variabel yang diteliti adalah pengukuran regulasi, infrastruktur sistim pemasaran, harga yang ditetapkan oleh pemerintah, agen-agen dalam pasar, ekspor-impor dan kebijakan ekonomi makro. Hasil yang didapatkan adalah keseluruhan variabel yang diteliti berpengaruh nyata terhadap dinamika pasar produk pertanian. Karakteristik struktural pasar produk pertanian menunjukan dominasi lembaga-lembaga yang terorganisasi atas lembaga-lemabaga yang tidak terorganisasi dengan konsekuensi timbulnya potensi terciptanya praktek monopoli atau oligopoli. Saran sebagai basil dari penelitian ini adalah perlunya meningkatkan linkages antara petani dengan sektor ritel, pembangunan infrastruktur di pedesaan dan perlunya perhatian pada proses grading dan pengontrolan kualitas untuk meningkatkan kinerja pasar. Viaenne dan Gellynck 1995 menggunakan SCP untuk mengevaluasi pertumbuhan dan situasi terkini industri makanan di Eropa, terutama perusahaan-perusahaan yang berada di Belanda, Jerman, Inggris dan Perancis. Penelitian ini menggunakan variabel konsentrasi industri dan intensitas penggunaan tenaga kerja sebagai indikator struktur, nilai tambah dan investasi sebagai indikator perilaku, serta produktivitas, tingkat pertumbuhan dan profitabilitas sebagai indikator kinerja. Selain itu dievaluasi juga tahapan transformasi industri dari petani, industri bahan baku dan industri barang akhir. Hasil penelitian menunjukan Perancis memiliki struktur industri yang paling terintegrasi dibandingkan dengan negara yang lain, sementara Inggris dan Jerman mengalami pertumbuhan yang negatif. Namun Belanda dan Jerman memiliki tingkat profitabilitas yang tertinggi di antara negara yang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pasar makanan Eropa sangat ditentukan oleh keterkaitan struktur usaha, perilaku dan kinerja dalam industri tersebut. Vlachvei dan Oustapassidis 1998 melakukan penelitian untuk membuat hipotesis mengenai hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja pada industri makanan di Yunani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi parameter tingkat profitabilitas yang dipengaruhi oleh konsentrasi industri dan iklan pada 38 manufaktur dalam industri pangan dengan menggunakan metode estimasi 3 SLS. Indikator struktur diwakili oleh indeks konsentrasi perusahaan, indikator perilaku diwakili oleh rasio antara pengiklanan dengan total penjualan, dan tingkat profitabilitas sebagai indikator kinerja. Hasil yang didapatkan adalah bahwa intensitas pemasangan iklan dan ekspor berpengaruh nyata dalam meningkatkan tingkat profitabilitas. Selanjutnya kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi perusahaan, Pada tahap sebelumnya, konsentrasi tersebut sangat dipengaruhi oleh economies of scale perusahaan yang bersangkutan. Rekomendasi yang dinyatakan oleh peneliti adalah bahwa pengiklanan dan diferensiasi produk merupakan variabel utama yang sangat mempengaruhi profitabilitas. Hubungan antara pemasangan iklan dan tingkat konsentrasi menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki pangsa produk yang besar lebih efektif untuk menggunakan media periklanan dibandingkan dengan perusahaan dengan pangsa yang kecil. Hidayati 2000 menganalisis tentang kerja sistem pemasaran dan lembaga penunjang pemasaran kaitannya dengan pengembangan produksi rumput laut di kabupaten Lombok Timur dengan tujuan untuk menganalisis kinerja usahatani, kinerja pemasaran serta kinerja lembaga penunjang pemasaran dan kebijakan yang berkaitan dengan produksi dan pemasaran rumput laut. Hasil penelitian yang dianalisis menggunakan SCP menunjukkan bahwa struktur pasar rumput laut di tingkat pedagang pengumpul I adalah oligopoli dengan konsentrasi pasar yang tinggi, karena pedagang yang beroperasi jumlahnya terbatas. Di tingkat pedagang pengumpul II maupun eksportir, struktur pasar adalah monopoli, oleh karena itu pasar rumput laut mengarah pada pasar persaingan sempurna. Nilai indeks hubungan pasar yang diperoleh sebesar 0.043 menunjukkan bahwa ada keterpaduan pasar antara tingkat petani dengan tingkat eksportir. Petani kesulitan untuk melakukan perluasan usaha karena keterbatasan modal yang dimiliki, sementara itu lembaga keuangan yang dapat menyediakan bantuan modal belum ada. Kelompok tani yang terbentuk belum menunjukkan aktivitasnya, dengan demikian lembaga penunjang pemasaran masih belum cukup berperan dalam menunjang usaha pengembangan rumput laut. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini difokuskan pada pangsa pasar ekonomi usahatani petani kopi arabika serta struktur, perilaku dan kinerja dari lembaga tata niaga kopi arabika di Propinsi Sulawesi Selatan. Analisis yang digunakan untuk pangsa pasar adalah model rantai markov markov chain. Analisis untuk mengetahui struktur, perilaku dan kinerja SCP berbeda dengan yang dilakukan oleh Acharya 1998, Viaenne dan Gellynck 1995, dan Vlachvei dan Oustapassidis 1998. Penelitian ini menganalisis tentang jumlah lembaga pemasaran, kondisi keluar masuk pasar, praktek penentuan harga, praktek pembelian dan penjualan, praktek dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, marjin pemasaran, bagian harga yang diterima petani, elastisitas transmisi harga dan keterpaduan pasar. Efisiensi pemasaran dalam hal margin pemasaran, elastisitas transmisi harga serta keterpaduan pasar.

III. KERANGKA PEMIKIRAN