pengumpul desa. Untuk pedagang pengumpul kecamatan di dua kabupaten ditetapkan 6 responden, 4 responden pedagang besar, dan 1 responden
eksportir. Contoh pedagang dan eksportir yang diambil adalah yang dianggap dapat mewakili karakteristik populasi dan kinerja dari masing-masing lembaga
pemasaran pada lokasi penelitian. Tabel 8. Perincian Jumlah Responden Penelitian
No Kabupaten Jumlah
Kecamatan Kec. Produsen
Kopi Arabika di atas Rata-rata
Jumlah Petani
Jumlah Responden
1 Enrekang 8
Baraka Alla
3 320 3 907
14 16
Jumlah responden petani terpilih 7 227
30 2 Tator
13 Rinding
Allo Sesean
Mengkedek Rantetayo
8 048 3 531
3 759 5 403
12 5
5 8
Jumlah Responden petani terpilih 20 741
30
Jumlah Responden Petani terpilih di dua kabupaten 60
4.5. Metode Analisis
Berdasarkan pada dua rumusan permasalahan yang diajukan, maka model analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut:
Pertama, untuk menganalisis pangsa pasar kopi arabika maka akan digunakan model analisis Markov Chain.
Kedua, untuk menganalisis kinerja pasar kopi arabika, maka akan digunakan model analisis Struktur, Perilaku, Kinerja.
4.5.1. Analisis Pangsa Pasar
Dalam penelitian ini, untuk melihat dinamika sebaran pangsa pasar kopi arabika dari enam daerah produsen kopi arabika di propinsi Sulawesi Selatan,
akan dianalisis dengan menggunakan model rantai markov markov chain. Untuk melakukan analisis ini terlebih dahulu didefinisikan state dari
Markov Chain sebagai berikut :
State 1 = BR yang berarti pangsa pasar kopi arabika daerah Baraka State 2 = AL yang berarti pangsa pasar kopi arabika daerah Alla
State3= MK yang berarti pangsa pasar kopi arabika daerah Mengkendek State 4 = RA yang berarti pangsa pasar kopi arabika daerah Rinding Allo
State 5 = SS berarti pangsa pasar kopi arabika daerah Sesean State 6 = SL yang berarti pangsa pasar kopi arabika daerah Saluputi
Selanjutnya dibuat matriks peluang transisi yang unsur-unsur dari matriks di atas menyatakan besarnya peluang terjadinya perpindahan besarnya sebaran
market share dari daerah satu ke daerah yang lain. Untuk mengetahui hasil analisis rantai markov, diperhitungkan dengan QSB - 3: Markov Analysis
Program.
Secara umum matriks peluang transisi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
BR AL MK RA SS SL BR p
11
p
12
p
13
p
14
p
15
p
16
AL p
21
p
22
p
23
p
24
p
25
p
26
MK p
31
p
32
p
33
p
34
p
35
p
36
P = RA p
41
p
42
p
43
p
44
p
45
p
46
SS p
51
p
52
p
53
p
54
p
55
p
56
SL p
61
p
62
p
63
p
64
p
65
p
66
4.5.2. Analisis Struktur, Perilaku, Kinerja
Untuk mengetahui kinerja lembaga tataniaga kopi arabika di dua kabupaten terpilih yaitu kabupaten Enrekang dan Kabupaten Tana Toraja Tator,
dilakukan analisa kuantitatif dengan model Analisis Struktur, Perilaku, Kinerja. Struktur pasar dianalisis berdasarkan dua indikator, yaitu jumlah lembaga
pemasaran dan kondisi keluar masuk pasar. Perilaku pasar dianalisis berdasarkan tiga indikator, yaitu praktek pembelian dan penjualan, praktek
penentuan harga, dan kegiatan atau fungsi-fungsi pemasaran. Sedangkan analisis terhadap kinerja lembaga tataniaga dilakukan dengan
melihat margin pemasaran dan distribusinya, bagian harga yang diterima petani, elastisitas transmisi harga dan tingkat keterpaduan pasar.
4.5.2.1. Margin Pemasaran dan Distribusi Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh
petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis margin pemasaran dalam penelitian ini, data harga yang digunakan adalah harga
di tingkat petani dan harga di tingkat eksportir, sehingga dalam perhitungan margin pemasaran digunakan rumus:
M
m
= P
r
– P
f
dimana: M
m
= margin pemasaran kopi arabika P
r
= harga kopi arabika di tingkat eksportir P
f
= harga kopi arabika di tingkat petani
Margin pada setiap lembaga pemasaran dapat diketahui dengan jalan menghitung selisih antara harga jual dengan harga beli pada setiap tingkat
lembaga pemasaran. Dalam bentuk matematika sederhana dirumuskan:
M
mi
= P
s
– P
b
dimana: M
mi
= margin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran P
s
= harga jual pada setiap tingkat lembaga pemasaran P
b
= harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran Karena dalam margin pemasaran terdapat dua komponen yaitu
komponen biaya dan komponen keuntungan lembaga pemasaran, maka: M
m
= c + π
P
r
– P
f
= c + π
P
f
= P
r
- c - π
dimana: c = biaya pemasaran
π = keuntungan lembaga pemasaran
Distribusi margin pemasaran dilihat dari presentase keuntungan pemasaran dan biaya pemasaran terhadap harga jual di tingkat eksportir, untuk
masing-masing lembaga pemasaran. Selain itu dilihat juga persentase keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan pada masing-masing saluran
pemasaran. Persamaan yang digunakan adalah: Rasio antara keuntungan dan biaya =
100 x
ci i
π
dimana: π
i
= keuntungan lembaga pemasaran ke-i c
i
= biaya lembaga pemasaran ke-i
4.5.2.2. Bagian Harga yang Diterima Petani Farmer’s Share Untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh petani maka formula
yang digunakan adalah sebagai berikut: P
f
FS = x 100 P
r
dimana: FS
= bagian harga yang diterima petani kopi arabika P
f
= harga kopi arabika di tingkat petani P
r
= harga kopi arabika di tingkat eksportir
4.5.2.3. Elastisitas Transmisi Harga Elastisitas transmisi harga dilakukan untuk melihat hubungan antara
harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat eksportir. Melalui hubungan tersebut secara tidak langsung dapat diperkirakan bagaimana efektifitas suatu
informasi pasar dan dapat digunakan untuk melihat bagaimana bentuk struktur
pasar kopi arabika di Propinsi Sulawesi Selatan, apakah bersaing sempurna atau tidak, serta efesiensi sistem pemasarannya.
Elastisitas transmisi harga sebagai nisbah perubahan relatif harga di tingkat produsen P
f
terhadap perubahan relatif harga di tingkat eksportir P
r
. Untuk melihat elastisitas transmisi harga yang terjadi pada setiap rantai tataniaga
digunakan rumus sebagai berikut :
r f
f r
t
P P
P P
e ∂
∂ =
dimana : e
t
= elastisitas transmisi harga kopi arabika
∂ P
r
= perubahan harga kopi arabika di tingkat eksportir
∂ P
f
= perubahan harga kopi arabika di tingkat petani
P
r
= harga kopi arabika di tingkat eksportir
P
f
= harga kopi arabika di tingkat petani
Parameter tersebut akan diduga dengan menggunakan model regresi linier sederhana dengan rumus sebagai berikut:
P
f
= a + b P
r
sehingga :
r f
f r
t
P P
P P
e ∂
∂ =
r f
t
P P
b e
1 1
− =
Jika e
t
= 1, maka kepekaan perubahan nisbah harga di tingkat petani
sama dengan kepekaan perubahan harga di tingkat eksportir Jika e
t
1, maka kepekaan perubahan nisbah harga di tingkat petani
lebih besar daripada kepekaan perubahan harga di tingkat eksportir
Jika e
t
1, maka kepekaan perubahan nisbah harga di tingkat petani
lebih kecil daripada kepekaan perubahan harga di tingkat eksportir Apabila nilai e
t
untuk suatu pasar lebih tinggi dari pasar lainnya berarti pasar tersebut lebih efisien karena perubahan harga di tingkat konsumen
ditransmisikan ke tingkat produsen.
4.5.2.4. Keterpaduan Pasar Untuk menganalisis keterpaduan pasar, digunakan model yang
dikembangkan oleh Ravallion 1986 dan Hyetens 1986 yang mengukur tingkat keterkaitan antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat eksportir,
dirumuskan sebagai berikut:
P
ft
– P
ft-1
= b
1
P
ft
– P
et-1
+ b
2
P
et
– P
et-1
+ b
3
P
et-1
+ μ
t
Persamaan tersebut diatas dapat disederharnakan menjadi:
P
ft
= 1 + b
1
P
ft-1
+ b
2
P
et
– P
et-1
+ b
3
– b
1
P
et-1
+ μ
t
dimana: P
ft
= harga kopi arabika di tingkat petani waktu t P
ft-1
= harga kopi arabika di tingkat petani waktu t – 1
P
et
= harga kopi arabika di tingkat eksportir waktu t P
et-1
= harga kopi arabika di tingkat eksportir waktu – t μ
t
= galat
koefisien b
2
menunjukan berapa besar perubahan harga di tingkat eksportir ditransmisikan ke harga di tingkat petani. Koefisien 1 + b
1
dan b
3
– b
1
mencerminkan seberapa jauh kontribusi relatif harga periode sebelumnya dari pasar lokal dan pasar acuan terhadap tingkat harga yang berlaku sekarang di
pasar lokal. Rasio antara keduanya merupakan indeks hubungan pasar yang dirumuskan sebagai berikut:
1 3
1
1 b
b b
IMC −
+ =
dimana: IMC
= Indeks of marketing connection indeks hubungan pasar
4.6. Definisi dan Konsep Operasional