Perkembangan PDRB Wilayah GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa 65 sampai 74 persen dari seluruh penduduk di dua wilayah ini memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Ini menunjukkan bahwa perekonomian di wilayah tersebut masih bersifat agraris. Kemudian disusul oleh perdagangan sebesar 13.20 persen Enrekang dan 25.89 persen Tator; bermata pencaharian perdagangan besar dan industri, dan jasa kemasyarakatan 5,95 persen Enrekang, rumah makan dan hotel serta industri kecil dan pengolahan masing-masing sebesar 5.64 dan 2,57 persen Tator.

5.3. Perkembangan PDRB Wilayah

Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi dan sumberdaya yang dimiIiki serta kemampuan daerah yang bersangkutan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki tersebut. Untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB dua kabupaten tersebut selalu mengembangkan potensi yang dimiliki dengan berbagai kebijakan, langkah dan upaya konkrit yang dilakukan di semua sektor. Perkembangan PDRB dua kabupaten tersebut dan propinsi Sulawesi Selatan selanjutnya disajikan pada Table 11 dan 12. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Enrekang dari tahun ke tahun terus meningkat, dan pada tahun 2004 total PDRB Kabupaten Enrekang telah mencapai 725 067.00 juta rupiah. Bila dibandingkan dengan PDRB tahun 1999 maka terlihat bahwa terjadi kenaikan sekitar 108.16 persen, dengan rata-rata perkembangan sekitar 39.14 persen per tahun untuk waktu 1996 - 2004. Tabel 11. Perkembangan PDRB Propinsi Sulawesi Selatan dan PDRB Kabupaten Enrekang,Tahun1996 - 2004 Tahun PDRB Propinsi Sulawesi Selatan Milyar Rupiah PDRB Kabupaten Enrekang Juta Rupiah Persentase PDRB Enrekang terhadap PDRB Sulsel 1996 11 833 097.67 160 311.89 1.36 1997 13 538 032.09 199 218.09 1.47 1998 21 950 763.91 348 787.86 1.59 1999 24 064 892.99 348 322.65 1.47 2000 27 772 137.13 394 527.35 1.42 2001 34 770 983.00 513 582.00 1.48 2002 38 522 674.00 582 387.00 1.51 2003 42 885 870.00 647 920.00 1.51 2004 48 509 525.00 725 067.00 1.50 Sumber: BPS. Kabupaten Enrekang dalam Angka, 2005 Terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan, sumbangan PDRB Kabupaten Enrekang masih relatif kecil, pada tahun 2004 hanya sekitar 1.50 persen. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan dengan keadaan tahun 1999 yang menyumbang sekitar 1.47 persen terhadap total PDRB Sulawesi Selatan. Walaupun dalam situasi perekonomian yang kurang menguntungkan, perkembangan PDRB Tana Toraja menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2000 total PDRB di Tana Toraja atas dasar harga berlaku telah mencapai angka 803 966.60 juta rupiah. Bila dibandingkan dengan PDRB tahun 1999 maka terjadi kenaikan sekitar 8.27 persen, dengan rata.rata perkembangan sebesar 23.20 persen per tahun dalam lima tahun terakhir. Tabel 12. Perkembangan PDRB Sulawesi Selatan dan PDRB Kabupaten Tana Toraja,Tahun 1999 - 2004 Tahun PDRB Propinsi Sulawesi Selatan Milyar Rupiah PDRB Kabupaten Tana Toraja Juta Rupiah Persentase PDRB Tana Toraja terhadap PDRB Sulsel 1996 11 833 097.67 355 659.41 3.01 1997 13 538 002.09 433 123.91 3.20 1998 21 950 763.91 705 666.59 3.21 1999 24 064 892.99 742 589.98 3.09 2000 27 772 137.13 803 966.60 2.89 2001 34 770 983.00 973 805.31 2.80 2002 38 522 674.00 986 172.93 2.56 2003 42 885 870.00 1 074 831.24 2.50 2004 48 509 525.00 1 251 367.91 2.58 Sumber : BPS. Kabupaten Tana Toraja dalam Angka, 2005 Dilihat dari besarnya kontribusi terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan nampak bahwa nilai PDRB Tana Toraja terus mengalami peningkatan, akan tetapi persentasenya cenderung mengalami penurunan. Kontribusi PDRB Tana Toraja terhadap PDRB Sulawesi Selatan pada tahun 2004 hanya mencapai 2.58 persen dari total PDRB Sulawesi Selatan. Bila dibandingkan dengan kontribusi PDRB Tana Toraja terhadap PDRB Sulawesi Selatan pada tahun 1999 maka terjadi penurunan sekitar -0.51 persen. Dalam kurun waktu 1996-2004 rata-rata kontribusi terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan adalah 3.08 persen per tahun. Tabel 13. Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha di Enrekang dan Tator, Tahun 2004 Pertumbuhan No Sektor Enrekang Tator 1 Pertanian 10,37 4,39 2 Pertambangan dan pengolahan 2,84 2,63 3 Industri pengolahan 27,45 14,15 4 Listrik, gas dan air minum 0,33 5,75 5 Bangunan 4,37 -0,16 6 Perdagangan 3,81 0,11 7 Angkutan 1,63 9,54 8 Keuangan -42,52 -5,46 9 Jasa-jasa 0,76 1,92 PDRB 4,79 2,87 Sumber: BPS Kabupaten Enrekang dan Tator, 2005 Pertumbuhan riil sektor-sektor ekonomi pada tahun 2004 di dua kabupaten ini cukup beragam. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling besar yaitu sektor industri pengolahan sebesar 27.45 persen kemudian disusul sektor pertanian sebesar 10.37 persen serta sektor angkutan sebesar 9.54 persen. Sedangkan sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan dalam jumlah kecil yaitu sektor perdagangan hanya 0.11 persen dan sektor listrik, gas dan air minum sebesar 0.33 persen, seperti dapat dilihat pada Tabel 13. Rendahnya pertumbuhan ekonomi di hampir semua sektor disebabkan oleh multi krisis yang melanda negara kita dan krisis tersebut berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah MADUTORA, khususnya kabupaten Enrekang dan Tator. Struktur perekonomian menurut lapangan usaha di wilayah MADUTORA sampai saat ini masih didominasi oleh sektor industri pengolahan dan pertanian. Peranan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB di wilayah MADUTORA telah mengalami penurunan karena makin besarnya peran sektor-sektor lain. Dari sembilan sektor lapangan usaha, di Kabupaten Tator hanya dua sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor bangunan dan keuangan masing-masing - 5.46 persen, -0.16 persen. Sedangkan sektor-sektor Iainnya mengalami peningkatan. Untuk kabupaten Enrekang, kontribusi tertinggi berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 27.45 persen; kedua adalah sektor pertanian sebesar 10.37 persen. Lalu berturut-turut diikuti oleh sektor bangunan sebesar 4.37 persen; perdagangan sebesar 3.81 persen, pertambangan dan pengolahan sebesar 2.84 persen. Struktur perekonomian Sulawesi Selatan juga masih didominasi oleh sektor pertanian. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah atau wilayah adalah Pendapatan Perkapita Penduduk. Untuk wilayah MADUTORA, khususnya di Kabupaten Enrekang dan Tator pendapatan perkapita penduduk terus mengalami kenaikan. Untuk Kabupaten Enrekang, pada tahun 2000 dari sebesar Rp 2 711 500.00 dan menjadi Rp 4 068 953.58 pada tahun 2004. Pendapatan perkapita kabupaten Tator pada tahun 2000 sebesar Rp 2 152 375.00 dan pada tahun 2004 menjadi Rp 2 855 028.00.

VI. ANALISIS PANGSA PASAR KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG