negatif, maka modul yang dikembangkan tersebut dinyatakan tidak lolos pada penilaian tahap I ini.
Tahap penilaian instrumen selanjutnya yaitu pada tahap II menggunakan instrumen penilaian tahap II buku teks pelajaran BSNP yang telah dimodifikasi
yang terdiri atas komponen kelayakan isi, komponen kelayakan Kebahasaan, dan komponen kelayakan penyajian. Penilaian instrumen tahap II ini melibatkan 3
dosen FMIPA Unnes dan 5 guru MTs Sudirman sebagai validator masing-masing komponen. Uraian penilaian ketiga komponen sebagai berikut.
4.2.1.1 Komponen Kelayakan Isi
Instrumen penilaian kelayakan isi terdiri atas enam subkomponen yaitu materi, kemutakhiran, merangsang keingintahuan melalui PBL, mengembangkan
kecakapan hidup, mengembangkan wawasan kebhinekaan, dan mengandung wawasan kontekstual. Keenam subkomponen tersebut berisi butir-butir penilaian
dan telah mendapat respon postif dari validator. Rata-rata skor keseluruhan yang diperoleh yaitu mencapai 3,68. Berdasarkan hasil yang diperoleh penilaian
tersebut termasuk dalam kriteria layak berdasarkaninstrumen penilaian BSNPyang dimodifikasi.
Skor penilaian yang diberikan validator I Dosen FMIPA lebih tinggi dibandingkan dengan skor yang diberikan validator II Guru IPA hal ini
dikarenakan skor yang diberikan guru dalam komponen kemutakhiran dan pada komponen mengembangkan kecakapan hidup juga memperoleh skor yang
minimal, sehingga skor yang dirata-rata menjadi lebih sedikit. Guru berpendapat sebaiknya sumber rujukan yang digunakan menggunakan sumber yang lebih baru,
meskipun sebagian sumber rujukan modul yang dikembangkan telah menggunakan buku yang terbaru. Penilaian yang diberikan ketiga validator
meskipun berbeda hal itu menunjukkan objektifitas validator dalam memberikan penilaian validasi terhadap modul yang dikembangkan. Secara keseluruhan hasil
penilaian validator memberikan penilaian yang baik terhadap modul. Penilaian tersebut menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan telah
memenuhi kriteria penilaian butir insrumen penilaian. Modul telah dilengkapi materi dengan beberapa kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa. Berdasarkan
hasil rekapitulasi pada Tabel 4.2 skor maksimal yang diperoleh pada subkomponen merangsang keingintahuan melalui PBL. Hal ini menunjukan
bahwa modul yang dikembangkan dengan menggunakan model PBL dapat menarik minat siswa untuk mempelajari materi, sesuai dengan tujuan model PBL
yaituuntuk membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Strobel Barneveld 2009 yang mengemukakan
bahwa model PBL berhasil untuk menciptakan strategi pembelajaran yang efektif. Penilaian materi juga mendapat respon positif dari validator. Modul yang
dikembangkan juga menggunakan model keterpaduan yaitu model shared. Menurut Parmin Sudarmin 2013 model ini membelajarkan beberapa konsep
yang dimulai dengn konsep yang beririsan yang membantu siswa dalam mempelajari materi lebih utuh. Keterpaduan dalam modul juga mendapat respon
positif dari validator. Skor terendah dalam penilaian komponen kelayakan isi yaitu pada
subkomponen kemutakhiran. Hal ini terjadi karena rujukan yang dikembangkan kurang termasa, sumber rujukan yang digunakan masih didomonasi buku-buku
lama hal ini karena buku IPA terpadu pada jenjang MTs SMP belum diterbitkan sampai penelitian ini dilakukan. Buku yang tersedia meskipun menggunakan judul
IPA terpadu namun isi didalamnya masih membedakan bidang kajian IPA. Oleh karena itu peneliti melakukan pengembangan modul IPA terpadu berbasis PBL
dengan harapan hasil modul yang dikembangkan dapat digunakan sebagai suplemen belajar siswa dalam mempelajari meteri IPA khususnya pada tema
gerak.
4.2.1.2 Komponen Kebahasaan