Mata Pelajaran Sejarah KAJIAN PUSTAKA

lain dari apa yang tercantum dalam perencanaan suatu pembelajaran Aman, 2011 : 110. Metode membentuk mata rantai yang paling penting di dalam rantai belajar mengajar, yang di satu sisi mempunyai tujuan dan sasaran, dan di sisi lain menpunyai hasil dan nilai. Metode adalah mata rantai tengah yang menghubungkan tujuan dengan hasil atau nilai metode tersebut. Metodelah yang menentukan hasil belajar. Semua keputusan yang berhubungan dengan cara mengajar sejarah sudah seharusnya ditentukan oleh tujuan umum mata pelajaran ini sebagai satu kesatuan dan tujuan khusus setiap unit pembelajarannya atau pokok bahasan. Untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang luas, metode yang digunakan harus membuka pengetahuan dan pengalaman para siswa dalam pengembangan pemahaman, berpikir kritis, keterampilan praktis, minat dan perilaku seperti yang telah dibahas di awal Kochhar, 2008 : 285. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, dan sebagai strategi pembelajaran Suryani, 2012: 49.

C. Mata Pelajaran Sejarah

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air Aman, 2011: 56. Secara subtantif, materi sejarah : 1. Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. 2. Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan. 3. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa. 4. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Ruang lingkup materi pembelajaran sejarah di SMAMA berdasarkan Peraturan Mendikbud No. 64 tahun 2013 tentang Standar isi meliputi : 1. Prinsip dasar ilmu sejarah 2. Zaman Kuno 3. Zaman Pertengahan 4. Zaman Pergerakan Daerah 5. Zaman Modern 6. Tokoh sejarah 7. Demokrasi Liberal 8. Demokrasi Terpimpin 9. Orde Baru 10. Reformasi 11. Indonesia dalam Konteks 12. pergaulan dunia Pembelajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pembelajaran sejarah, siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pembelajaran sejarah bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda, dan tujuan lainnya adalah : 1. Mendorong siswa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan dating. 2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlangsungan masyarakat Agung, 2013: 56.

D. Kerangka Berfikir