Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Indeks Pemeriksaan Klinis .1 Indeks Plak Loe dan Silness Kerangka Teori

Buah Sawo Manila Achras zapota L merupakan salah satu jenis komoditas buah tropis dari sektor pertanian yang mempunyai potensi ekonomis yang cukup tinggi di Indonesia. 8 Buah Sawo Manila Achras zapota L telah banyak dijadikan sebagai alternatif obat-obatan herbal di masyarakat. Di dalam buah Sawo Manila terkandung senyawa kimia sebagai antibakteri yaitu flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid. 9,10 Buah Sawo Manila telah diuji mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Salmonella thyposa. 9 Berdasarkan penelitian secara in vitro yang dilakukan oleh Osman MA, dkk pada tahun 2011, menyebutkan bahwa Kadar Hambat Minimum KHM ekstrak buah Sawo adalah 256 - 512μgmL. 11 Penelitian yang dilakukan oleh Mukhriani, dkk pada tahun 2014, menyebutkan dari uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol buah Sawo Manila konsentrasi 1 diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi optimum 1500 ppm atau 1,5mgml setara dengan 1,5 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. 9 Pada penelitian ini, tidak ditentukan Kadar Bunuh Minimum KBM ekstrak buah Sawo, sehingga dapat diestimasikan bahwa Kadar Bunuh Minimum KBM berkisar 2-4 kali lipat dari Kadar Hambat Minimum KHM ekstrak tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh obat kumur ekstrak buah Sawo Manila terhadap akumulasi plak dengan konsentrasi 1 karena merupakan konsentrasi yang optimum dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Sehingga penggunaan obat kumur ekstrak buah Sawo Manila dapat dijadikan alternatif pengganti obat kumur kimia sintetis yang beredar dipasaran.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh ekstrak buah Sawo Manila Achras zapota L konsentrasi 1 dalam obat kumur terhadap penurunan akumulasi plak? Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ekstrak buah Sawo Manila Achras zapota L konsentrasi 1 dalam bentuk obat kumur terhadap penurunan akumulasi plak.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh ekstrak buah Sawo Manila Achras zapota L konsentrasi 1 dalam bentuk obat kumur terhadap penurunan akumulasi plak.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi instansi pemerintah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk merencanakan program penyuluhan pada masyarakat mengenai pengaruh ekstrak buah Sawo Manila Achras zapota L dalam bentuk obat kumur terhadap penurunan akumulasi plak pada rongga mulut. 2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak buah Sawo Manila Achras zapota L dalam bentuk obat kumur terhadap penurunan akumulasi plak pada rongga mulut.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi bagi tenaga kesehatan gigi sebagai pedoman dalam melakukan program penyuluhan pada masyarakat mengenai berpengaruhnya ekstrak buah Sawo Manila Achras zapota L sediaan bentuk obat kumur dalam menurunkan akumulasi plak pada rongga mulut. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh ekstrak buah Sawo Manila Achras zapota L sediaan bentuk obat kumur dalam menurunkan akumulasi plak pada rongga mulut dan dapat dijadikan sebagai alternatif zat tambahan dalam obat kumur untuk penurunan akumulasi plak. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak

Plak dental merupakan lapisan lunak yang berisi kumpulan bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi. 5,12 Plak yg berupa deposit lunak biasanya berwarna putih keabu-abuan atau kuning. 5 Plak sangat berbeda dengan beberapa deposit lain seperti materia alba yang berupa deposit lunak berwarna kekuning-kuningan atau keputih-putihan yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme, sel-sel epitel deskuamasi, sisa-sisa makanan, leukosit serta deposit saliva, dapat dengan mudah dibersihkan dengan berkumur dan kalkulus berupa massa terkalsifikasi yang terbentuk dan melekat di permukaan gigi, biasanya terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi. 13 Plak dental terbagi atas, plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva berada pada atau di atas margin gingiva dan berkontak langsung dengan margin gingiva. sedangkan plak subgingiva berada dibawah margin gingiva antara gigi dan jaringan sulkular gingiva. 5,13 Komposisi utama plak dental adalah mikroorganisme dan satu gram plak berat basah mengandung sekitar 2 x 10 11 bakteri. Lebih dari 325 spesies bakteri dijumpai dalam plak. Mikroorganisme non-bakteri yang dijumpai dalam plak adalah spesies Mycoplasma, ragi, protozoa dan virus. Mikroorganisme tersebut terdapat diantara matriks interseluler, yang juga mengandung sedikit sel jaringan seperti sel- sel epitel, makrofag dan leukosit. 13

2.1.1 Proses Pembentukan Plak

Proses pembentukan plak terbagi atas 3 tahap yaitu pembentukan pelikel dental, kolonisasi awal bakteri dan kolonisasi sekunder yang disertai maturasi plak. Pada tahap pertama, pembentukan pelikel dental pada awalnya permukaan gigi atau Universitas Sumatera Utara restorasi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri, pejamu dan debris. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah pengeringan jaringan. Selain itu, pelikel merupakan substrat kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat. Pada tahap kedua, dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri yang pertama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif menjadi lingkungan yang miskin oksigen dimana yang paling dominan adalah mikroorganisme anaerob gram negatif. Pada tahap ketiga, pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, spesies Capnocytophaga, Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak. Proses perlekatannya adalah berupa interaksi stereokhemikal yang sangat spesifik dari molekul-molekul protein dan karbohidrat yang berada pada permukaan sel bakteri, dan interaksi yang kurang spesifik yang berasal dari tekanan Van der walls. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Koagregasi pengkoloni sekunder ke pengkoloni awal terjadi antara Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscosus. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram negatif, misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis. 5 Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Kontrol Plak

Kontrol plak adalah menghilangkan dan mencegah penumpukan plak pada gigi dan permukaan gingiva sekitarnya. Kontrol plak juga menghambat terbentuknya kalkulus, dapat menyembuhkan keradangan gingiva dan bila kontrol plak dihentikan akan menyebabkan kekambuhan keradangan. Kontrol plak adalah cara yang efektif untuk perawatan dan pencegahan gingivitis dan merupakan bagian yang penting dari semua prosedur dalam perawatan dan pencegahan periodontitis. Kontrol plak kemikal, banyak bahan yang digunakan antara lain: antiseptik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas, antibiotik yang mampu menghambat dan membunuh bakteri-bakteri dari grup tertentu, enzim yang secara tunggal atau kombinasi dapat merubah aktivitas plak, bahan non-enzimatik dapat merubah struktur atau aktivitas metabolisme dari plak dan bahan yang dapat menghambat perlekatan bakteri pada permukaan pelikel. Bahan antibakteri secara lokal dapat berupa pasta gigi, obat kumur untuk menyingkirkan plak agar tidak terjadi penyakit periodontal. 6

2.2 Buah Sawo Manila Achras zapota L

Buah Sawo Manila Achras zapota L merupakan tanaman buah tropis yang berasal dari Guatemala Amerika Tengah, Mexico, Hindia Barat dan Indonesia yang penyebarannya cukup luas. 10,14 Tanaman ini jumlahnya banyak dan mudah didapat. Buah Sawo Manila yang masih muda rasanya pahit dan kelat disebabkan tingginya kandungan tanin, sehingga daya antibakteri buah sawo yang masih muda lebih tinggi dibandingkan buah Sawo yang sudah tua. 10 Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Achras zapota L

2.2.1 Klasifikasi Buah Sawo Manila

Taksonomi buah Sawo Manila Achras zapota L diklasifikasikan sebagai berikut 14,15 : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Ebenales Famili : Sapotaceae Genus : Achras Species : Achras zapota L Buah Sawo mempunyai nama istilah lain yaitu Manilkara Inggris, Khirni India, Lamut sida Thailand. 16

2.2.2 Manfaat Buah Sawo Manila

Manfaat buah Sawo Manila antara lain untuk mengobati diare dan memperlancar pencernaan. 17 Masyarakat lebih memilih pengobatan secara alami, seperti meminum sari buah sawo manila muda yang direbus dan disaring untuk mengobati diare. Buah ini digunakan juga sebagai obat penyakit tipus yang menyebabkan demam tipoid biasanya diderita oleh anak-anakorang muda. 18 Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Kandungan Buah Sawo

Buah Sawo mengandung senyawa-senyawa kimia golongan tanin dan terpenoid, saponin dan flavonoid. 9,10 Buah Sawo memiliki antioksidan seperti vitamin A, C, E, K, karotenoid, flavonoid flavon, isoflavon, flavonones, anthocyanin, catechin, isocatechins, polifenol asam ellagic, asam galat, tanin, saponin, enzim dan mineral selenium, tembaga, mangan, seng, kromium, iodin. 19

2.2.4 Peranan Ekstrak sebagai Antibakteri

Efektivitas antibakteri ekstrak buah sawo dihubungkan dengan kandungan kimia yang mengandung flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. 9,10 Flavonoid adalah senyawa fenol terbesar yang ditemukan dialam. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mukhriani, dkk pada tahun 2014, mekanisme flavonoid dengan cara membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Selain itu, flavonoid dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen dan bersifat lipofilik dapat merusak membran mikroba. Tanin sebagai antibakteri dapat menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk. 9 Mekanisme tanin dapat membentuk kompleks dengan enzim mikroba, masuk melalui membran mikroba, untuk mencapai membran tanin harus melewati dinding sel mikroba, dinding sel terbuat dari polisakarida dan protein yang berbeda yang memungkinkan bagian dari tanin masuk serta membentuk komplek dengan ion metal. 21 Selain itu, tanin dapat merusak sel bakteri dengan memanfaatkan perbedaan kepolaran lipid penyusun sel bakteri dan gugus alkohol pada rantai polifenol dari tanin. 20 Saponin mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, yang mana saponin dapat melakukan mekanisme penghambatan dengan membentuk senyawa kompleks dengan membran sel melalui ikatan hidrogen sehingga dapat menghancurkan sifat permeabilitas dengan dinding sel dan akhirnya dapat menimbulkan kematian sel. 10 Terpenoid sebagai antibakteri bereaksi dengan porin protein transmembran pada Universitas Sumatera Utara membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. 9

2.2.5 Toksisitas Ekstrak Buah Sawo Manila

Hasil penelitian Bhawal S, dkk pada tahun 2014 bahwa toksisitas akut ekstrak etanol buah sawo sampai 2000 mgkg berat badan secara oral tidak menghasilkan racun. 23 Berdasarkan hasil penelitian Singh S, dkk pada tahun 2012 bahwa teramati bahwa tidak ada perubahan signifikan dalam hal berat badan, konsumsi makanan dan air oleh tikus Swiss Albino dari semua kelompok dosis. Tidak ada kematian yang tercatat bahkan tingkat dosis tertinggi yaitu 2 g kg berat badan, yang membuktikan bahwa lendir yang diisolasi dari biji semua buah sawo, tidak mengandung efek racun pada tikus Swiss Albino. Hasilnya menunjukkan bahwa tanaman ini aman. Oleh karena itu, menunjukkan bahwa buah sawo aman pada tikus albino dewasa dan menunjukkan tidak ada toksisitas terlihat. 22 2.3 Indeks Pemeriksaan Klinis 2.3.1 Indeks Plak Loe dan Silness Indeks plak Loe dan Silness sedikit berbeda dengan indeks-indeks yang lain. Pada indeks plak Loe dan Silness pengukurannya tidak didasarkan pada perluasan plak melainkan pada ketebalan penumpukan plak gigi. Pengukuran pada maksila molar satu kanan 16, maksila insisivus lateral kanan 12, maksila premolar satu kiri 24, mandibula molar satu kiri 36, mandibula insisivus lateral kiri 32 dan mandibula premolar satu kanan 44. Keempat sisi gigi yang dilihat, yaitu : bukal, lingual, mesial dan distal. 25 Cara penghitungan skor adalah sebagai berikut :  Skor plak untuk satu gigi = Jumlah seluruh skor dari empat permukaan gigi 4  Skor plak untuk keseluruhan gigi = Jumlah seluruh skor gigi Jumlah gigi yang diperiksa Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Teori

Plak Kontrol plak Mekanis Kimiawi Sikat gigi Pembersih interdental Obat kumur Pasta gigi Ekstrak buah Sawo Manila 1 Akumulasi plak menurun Saponin Terpenoid Protein transmembran pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat mengakibatkan rusaknya porin Senyawa kompleks dengan membran sel melalui ikatan hidrogen dapat menghancurkan sifat permeabilitas dengan dinding sel dan menimbulkan kematian sel Menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen Flavonoid Tanin Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep