PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79
Pelatih menghindari penggunaan taktik dengan sengaja mengaburkan analisis; mengejek bahasa yang sarat emosi, kesalahan, disebabkan asosiasi, generalisasi
yang tergesa-gesa, mengubah definisi dan terlalu menyederhanakan alternatif pemecahan masalah kalau tidak ini berarti itu.
C. Citra Diri Pelatih
Pelatih adalah fasilitator dalam proses belajar peserta. Pelatih bukan hanya seorang yang ahli dari suatu program pelatihan, namun juga harus mampu rnenciptakan
interaksi belajar. Pelatih bukan ―bos‖ atau ―atasan‖ melainkan partner atau mitra yang berdiri
sama tinggi duduk sama rendah. Memfasilitasi bukan dengan cara ―mengajar‖, ―menggurui‖ atau bahkan ―memerintah‖, melainkan dengan cara memberi contoh,
merangsang, dan mendorong peserta untuk berfikir sendiri, untuk menyadari perasaan dan pengalaman masing-masing untuk menemukan jawaban sendiri. Dengan demikian
akan diperoleh pelajaran yang paling bermanfaat dan berharga karena belajar dari pengalaman peserta sendiri.
Melihat peran dan tugas pelatih seperti itu, maka wajarlah bila seorang pelatih dituntut menjadi figur yang lengkap dan sempurna meskipun tidak ada manusia yang
sempurna. Figur pelatih seperti yang diharapkan bukanlah diperoleh dari mempelajari suatu bahan pelatihan atau dari pendidikan yang tinggi. Figur pelatih lebih banyak
ditentukan oleh kepribadian yang dimiliki berkaitan dengan pengembangan diri sendiri sebagai pelatih.
Dalam pelatihan yang bersifat konvensional, keahlian dan pengetahuan seorang pelatih tentang suatu bahan pelatihan sangat diutamakan. Oleh sebab itu pembinaan
terhadap pelatih ditekankan pada aspek yang nampak, yaitu pengetahuan dan penguasaan bahan pelatihan. Pengembangan diri sendiri self development yang
menyangkut pelatih tidak terlalu dipentingkan. Dalam konteks inilah pengembangan atau pembinaan diri sendiri seorang pelatih menjadi bagian penting.
Sikap yang diperlukan dalam pengernbangan atau pembinaan diri pelatih agar memenuhi citra diri pelatih secara optimal antara lain:
1. Peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang lain.
Pelatih dituntut peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang kepada peserta dsb. Ingat peserta rnengikuti pelatihan adalah karena mereka membutuhkan.
Pelatih perlu rnemahami diri sendiri dan peserta atau orang lain diharapkan untuk mernpunyai identitas diri masing-masing dan menerimanya. Tentu saja hal ini bukan
berarti untuk saling rnenonjoikan egonya tetapi justru untuk saling menghargai dan menghormati sehingga terjadi proses saling belajar.
2. Terbuka dan tidak membela diri.
Pengembangan diri seorang pelatih akan berjalan baik bila ia mau terbuka untuk menerima masukan dan pengalaman baru yang berbeda dengan dirinya, bukan
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
80
| Modul Pelatihan Bagi Pelatih Penyegaran Pendamping Teknis Kabupaten
membela diri dan memaksakan pengalamnya sendiri kepada peserta, ingat bahwa peserta juga mempunyai pengalaman dan proses belajar sebagai bentuk hubungan
mutualisme. Terbuka kepada orang lain tanpa menilai dengan ukuran konsep dan pengalaman kita sendiri, setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan
konsep sendiri, tidak ngotot agar bermunculan kemungkinan baru. Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang
saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya, mau mengambil risiko melakukan kekeliruan.
3. Percaya, tulus dan sungguh-sungguh
Pelatih harus yakin dan berfikir positif terhadap proses dan interaksi belajar yang terjadi. Segala intervensi pelatih diberikan dengan sungguh sungguh dan tulus kepada
pembelajar dalam interaksi belajar. Intervensi bukan dimaksudkan untuk menimbulkan dan membangun image atau kesan peserta terhadap pelatih melainkan diupayakan
untuk penyadaran dan mencapai tujuan pelatihan.
4. Kesetaraan dan kemitraan