Pengertian Pembelajaran Mikro Mengembangkan Media Pelatihan
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
114
| Modul Pelatihan Bagi Pelatih Penyegaran Pendamping Teknis Kabupaten
Lembar Informasi 4.1.1
Pembelajaran Mikro Micro Teaching
Meningkatkan Keterampilan Melatih
embelajaran Mikro Micro-Teaching merupakan salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan melatih. Dalam konteks yang sebenarnya, mengajar
atau melatih instructional mengandung banyak tindakan, baik mencakup teknis
penyampaian materi, penggunaan metode, pemanfaatan media, bimbingan belajar, memberi motivasi, mengelola kelas, memberikan penilaian dan lain-lain. Kegiatan
pembelajaran merupakan serangkaian tindakan dan pengorganisasian pengalaman dan sumber daya yang cukup kompleks, sehingga membutuhkan kepiwaian pelatih. Oleh
karena itu, penguasaan keterampilan dasar melatih bagi pelatih perlu dipersiapkan melalui berbagai pengalaman dan penggunaan model pembelajaran termasuk
mengintegrasikannya dalam pembelajaran masyarakat. Setiap komponen keterampilan dasar melatih perlu dikuasai oleh pelatih secara terpisah Isolated. Berlatih untuk
menguasai keterampilan dasar melatih seperti itulah yang dinamakan Micro-Teaching Pembelajaran Mikro.
Pembelajaran Mikro Microteaching mulai dikembangkan di Universitas Stanford pada Tahun 1963, dalam rangka menemukan metode latihan bagi para calon pelatih
yang lebih efektif. Pembelajaran Mikro sebagai suatu teknik latihan melatih yang didasarkan pada hal-hal berikut: a situasi nyata yang dibuat secara semu, b
konsentrasi pada keterampilan melatih, c menggunakan Informasi, dan d Pengetahuan tentang tingkah laku belajar sebagai umpan balik. Berdasarkan
kemampuan peserta distribusi latihan keterampilan dalam periode waktu tertentu.
Penggunaan Pembelajaran Mikro Micro-Teaching sebagai teknik dan prosedur latihan melatih didasari oleh banyak hal. Penerapan pendekatan pelatihan melatih
secara tradisional dipandang kurang mampu membekali Kesiapan Mental, Kemampuan dan Keterampilan Melatih Calon PelatihPendidikPengajarDosen untuk tampil di
depan kelas Real Classroom. Hal ini disebabkan pelatihan melatih dengan teknik tradisional dilakukan secara langsung di ruang kelas. Cara ini diasumsikan bahwa
penguasaan teori, calon pelatih atau mahasiswa kepelatihan sudah menguasai dan terampil melatihkan ilmunya kepada orang lain. Oleh karena itu, para calon pelatih
langsung melatih di berbagai tempat untuk menjadi pelatih praktikan. Pendekatan semacam ini ternyata kurang efektif dan kurang berhasil.