5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia, meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika,
konsep sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan Surbakti, 1999. 1
Primordial Ikatan kekerabatan darah dan keluarga dan kesamaan suku bangsa,
daerah, bahasa, dan adat-istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat
membentuk negara-bangsa.
Primordialisme tidak
hanya menimbulkan pola perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan persepsi
yang sama tentang masyarakat negara yang dicita-citakan. Walaupun ikatan kekerabatan dan kesamaan budaya itu tidak menjamin terbentuknya
suatu bangsa karena mungkin ada faktor yang lain yang lebih menonjol, namun kemajemukan secara budaya mempersulit pembentukan satu
nasionalitas baru negara bangsa karena perbedaan ini akan melahirkan konflik nilai.
2 Sakral
Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi yang kuat dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat
membentuk negara-bangsa. 3
Tokoh Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara
luas oleh masyarakat dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa- negara. Pemimpin ini menjadi panutan sebab warga masyarakat
Universitas Sumatera Utara
mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap sebagai penyambung lidah masyarakat.
4 Sejarah
Persepsi yang sama tentang asal-usul nenek moyang dan tentang pengalaman masa lalu, seperti penderitaan yang sama akibat dari
penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas sependeritaan dan sepenanggungan, tetapi juga tekad dan tujuan yang sama antar kelompok
suku bangsa. Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang menyatukan mereka sebagai bangsa, sebab dengan
membentuk konsep ke-kita-an dalam masyarakat. 5
Bhinneka Tunggal Ika Prinsip bersatu dalam perbedaan unity in diversity merupakan salah satu
faktor yang dapat membentuk bangsa-negara. Bersatu dalam perbedaan artinya kesediaan warga masyarakat untuk bersama dalam suatu lembaga
yang disebut Negara, atau pemerintahan walaupun mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat, ras atau agama yang berbeda.
6 Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi industrialisasi akan melahirkan spesialisasi pekerjaan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Semakin tinggi mutu dan semakin bervarariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung di antara berbagai jenis
pekerjaan. Setiap orang bergantung pada pihak lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling bergantung antar
Universitas Sumatera Utara
anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, maka semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
7 Kelembagaan
Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga pemerintahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik. Setidak-
tidaknya terdapat dua sumbangan birokrasi pemerintahan pegawai negeri bagi proses pembentukan bangsa, yakni mempertemukan berbagai
kepentingan dalam instansi pemerintah dengan berbagai kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun suatu kepentingan nasional, watak
kerja, dan pelayanannya yang bersifat impersonal; tidak saling membedakan untuk melayani warga negara. Angkatan bersenjata
berideologi nasionalistis
karena fungsinya
memelihara dan
mempertahankan keutuhan wilayah dan persatuan bangsa, personilnya direkrut dari berbagai etnis dan golongan dalam masyarakat. Selain soal
ideologi, mutasi dan kehadirannya di seluruh wilayah negara merupakan sumbangan angkatan bersenjata bagi pembinaan persatuan bangsa
Keanggotaan partai politik yang bersifat umum terbuka bagi warga negara yang berlainan etnis, agama, atau golongan, kehadiran cabang-
cabangnya di wilayah negara, dan peranannya dalam menampung dan memadukan berbagai kepentingan masyarakat menjadi suatu alternatif
kebijakan umum merupakan kontribusi partai politik dalam proses pembentukan bangsa.
Universitas Sumatera Utara
Robinson 2009 menemukan bahwa tingkat pendapatan juga dapat mempengaruhi Identitas Nasional seseorang. Salah satu interpretasi dari
hubungan ini adalah bahwa pendapatan yang lebih tinggi kemudian menyebabkan modernisasi yang lebih besar, yang pada gilirannya akan
meningkatkan nasionalisme melalui pendidikan, industrialisasi dan urbanisasi. Selain itu, usia dan jenis kelamin diketahui juga merupakan prediktor
Identifikasi Nasional. Laki-laki secara signifikan lebih mengidentifikasikan dirinya dengan negara. Dari segi usia, rata-rata usia memiliki hubungan non-
linier untuk nasionalisme. Identitas Nasional lebih tinggi pada orang-orang yang berusia dewasa keatas Robinson, 2009. Rajiman, Davidov, Schmidt
dan Hochman 2008 menemukan bahwa pada beberapa negara, pendidikan dan orientasi politik mempengaruhi Identitas Nasional Individu. Individu yang
berpendidikan rendah dan memiliki orientasi politik sayap kanan cenderung lebih nasionalis.
Blank, Schmidt dan Westle 2001 menemukan pengaruh usia dalam perbedaan tingkat Identitas Nasional individu. Identitas Nasional secara
konsisten dan signifikan meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Hasil ini ditemukan dari penelitian yang dilakukan di Austria, Jerman Barat, Jerman
Timur, Inggris, Italia, Amerika dan Rusia. Usia dapat memoderator tingkat identifikasi nasional individu berdasarkan pengalaman hidupnya dengan
bangsa. Dan usia dapat menjadi indikator untuk kemungkinan dan realisasi pengalaman internasional individu. Kemungkinan individu yang lebih tua
untuk memiliki pengalaman internasional lebih sedikit jika dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
dengan individu yang lebih muda, sehingga memungkinkan mereka untuk memiliki hubungan yang lebih kuat dengan bangsa dan negaranya
dibandingkan individu yang lebih muda Blank, Schmidt dan Westle, 2001.
6. Identitas Nasional Bangsa Indonesia