Analisa Pemisahan Kurva Histeresis

hardening. Persamaan combined hardening model diberikan seperti pada persamaan …. abaqus Theory Manual, 2008

3.5 Analisa Pemisahan Kurva Histeresis

Kurva ini adalah kurva hubungan antara gaya dan perpindahan. Kurva ini adalah hasil dari deformasi siklik bahan leleh baja sehingga terjadi degradasi kekuatan yang diasumsikan merupakan titik kegagalan struktur. Kapasitas disipasi energy metallic dumper sangat tergantung pada pola pembebanan yang diterapkan. Maka salah satu cara untuk mewakili ketergantungan ini dibuat pembagian energy total disipasi oleh perangkat redaman menjadi apa yang disebut skeleton part dan Bauschinger part. Benavent Climent 2010 menguraikan jumlah total regangan plastis energi disipasi oleh perangkat redaman sebagai berikut. Segmen 0-1, 5-6, 11-12, 17-18 dalam domain positif dan 2-3, 8-9, 14-15 dalam domain negatif dari garis yang melebihi tingkat beban dicapai sebelumnya oleh siklus dalam domain pembebanan yang sama. Dengan menghubungkan segmen ini secara berurutan, , maka akan diperoleh kurva yang disebut skeleton part. Kato dkk, memverifikasi bahwa, di bawah pembebanan yang tidak konstan akan mengubah deformasi, skeleton curve dapat didekati dengan hubungan Q – 8 yang diperoleh berdasarkan monotonic loading. Skeleton curve dapat didekati dengan kurva trilinear ditunjukkan dengan garis putus-putus pada Gambar 3.4 b, yang didefenisikan oleh beban lentur Q y , perpindahan gaya lentur , kekakuan plastic yang pertama dan kedua K P1 dan K P2 K P1 ≥ K P2 , dan beban Q B , yang menentukan titik perpindahan dari K P1 ke K P2 . Universitas Sumatera Utara Gambar 3.3 Pemisahan kurva histeresis: a kurva asli; b skeleton part; dan c Bauschinger part. Gambar 3.4 Tri-linear model dari skeleton part Universitas Sumatera Utara Selain itu, pendekatan skeleton curve untuk hysteretic damper yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya diidealkan dengan model tri-liniear dengan kekakuan normal K P1 dan K P2 . Segmen 1-2, 6-7, 12-13, 18-19, 3-4, 9-10, dan15-16 adalah unloading path, yang kemiringannya merupakan kekakuan elastis awal Ke = Q y . Dalam Gambar 3.3 b, s + dan s - menunjukkan deformasi plastic terakumulasi di setiap skeleton curve pada saat komponen baja mengalami kegagalan, dan s adalah deformasi plastis terakumulasi dalam pendekatan skleton curve model trilinear di Q = Q B . Untuk setiap domain pembebanan pada Gambar 3.4 b, daerah yang dibatasi oleh unloading path pada saat melewati titik maksimum beban dan sumbu horizontal dari titik maksimum tersebut ditarik terhadap siklus kurva sebelumnya ini disebut dengan daerah skleton curve yang merupakan bagian dari total disipasi energi regangan plastis oleh komponen baja, yang disebut sebagai s + dan s - . Segmen 4-5, 10-11, 16-17 dalam domain positif dan 7-8, 13-14 dalam domain negatif beban mulai dari Q = 0 dan berakhir pada tingkat beban maksimum yang sebelumnya dicapai dalam siklus sebelumnya pada domain pembebanan yang sama. Ini adalah jalur yang melunak oleh efek Bauschinger yang akan menjadi Bauschinger part. Hal ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3 c. Untuk setiap domain pembebanan, jumlah daerah diselimuti oleh setiap Bauschinger part, dengan unloading path melewati melalui titik beban maksimum segmen dan dengan sumbu horisontal, merupakan ‘Bauschinger part’ dari total disipasi energi regangan plastic oleh komponen baja, disebut sebagai B + dan B - . Universitas Sumatera Utara

3.6 Disipasi Energi Damping