Sistematika Penulisan Material Baja

pelat strip akan terbentuk sendi plastis. Disamping itu kekuatan leleh peredam ini dengan mudah diperediksi berdasarkan analisis mekanisme plastis. Penelitian lebih lanjut dilakukan Li Gang dan Li Hong Nan dalam Jatenra, 2014:7 terhadap 5 bentuk geometri peredam leleh baja dengan fungsi ganda DFMD, karena tidak hanya menyediakan redaman tetapi juga kekakuan. Berbeda dengan peredam bentuk X dan V yang umumnya memikul gaya geser gempa pada arah sumbu lemahnya, maka peredam leleh baja DFMD ini akan memikul gaya geser akibat gempa dalam arah sumbu kuatnya. Itu sebabnya sistem ini akan memiliki kekakuan yang lebih besar dari peredam pada umumnya. Dari hasil percobaan menunjukkan hanya 2 bentuk dari 5 jenis spesimen ini yang layak digunakan sebagai peredam leleh baja karena 3 spesimen lainya mengalami kegagalan seperti adanya pinching pada kurva hysteresis, terjadinya retak sepanjang arah horizontal ditengahnya dan terjadinya tekuk pada awal pembebanan sehingga mereduksi kapasitas penyerapan energinya.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui garis besar tugas akhir ini, berikut uraian singkat isi dari tugas akhir ini : BAB I : PENDAHULUAN terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan, pembatasan Masalah, Tujuan, Manfaat, Metodologi, Tinjauan Pustaka Singkat, dan Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA berisi penjelasan umum yang berhubungan tentang bagaimana damper pada struktur dan equivalent vicous damping. 9 Universitas Sumatera Utara BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, berisi penjelasan data-data pokok dan metode perhitungan yang akan digunakan dalam Analisa dan Pembahasan. BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN, berisi perhitungan hysterestic loop dengan kurva hysteresis numerical BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, berisi Kesimpulan dan Saran 10 Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUN KEPUSTAKAAN

2.1 Material Baja

Baja yang akan digunakan dalam struktur dalam diklasifikasikan menjadi baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat –sifat mekanik dari baja tersebut seperti tegangan leleh dan tegangan putusnya diatur dalam ASTM A6A6M. a. Baja Karbon Baja karbon dibagi menjadi 3 kategori tergantung dari presentase kandungan karbonnya, yaitu: baja karbon rendah C = 0,03 – 0,35 , baja karbon medium C = 0,35 – 0,50, dan baja karbon tinggi C = 0,55 – 1,70. Baja yang sering digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium, misalnya baja BJ 37. Kandungan karbon baja medium bervariasi dari 0,25 – 0,29 tergantung kertebalan. Selain karbon, unsur lain yang juga terdapat dalam baja karbon adalah mangan 0,25 – 1,50, silicon 0,25 – 0,30, fosfor maksimal 0,04 dan sulfur 0,05. Baja karbon menunjukkan titik peralihan leleh yang jelas, seperti nampak dalam gambar 2.1 kurva a. Naiknya presentase karbon meningkatkan tegangan leleh namun menunrunkan daktilitas, salah satu dampaknya adalah membuat pekerjaan las menjadi lebih sulit. Baja karbon umumnya memiliki tegangan leleh fy antara 210 – 250 Mpa. 11 Universitas Sumatera Utara b. Baja Paduan Rendah Mutu Tinggi Yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi high-strength low-allow steelHSLA mempnyai tegangan leleh berkisar antara 290 – 550 Mpa dengan tegangan putus fu antara 415 – 700 Mpa. Titik peralihan leleh dari baja ini Nampak dengan jelas gambar 2.1 kurva b. Penambahan sedikit bahan – bahan paduan seperti chromium, columbium, mangan, molybden, nikel, fosfor, vanadium atau zirkonum dapat memperbaiki sifat – sifat mekaniknya. Jika baja karmbon mendapatkan kekuatannya seiring dengan penambahan persentase karbon, maka bahan- bahan paduan ini mampu memperaiki sidat mekanik baja dengan membentuk mikrostruktur dalam bahan baja yang lebih halus. c. Baja Paduan Baja paduan rendah low alloy dapat ditempa dan dipanaskan untuk memperoleh tegangan leleh antara 550 – 760 Mpa. Titik peralihan leleh tidak tampak dengan jelas gambar 2.1 c. Tegangan leleh dari baja paduan biasanya ditentukan sebagai tegangan yang terjadi saat timbul regangan permanen sebesar 0,2 atau dapat ditentukan pula sebagai tegangan pada saat regangan mencapai 0,5. Baut yang biasa digunakan sebagai alat pengencang mempunyai tegangan putus minimum 415 Mpa hingga 700 Mpa. Baut mutu 12 Universitas Sumatera Utara tinggi mempunyai kandungan karbon maksimum 0,30, dengan tegangan putus berkisar antara 733 hingga 838 Mpa. 13 Universitas Sumatera Utara

2.2 Sifat – Sifat Mekanik Baja