22 pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta
meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka sendiri , agar dapat merencanakan dan melaksanakannya. Metode PRA sangat efektif untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian masyarakat desa dalam mengelola sistem pertanian yang berkelanjutan , karena proses pemberdayaan masyarakat lahir
dari kesadaran kolektif yang dimotivasi oleh peran fasilisator yang ada di lapangan. Pendekatan PRA dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan top down
yang diterapkan pada masa lalu , karena menurut Faoqi, M dkk dalam Karwan 2003 disebutkan: 1masyarakat kurang dilibatkan dalam program , Masyarakat cenderung
sebagai pelaksana , 3prakarsa selalu datang dari pusat , 4 keterampilan dalam perencanaan , pelaksanaan , monitoring , dan evaluasi tetap dikuasai oleh pemerintah
pusat. Menurut pandangan Santoso Sastropoetro dalam Pedoman Naskah
Akademik Perda Partisipatif , 2007 sehubungan dengan partisipasi efektif menyatakan bahwa masyarakat dapat bergerak untuk lebih berpartisipasi apabila : 1
partisipasi itu dilakukan melalui organisasi – organisasi yang sudah dikenal atau yang
sudah ada ditengah – tengah masyarakat yang bersangkutan , 2 partisipasi itu
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan , 3 manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu memenuhi keinginan masyarakat setempat , 4
dalam proses partisipasi masyarakat menjamin adanya kontrol yang dilakukan masyarakat.Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang
dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Dalam Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif , 2007 dijelaskan tujuan dasar
dari peran serta masyarakat adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna warga negara dan masyarakat yang berkepentingan
public interest
dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan , karena dengan melibatkan
masyarakat yang potensial terkena dampak akibat kebijakan dan kelompok kepentingan
interest groups
, para pengambil keputusan dapat menangkap
23 pandangan , kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompok tersebut ,
untuk kemudian menuangkannya kedalam suatu konsep.
2.5 Pengetahuan Masyarakat
Perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya , akan menimbulkan perbedaan pandangan dan kesadaran akan
kebutuhan teknologi sebagai sarana menuju perbaikan kehidupan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada ditengah
– tengah masyarakat tersebut. Suatu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi biasanya dibarengi dengan
kesadaran akan kebutuhan hidup yang tiggi pula . Dengan adanya kesadaran akan kebutuhan tuntutan hidup yang tinggi lebih baik , timbul kesadaran akan
pentingnya suatu teknologi yang dapat menciptakan perbaikan – perbaikan dalam
kehidupan. Dengan demikian , suatu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi akan lebih mudah menyerap suatu teknologi yang diperkenalkan dan atau
ditengah – tengah lingkungannya Dikti 1990: 23 . Pandangan umum lainnya
tentang pengetahuan adalah hasil belajar baik formal maupun non formal yang diperoleh dari hasil interaksi dengan masyarakat. Disebutkan pula luasnya cakrawala
pengetahuan seseorang tidak terlepas dari pengetahuannya dalam hidup masyarakat. Akibatnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tidaklah berbeda jauh dengan
warga lainnya apabila pengetahuan yang didapat semata – mata berasal dari interaksi
sosial sesama warga tempat ia hidup Depdibud 2000:9 .Kemiskinan dalam ilmu pengetahuan akan menjadi salah satu penyebab mundurnya tingkat keberlanjutan
proses pembangunan. Dampaknya adalah penduduk yang relatif miskin ilmu pengetahuan akan menjadi kurang peduli dan memiliki kesadaran rendah terhadap
lingkungannya serta semakin tertutup akan adanya inovasi – inovasi teknologi. Untuk
itu , dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia anggota masyarakat yang
tercermin dari tingkat pengetahuan yang dimiliki. 2.6 Sikap Masyarakat
Faktor sikap masyarakat sangat menentukan tingkat keberhasilan penerapan suatu teknologi, sebagai contoh pada masyarakat tradisional yang apatis , memiliki
24 sikap
sukar merubah
baik kebiasaan
aktifitasnya maupun
pola pikir
mereka.Masyarakat demikian memerlukan berbagai penerangan atau penyuluhan yang dapat merubah cara berpikir mereka untuk melakukan dan menerima teknologi
yang baik bagi mereka. Jelaslah disini , faktor kebiasaan dan tingkah laku sosial masyarakat berpengaruh terhadap kebutuhan teknologi Depdibud, 1990 .
Sikap masyarakat dapat dilihat dari pernyataan evaluatif petani yang dicerminkan oleh setuju tidaknya terhadap suatu kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan , orang – orang yang terlibat kegiatan dan organisasi kelompok atau
aktifitas yang terjadi dilingkungannya sendiri, serta kecenderungan untuk bertindak. Dimana sikap tersebut terlihat dalam : 1 sikap kerja keras dan antusiasme
masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan jaringan drainase yang memberikan manfaat , 2 pengalaman masyarakat dalam bekerjasama ,3 manfaat yang diperoleh
oleh masyarakat, 4 ketekunannya dalam aktifitas pemeliharaan jaringan , 5 persepsi masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah dalam OP jaringan drainase
Berdasarkan atas beberapa pendapatpandangan seperti tersebut diatas , maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada prinsipnya merupakan tanggapan atau penilaian
seseorang terhadap suatu hal atau obyek tertentu , sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak . Tindakan atau
perilaku seseorang terhadap suatu hal , apakah setuju atau tidak , mendukung atau tidak , dalam batas skala sikap tertentu.