19
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG
CIRCUMSTANTIAL EVIDENCE, PEMBUKTIAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA, DAN KARTEL
2.1 Pengertian Tentang Circumstantial Evidence
Doktrin res ipsa loquitur dalam bahasa Inggris berarti the thing speaks for itself
benda tersebut yang berbicara terjemahan bebas. Doktrin ini dalam hukum perdata hanya relevan dan berlaku untuk kasus perbuatan melawan hukum
dalam bentuk kelalaian negligence dan tidak berlaku untuk perbuatan melawan hukum
dalam bentuk
kesengajaan atau
tanggung jawab
mutlak. Doktrin ini merupakan doktrin pembuktian dalam hukum perdata yang membantu
pihak penggugat untuk membuktikan kasusnya. Pihak yang mengajukan gugatan harus membuktikan kesalahan dari pelaku, jika merupakan kelalaian maupun
kesengajaan. Pembuktian ini seringkali sangat menyulitkan korban untuk membuktikan bahwa terdapat kelalaian pelaku sehingga terjadi perbuatan
melawan hukum yang merugikan korban. Pihak korban dari suatu perbuatan melawan hukum dalam bentuk kelalaian dalam kasus-kasus tertentu tidak perlu
membuktikan adanya unsur kelalaian dari pihak pelaku, akan tetapi cukup dengan menunjukkan fakta yang terjadi dan menarik sendiri kesimpulan bahwa pihak
pelaku kemungkinan besar melakukan perbuatan melawan hukum tersebut, bahkan tanpa perlu menununjukkan bagaimana pihak pelakunya berbuat sehingga
menimbulkan perbuatan melawan hukum tersebut. Doktrin ini semacam bukti
sirkumstansialcircumstantial evidence merupakan suatu bukti tentang fakta dari fakta-fakta mana suatu kesimpulan yang masuk akal ditarik
1
. Circumstantial evidence
indirect evidencebukti tidak langsung merupakan jenis bukti yang dilihat dari segi kedekatan antara alat bukti dan fakta yang akan dibuktikan. Jenis
lainnya ialah direct evidencebukti langsung, dimana saksi melihat langsung fakta yang akan dibuktikan, sehingga fakta tersebut terbukti langsung dalam satu tahap
saja dengan adanya alat bukti tersebut
2
. Dalam hukum perdata, yang tergolong dalam alat bukti langsung adalah alat
bukti surat dan alat bukti saksi. Pihak yang berkepentingan membawa dan menyerahkan alat bukti surat yang diperlukan dipersidangan. Apabila tidak
terdapat alat bukti atau alat bukti itu belum mencukupi untuk mencapai batas minimal, pihak yang berkepentingan dapat menyempurnakannya dengan cara
menghadirkan saksi secara fisik disidang, untuk memberikan keterangan yang diperlukan tentang hal yang dialami, dilihat, dan didengan oleh saksi sendiri
tentang suatu perkara. Secara teoritis, hanya jenis atau bentuk ini yang benar- benar disebut sebagai alat bukti, karena memiliki fisikwujud yang nyata,
1
Miftakhul Huda, Res Ipsa Loquitur, http:www.miftakhulhuda.com201008res-ipsa- loquitur_29.html, diakses pada 18 April 2016
2
Munir Fuady, 2012, Teori Hukum Pembuktian Pidana dan Perdata, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 5
mempunyai bentuk dan dapat disamaikan didepan persidangan, nyata, serta konkret
3
. Berbeda dengan direct evidence, circumstantial evidencebukti tidak langsung
yang disebut juga bukti sirkumstansial adalah suatu alat bukti dimana antara fakta yang terjadi dan alat bukti tersebut hanya dapat dilihat hubungannya setelah
ditarik kesimpulan-kesimpulan tertentu
4
. Pengertian lainnya menyebutkan bahwa circumstantial evidence
merupakan “Evidence of a fact that is not itself a fact in issue, but is a fact from which the
existence or non-existence of a fact is issue can be inferrer. Circumstantial evidence operates indirectly by tending to prove a fact relevant to the issue
5
” circumstantial evidence merupakan suatu fakta yang bukan menjadi satu-satunya
fakta yang berkaitan dengan suatu perkara, namun fakta tersebut berasal dari fakta-fakta yang berkaitan ataupun tidak dengan kasus tersebut, yg kemudian
dapat diambil kesimpulan terjemahan bebas
Dari beberapa pengertian circumstantial evidence, dapat diketahui bahwa bukti tersebut merupakan bukti yang melihat adanya hubungan antara fakta yang
ditemukan dengan alat bukti yang di peroleh sehingga dapat ditarik kesimpulan tertentu dalam hal pembuktian suatu kasus. Sejalan dengan hal tersebut, menurut
Munir Fuady, bukti circumstantial evidence haruslah memiliki relevansi yang rasional yang dapat menunjukkan bahwa penggunaan bukti tersebut dalam proses
3
Ingrid Gratsya Zega, 2012, Thesis dengan judul : Tinjauan Mengenai Indirect Evidence Bukti Tidak Langsung Sebagai Alat Bukti Dalam Kasus Dugaan Kartel Fuel Surcharge Maskapai
Penerbangan Di Indonesia , Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, h.80
4
Ibid
5
Routledge, 2010-2011, EVIDENCE : Sixth edition, p. 2
pengadilan, lebih besar kemungkinan dapat membuat fakta yang dibuktikan tersebut menjadi lebih jelas dari pada jika tidak digunakan alat bukti tersebut
6
. 2.1.1
Jenis-jenis Circumstantial Evidence Sebagai alat bukti yang digunakan dalam pembuktian kasus kartel,
circumstantial evidence memiliki 2 jenis alat bukti, yaitu bukti ekonomi dan
bukti komunikasi yang menggambarkan ucapan suatu perjanjian atau para pihaknya, data-data terkait tindakan pelaku usaha dari segi ilmu ekonomi
namun dapat menunjukkan bahwa terjadi praktik monopoli danatau persaingan usaha tidak sehat melalui fakta-fakta tersebut. Adapun pengertian
dari masing-masing bentuk Circumstantial evidence dalam pembuktian kasus persaingan usaha, yaitu
7
: a.
One type is evidence that cartel operators met otherwise communicated, but does not describe the substance of their communications. It can be
c alled “communications” evidence; salah satu jenis bukti bahwa
operator-operator kartel bertemu melalui komunikasi, namun tidak menggambarkan substansi dari komunikasi mereka. Hal ini dapat disebut
sebagai bukti “komunikasi” b.
The economic evidence, whereby there are two types of economic evidence, which are: evidence of conduct by firms in a market and of the
industry as a whole as well as “structural” evidence
8
. Bukti ekonomi,
dimana ada 2 jenis bukti ekonomi yaitu: bukti dari tindakan yang dilakukan oleh perusahaan di suatu pasar dan industri secara keseluruhan
sebagaimana halnya bukti “struktural”
2.2 Pengertian Tentang Pembuktian