1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan tersebut antara lain:
1.5.1 Tujuan Umum
1. Untuk menganalisis mengenai kedudukan hukum circumstantial
evidence dalam pembuktian kasus kartel di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaturan circumstantial evidence dalam
peraturan perundang-undangan dalam rangka pembuktian kasus kartel di Indonesia
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum circumstantial evidence
dalam pembuktian kasus kartel di Indonesia
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum di bidang hukum bisnis khususnya pemahaman teoritis mengenai
kedudukan hukum circumstantial evidence dalam pembuktian kasus kartel di Indonesia
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi praktisi hukum 2.
Dapat memberikan kontribusi bagi lembaga penegak hukum terkhusus bagi KPPU yang memiliki kewenangan penuh dalam
penanganan kasus-kasus persaingan usaha seperti kartel yang ada di Indonesia dengan tetap memperhatikan perkembangan
dari hukum yang ada dalam masyarakat.
1.7 Landasan Teoritis
1.7.1 Teori Kepastian Hukum
Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis
7
. Keteraturan yang terjadi dalam masyarakat berkaitan dengan kepastian yang tertera dalam hukum.
Sudikno Mertokusumo memberikan definisi kepastian hukum yang merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan
cara yang baik, yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan putusan harus dapat dilaksanakan. Walaupun kepastian hukum erat
kaitannya dengan keadilan, namun hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan
8
.
7
M. Sulaeman Jajuli, 2015, Kepastian Hukum Gadai Tanah dalam Islam —Ed.1, Cet. 1,
Deepublish, Yogyakarta, h. 51
8
Sudikno Mertokusumo, 2011, Kapita Selekta Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta, h.160, dalam Ibid
, h. 53
Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga
aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus
ditaati. Keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan kepastian dalam hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri. Dari
keteraturan akan menyebabkan seseorang hidup secara berkepastian dalam melakukan kegiatan yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
Ketidakpastian hukum akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan masyarakat, dan setiap anggota masyarakat akan saling berbuat sesuka hati
serta bertindak main hakim sendiri. Keberadaan seperti ini menjadikan kehidupan berada dalam suasana kekacauan sosial
9
. Berkaitan dengan penelitian ini, penulis menganggap bahwa circumstantial evidence atau
bukti tidak langsung berupa bukti ekonomi dan bukti komunikasi dalam hukum persaingan usaha merupakan hal yang sangat penting dalam
pembuktian kasus kartel, namun circumstantial evidence belum memiliki kedudukan hukum yang jelas, apakah dapat dikatakan sebagai alat bukti
atau tidak, serta berkedudukan sebagai apakah circumctantial evidence ini dalam pembuktian kasus kartel.
1.7.2 Teori Welfare State
9
M.Yahya Harahap, 2006, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Edisi Kedua, Jakarta, h. 76
Lahirnya konsep Welfare ini tidak lain dikarenakan munculnya pemikiran ekonomi Keynesian
yang menekankan keterlibatan aktif pemerintah dalam perekonomian suatu Negara. Konsep welfare state
menggambarkan suatu negara mengambil tanggung jawab penuh terhadap kesejahteraan masyarakatnya, seperti penyediaan asuransi kesehatan,
tunjangan hari tua, sakses pelayanan kesehatan, serta dibidang perekonomian. Terdapat pula definisi welfare state
lainnya seperti “The welfare state often refers to an ideal model of provision, where the state accepts responsibility
for the provision of comprehensive and universal welfare for its citizens”
10
Negara kesejahteraan sering mengacu pada model penyediaan, dimana negara menerima tanggung jawab untuk penyediaan kesejahteraan yang
komprehensif dan universal bagi warganya terjemahan bebas. Pemerintah dalam hal ini memiliki berbagai cara dengan tujuan untuk
menjamin kesejahteraan untuk menghadapi kemungkinan yang akan dihadapi dengan adanya masyarakat yang cenderung modernitas serta berperilaku
individual. Welfarestate sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan peran negara yang aktif dalam mengelola dan mengorganisasi perekonomian yang di
dalamnya mencakup tanggung jawab negara untuk menjamin ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi warganya. Dalam
kaitannya dengan penelitian ini, pembuktian kasus kartel yang menggunakan
10
Paul Spicker, Social Policy : Theory And Practice, URL : http:www.spicker.uksocial- policysocpol.htm, diakses pada 2 Desember 2015
bukti tidak langsungcircumstantial evidence semata-mata ingin mengetahui apakah praktik kartel yang dilakukan pelaku usaha berimplikasi pada
kesejahteraan ekonomi dalam masyarakat. Sehingga penggunaan bukti ini dapat membantu perealisasian dari tujuan dibentuknya UU No. 51999, yaitu
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembuktian yang dilakukan dengan menggunakan analisa non hukum sebagai konsekuensi dari penanganan kasus
persaingan usaha yang berkenaan ilmu ekonomi
11
, sehingga penerapannya berpengaruh positif terhadap persaingan usaha dan mendukung kegiatan
ekonomi negara.
1.8 Metode Penelitian