xi 3.3
Pengaturan Circumstantial Evidence Dalam Peraturan Perundang Undangan Dalam Rangka
Pembuktian Kasus Kartel Di Indonesia 57
BAB IV KEDUDUKAN HUKUM CIRCUMSTANTIAL EVIDENCE
DALAM PEMBUKTIAN KASUS KARTEL DI INDONESIA
4.1 Perkembangan Circumstantial Evidence Dalam Pembuktian Kasus
Kartel di Indonesia ………………………………………………..
65 4.2
Analisis Circumstantial Evidence Dalam Putusan KPPU Nomor 25KPPU-I2009 Tentang Kasus Kartel Fuel Surcharge
67 4.3
Kedudukan Hukum Circumstantial Evidence Dalam Putusan KPPU Nomor 25KPPU-I2009 Tentang Kasus Kartel Fuel Surcharge
71
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………..
73 5.2
Saran…………………………………………………….... 73
DAFTAR PUSTAKA RINGKASAN
xii
ABSTRAK
Kartel  merupakan  salah  satu  bentuk  perjanjian  pelaku  usaha  yang  dilarang dalam hukum persaingan usaha karena berdampak buruk bagi perekonomian negara.
Dalam mengungkap kasus kartel, KPPU sebagai lembaga pengawas persaingan usaha di  Indonesia  menggunakan  alat  bukti  circumstantial  evidence,  yaitu  berupa  bukti
ekonomi  dan  bukti  komunikasi.  Circumstantial  evidence  digunakan  dalam pembuktian  kasus  kartel  sebagai  implikasi  dari  penerapan  prinsip  rule  of  reason
dalam  Pasal  11  UU  No.  51999,  yaitu  adanya  penilaian  dampak  yang  ditimbulkan dari  perjanjian  pelaku  usaha  yang  bersengkongkol  untuk  melakukan  praktik  kartel.
Namun,  dalam  pasal  42  UU  No.  51999  tidak  dijelaskan  secara  eksplisit  mengenai kedudukan  hukum  circumstantial  evidence  ke  dalam  jenis  alat-alat  bukti  yang
digunakan  dalam  penanganan  kasus  persaingan  usaha.  Dari  uraian  tersebut, permasalahan  yang  dapat  diangkat  ialah  bagaimana  pengaturan  hukum  serta
kedudukan  hukum  dari  circumstantial  evidence  dalam  pembuktian  kasus  kartel  di Indonesia.
Metode  penulisan  yang  digunakan  dalam  penulisan  karya  ilmiah  ini  ialah penelitian  hukum  normatif,  karena  pembahasan  karya  ilmiah  ini  menganalisis
undang-undang  dan  beberapa  literatur  terkait.  Adapun  pendekatan  masalah  yang digunakan yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan fakta, dan pendekatan
konseptual analisis.
Adapun  hasil  yang  diperoleh  dari  penelitian  ini  ialah,  Pengaturan circumstantial  evidence
dalam  peraturan  perundang-undangan  dalam  rangka pembuktian kasus kartel di Indonesia tidak diatur secara jelas dan tidak termasuk ke
dalam  jenis  alat  bukti  yang  dalam  pasal  42  UU  No.  51999  jo.  pasal  72  ayat  1 Peraturan  KPPU  No.  12010.  Circumstantial  evidence  merupakan  fakta-  fakta  yang
mampu  memberikan  penjelasan  lebih  lanjut  terhadap  alat  bukti  yang  termuat  dalam pasal 42 UU No. 51999 jo. pasal 72 ayat 1 Peraturan KPPU No. 12010 dan hal ini
telah  digunakan  dalam  salah  satu  kasus  kartel  di  Indonesia,  yaitu  kasus  fuel surcharge
. Kedudukan hukum dari circumstantial evidence dalam pembuktian kasus kartel  adalah  sebagai  alat  bukti  pendukung  dari  jenis  alat  bukti  lainnya  yang  tertera
dalam Pasal 42 UU No. 51999.
Kata Kunci: Circumstantial Evidence, Alat Bukti, Kartel
xiii
ABSTRACT
Cartel is a form of agreement which is prohibited in antitrust law, because of its  bad  impact  for  the  countrys  economy.  In  revealing  cartel  cases,  KPPU  as
business competition controller uses circumstantial evidence, in the form of economic analysis and communications evidence. Circumstantial evidence used in proving the
cartel case, as the implications of the rule of reason principle in Article 11 Act No. 51999,  namely  the  impact  assessment  of  the  businesses  agreement  between  parties
for cartel practices. However, in article 42 of Act Number 5 of 1999 do not explicitly clarify  legal  position  of  circumstantial  evidence  to  the  types  of  evidence  used  in
handling business competition cases. Thus, from description above, the problem that can  be  raised  is  how  the  rule  of  law  and  legal  position  of  circumstantial  evidence
applied as proof of cartel cases in Indonesia.
The method used in writing this study is a normative legal research, due to its discussion  analyzing  the  legislation  and  some  related  literature.  This  study  use
several  approaches,  they  are  statutory  approach,  cases  approach,  and  analytical conceptual approach.
The  finding  shows  that  although,  the  role  of  circumstantial  evidence  in han
dling Indonesia’s cartelis not clearly regulated and does not belong to the kind of evidence  based  in  legislation  as  mentioned  on  the  article  42  Act  No.  51999  jo.
Article 72 paragraph 1 Commision Regulation No. 12010. Circumstantial evidence are facts  that provide further explanation  of  the  evidence contained in  article 42 of
Act No. 51999 jo. Article 72 paragraph 1 Commision Regulation No. 12010, it has been  used  in  handling  a  cartel  case  in  Indonesia,  namely  the  case  of  the  fuel
surcharge.  The  legal  position  of  circumstantial  evidence  in  cartel  cases  is  used  as supporting evidence of other types evidence listed in Article 42 Act Number 51999.
Keywords: Circumstantial Evidence, Evidence, Cartel
1
BAB I PENDAHULUAN