Pengertian Keuangan Desa Keuangan Desa

44 g. Memberikan kepercayaan, tanggung jawab dan tantangan bagi desa untuk membangkitkan prakarsa dan potensi desa; h. Menempa kapasitas desa dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan; i. Membuka arena pembelajaran yang sangat berharga bagi pemerintah desa, lembaga-lembaga desa dan masyarakat; dan j. Merangsang tumbuhnya partisipasi masyarakat lokal. Namun, harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada kewenangan tanpa tanggung jawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh karenanya, dalam pelaksanaan hak, kewenangan, dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi Desa, tidak boleh dilakukan secara kebablasan sehingga Desa merasa seakan terlepas dari ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak mempunyai hubungan dengan Kecamatan, Kabupaten, Provinsi ataupun dengan Pemerintah Pusat, bertindak semau sendiri dan membuat peraturan Desa tanpa memperhatikan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Pelaksanaan hak, wewenang, dan kebebasan otonomi Desa menuntut tanggung jawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang- undangan yang berlaku. 88

C. Keuangan Desa

1. Pengertian Keuangan Desa

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Hak dan kewajiban Desa menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan Desa. 88 HAW Widjaja, loc.cit. 45 Bilamana ditelusuri ke belakang yaitu sebelum berlakunya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa keuangan Desa hanya ditopang dengan dua sumber utama, yakni Pendapatan Asli Desa pungutan, hasil kekayaan desa, gotong royong dan swadaya masyarakat serta bantuan dari pemerintah. Namun, secara empirik, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan keuangan Desa. Pertama, besaran anggaran Desa sangat terbatas. Pendapatan Asli Desa sangat minim, antara lain karena Desa tidak mempunyai kewenangan dan kapasitas untuk menggali potensi sumber- sumber keuangan Desa. Karena terbatas, anggaran Desa tidak mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraan perangkat Desa, pelayanan publik, pembangunan Desa apalagi kesejahteraan masyarakat Desa. Anggaran Desa sangat tidak mencukupi untuk mendukung pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan perumahan. Dengan kalimat lain, ada kesenjangan fiskal antara keuangan pemerintah supradesa dengan Pemerintah Desa. 89 Kedua, ada kesenjangan antara tanggung jawab dan responsivitas dengan partisipasi masyarakat dalam anggaran Desa. Partisipasi masyarakat dalam anggaran pembangunan Desa sangat besar, sementara tanggung jawab dan responsivitas sangat kecil. Sebagian besar anggaran pembangunan Desa, terutama pembangunan fisik infrastruktur, ditopang oleh gotong royong atau swadaya masyarakat. Sementara besaran dana dari pemerintah sangat kecil, yang difungsikan sebagai stimulan untuk mengerahkan mobilisasi dana swadaya masyarakat. Padahal kekuatan dari warga masyarakat sangat terbatas, mengingat sebagaian besar warga desa mengalami kesulitan untuk membiayai kebutuhan dasar sandang, papan, pangan, pendidikan, dan kesehatan bagi keluarganya masing-masing. 90 Ketiga, skema pemberian dana pemerintah kepada Desa kurang mendorong pemberdayaan. Dahulu ada Dana Pembangunan Desa Inpres 89 Tim Penyusun, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Desa, Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri, Jakarta, 2007, hlm. 32. 90 Ibid., hlm. 33. 46 Bandes selama 30 tiga puluh tahun yang dibagi secara merata sebesar sepuluh juta rupiah terakhir tahun 1999, yang sudah ditentukan dan dikontrol dari atas, sehingga Desa tidak bisa leluasa dan berdaya menggunakan anggaran. Lagi pula, alokasi dana yang merata kepada seluruh Desa hanya berfungsi sebagai stimulan, yang tidak mencerminkan aspek keragaman kondisi geografis dan sosial ekonomi Desa dan keadilan. Baik Desa miskin maupun kaya akan memperoleh alokasi yang sama, yang justru tidak mengakat kesejahteraan dan kemandirian Desa. 91 Adapun formulasi pendapatan desa saat ini berlaku dan diharapkan mampu mematik semangat kemandirian desa diatur dalam Pasal 72 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan bahwa pendapatan desa bersumber dari: a. Pendapatan Asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi gotong royong, dan lain-lain Pendapatan Asli Desa; b. alokasi Anggara Pendapatan dan Belanja Negara; c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah KabupatenKota; d. Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima KabupatenKota; e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KabupatenKota; f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan g. lain-lain pendapatan desa yang sah. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersumber dari belanja pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan. Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah KabupatenKota paling sedikit 10 sepuluh perseratus dari pajak dan retribusi daerah. Alokasi Dana Desa paling sedikit 10 sepuluh perseratus dari dana perimbangan yang diterima KabupatenKota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Bagi KabupatenKota yang tidak memberikan Alokasi Dana Desa 91 Ibid. 47 sesuai dengan ketentuan yang ada, pemerintah dapat melakukan penundaan danatau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KabupatenKota kepada desa diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah bersangkutan. Bantuan tersebut diarahkan untuk percepatan pembangunan desa. Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa. 92

2. Pengelolaan Keuangan Desa