51 Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Tabel 2. Penelitian yang Relevan
E. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam bagan berikut :
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir Politik Hukum Pemerintahan Desa
Keuangan Desa Kabupaten
Kota Pemerintah
Pusat
Pemerintah Desa
Hubungan Kewenangan Pengelolaan Keuangan Desa
Konstruksi Ideal
52
Keterangan:
Desa merupakan satuan pemerintahan terbawah sekaligus terdapan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang langsung berhadapan dengan
masyarakat. Untuk mengatur dan menyelenggarakan jalannya Pemerintahan Desa, Pemerintah menyusun politik hukum Pemerintahan Desa. Secara konstitusional
kedudukan Desa diatur tersirat dalam Pasal 18 ayat 7 dan Pasal 18B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Pengaturan Desa dilaksanakan oleh undang-undang organik, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan puncak dari pengakuan Desa sebagai satuan pemerintahan dan
kesatuan masyarakat. Konstruksi Desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah hybrid dari self governing community dan local
self government. Melalui konsep ini diharapkan Desa dapat mewujudkan visi reformasi Desa, yaitu terciptanya Desa yang mandiri, demokratis, dan sejahtera.
Untuk mencapai visi reformasi Desa tersebut Desa diberikan kewenangan dan sumber keuangan yang relatif besar.
Menunjang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa maka dibentuk peraturan pemerintah, yaitu melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selain kedua peraturan pemerintah itu secara teknis juga diatur melalui Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Kewenangan Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2016
53
tentang Laporan Kepala Desa, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48PMK.072016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
Besarnya kewenangan yang dimiliki Desa sebagaimana termaktub dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan
bahwa kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Dengan adanya kewenangan adanya ini
diimbangi dengan besaran sumber keuangan yang cukup besar sesuai dengan prinsip money follows fungctions. Sumber keuangan yang cukup besar itu
diformulasikan dalam Pasal 72 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai pendapatan desa yang bersumber dari: Pendapatan Asli Desa
terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi gotong royong, dan lain-lain Pendapatan Asli Desa; alokasi Anggara Pendapatan dan Belanja Negara;
bagaian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah KabupatenKota; Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
KabupatenKota; bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KabupatenKota;
hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan lain-lain pendapatan Desa yang sah.
Berdasarkan kondisi yang tersebut maka berimplikasi pada hubungan kewenangan antara KabupatenKota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan
keuangan Desa. KabupatenKota sendiri berperan sebagai titik tekan strategis pemerintah supradesa dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Melalui penelitian hukum ini nanti akan diteliti kaitannya dengan politik hukum hubungan kewenangan antara KabupatenKota dan Pemerintah
Desa dalam pengelolaan keuangan Desa. Setelah aspek politik hukumnya dapat ditemukan, maka dikembangkan dengan penelitian konstruksi ideal politik hukum
hubungan kewenangan antara KabupatenKota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan keuangan Desa.
54
BAB III METODE PENELITIAN
Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum adalah suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan
know-how, penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi.
95
Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian