Karateristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

36 Gambar 3 menjelaskan bahwa konstruktivisme menganggap bahwa a. Belajar= membentuk makna; b. Makna diciptakan siswa sendiri; c. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah dimiliki; d. Konstruksi pengetahuan baru merupakan proses yang terjadi terus menerus; e. Proses konstruksi pengetahuan baru didahului rasa keingin-tahuan— curiosity, yang dapat dirangsang dengan penyajian masalah-masalah oleh guru, untuk dibahas siswa.

C. Karateristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Siswa kelas IV Sekolah Dasar rata-rata berada pada usia 9-10 tahun. Siswa kelas IV Sekolah Dasar memasuki periode tahap perkembangan masa akhir anak-anak. Yudrik Jahja 2011: 203 menyampaikan bahwa pada periode ini anak-anak sudah sudah lebih menjadi mandiri. Pada masa ini, anak paling peka dan siap untuk belajar, dapat memahami pengetahuan, dan selalu ingin bertanya serta memahami. Carolyn Meggitt 2013: 164 menjelaskan dalam perkembangan kognitif usia 8-11 tahun yang memasuki tahap concrete operational thinking, yakni anak sudah memiliki kemampuan berpikir dan menalar, mengingat, serta berkonsentrasi yang meningkat. Anak telah belajar untuk merencanakan sesuatu ke depan serta mengevaluasi setiap tindakannya. Selain itu, anak menikmati aktivitas yang berbeda-beda, menikmati melakukan proyek-proyek, dan anak- 37 anak akan mengembangkan bakat-bakat tertentu. Pernyataan tersebut didukung oleh Rifa Hidayah 2009: 34 yang menyatakan bahwa ada tahap operasional kongkret ingatan anak menjadi kuat sekali, suka menghafal, mengalami masa belajar, dan mulai memperhatikan sekeliling dengan objektif namun masih dipengaruhi oleh khayalan. Kondisi ini dijelaskan Ericson Rifa Hidayah, 2009: 39 berada dalam tahap perkembangan psikososial produktifrajin dan inferioriti, artinya anak pada usia ini termotivasi untuk belajar. Selain itu, Desmita 2013: 156 menjelaskan dalam tahap operasional kongkret, anak sudah mengembangkan pikiran logis. Anak-anak mulai memiliki kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan antara sifat sementara dengan yang bersifat menetap. Dalam perkembangan emosi, Carolyn Meggitt 2013: 166 menjelaskan pada usia 8-9 tahun, anak-anak telah bisa mengembangkan kemampuan untuk mengatur emosi sendiri, mulai melihat beberapa hal dari sudut pandang anak lain. Meskipun anak masih memiliki masalah dalam memahami perasaan serta kebutuhan orang lain. Anak bisa menjadi seseorang yang argumentatif dan suka mengatur, namun bisa responsif serta murah hati sekaligus. Diane E. Papalia, dkk., 2008: 486 menyatakan ketika anak usia bertambah, mereka menjadi lebih peka terhadap perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Rifa Hidayah 2009: 38 juga memaparkan bahwa pada perkembangan emosi masa akhir, menjadi periode ketidakseimbangan dimana emosi anak meninggi dan kadang sulit dihadapi. Namun pada umumnya emosi ini relatif tenang. Syamsu Yusuf L. N. 38 Dan Nani M. Sugandhi 2014: 63 menjelaskan pada usia sekolah khususnya di kelas-kelas tinggi, kelas 4, 5, dan 6, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Perkembangan sosial pada anak usia SDMI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya peer group, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas Syamsu Yusuf L. N. Dan Nani M. Sugandhi, 2014: 66. Interaksi dengan keluarga dan teman sebaya, sekolah dan hubungan dengan guru memiliki peran yang penting dalam perkembangan sosial anak Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 113. Berdasarkan perkembangan yang terjadi pada anak usia kelas IV Sekolah Dasar dari berbagai aspek, maka pada masa ini terdapat tugas-tugas perkembangan individu menurut Havigurst yang dipaparkan oleh Sutirna 2013: 103 yakni sebagai berikut. 1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. 2. Pengembangan sikap yang menyeluruh sebagai individu yang sedang berkembang. 3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. 4. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar calistung. 39 5. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari- hari. 6. Pengembangan moral, nilai-nilai, dan hati nurani. 7. Memiliki kemerdekaan pribadi. 8. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial.

D. Penelitian yang Relevan