Belajar Aktif sebagai Sarana Mencapai Tujuan

19

B. Pelaksanaan Belajar Mandiri

1. Belajar Aktif sebagai Sarana Mencapai Tujuan

Belajar aktif merupakan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan belajar mandiri. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Haris Mudjiman 2011: 6 bahwa guna mencapai tujuan belajar mandiri yaitu kompetensi, strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah strategi belajar aktif. Hal ini disebabkan bentuk belajar aktif merupakan bentuk kegiatan belajar alamiah yang dapat menimbulkan kegembiraan, dan dapat membentuk suasana belajar tanpa stress, dan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan. Kegiatan belajar yang seperti ini menjadikan siswa terlibat aktif dan sebagai pusat utama dalam proses pembelajaran di kelas. Nasar 2006: 31 menjelaskan bahwa sebagai pusat belajar, siswa tidak lagi cukup belajar hanya dengan sekedar menyerap dan menghafal pengetahuan yang dituangkan oleh guru tranfer of knowledge. Pengetahuan yang didapat harus diolah menjadi informasi dan membangun pengertian- pengertian baru. Siswa harus melatih kemampuan berpikirnya, hingga semakin lama semakin tinggi, semakin mampu memikirkan hal-hal yang abstrak dan kompleks, hingga dapat menemukan gagasan-gagasan baru. Nasar 2006: 32 menjelaskan lebih lanjut, bahwa esensi pembelajaran aktif itu tidak terletak pada heboh dan gaduhnya kegiatan fisik siswa, melainkan pada penggunaan tingkatan berpikir yang lebih tinggi. 20 Hal ini didukung oleh pernyataan mengenai pembelajaran aktif yang diungkapkan James Bellanca 2011: 9 yakni pembelajaran aktif bekerja pada berbagai tingkat di kelas, menantang siswa belajar lebih cerdas. James Bellanca memaparkan tingkatan-tingkatan pembelajaran aktif tersebut, yakni sebagai berikut. a. Pada tingkat pertama, guru memanfaatkan penggunaan taktik pengajaran secara ekstensif dan terlatih, yang terbukti telah memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa. b. Pada tingkat yang lebih kompleks, guru pembelajaran aktif menyusun cara mengajar yang mengharuskan siswa menggunakan keterampilan tangannya. c. Pada tingkat yang paling tinggi, pembelajaran aktif memanfaatkan keterlibatan proses berpikir siswa dalam mengumpulkan informasi baru, melahirkan ide-ide baru, dan menerapkan ilmu yang dimiliki. Dalam implementasinya pembelajaran aktif, Mc Keachie Warsono dan Hariyanto, 2014: 8 mengemukakan adanya tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang meliputi antara lain. a. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran. b. Penekanan kepada aspek afektif dalam pembelajaran. c. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar terutama yang berbentuk interaksi antarmurid. 21 d. Penerimaan guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang kurang relevan atau karena siswa berbuat kesalahan. e. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok. f. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan sekolah. Ciri lain dari pembelajaran aktif disampaikan oleh Pat Hollingsworth dan Gina Lewis 2008: viii yakni bahwa pembelajaran aktif itu penuh dengan semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Perilaku belajar yang efektif dinyatakan Ian James Mitchell Suyono dan Hariyanto, 2014: 209 sebagai berikut. a. Perhatian siswa yang aktif dan terfokus pada pembelajaran. b. Berupaya dan menyelesaikan tugas dengan benar. c. Siswa mampu menjelaskan hasil belajarnya. d. Siswa difasilitasi untuk berani menyatakan kepada guru apa-apa yang belum dipahami. e. Siswa berani menyatakan ketidaksetujuan. f. Siswa dimotivasi untuk berani meminta informasi yang relevan dengan topik bahasan lebih lanjut. g. Setelah selesai mengerjakan suatu tugas, siswa terbiasa melakukan cek terhadap hasil kerja, jika menjumpai kesalahan segera memperbaiki kesalahannya. h. Siswa terdorong untuk terbiasa mencari alasan mengapa hasil kerja menjadi salah. i. Dalam mencoba menyelesaikan masalah siswa dibiasakan mengambil sebagai contoh pengalaman pribadi atau kehidupan nyata maupun anekdot. j. Siswa dibiasakan bertanya dengan pertanyaan yang mencerminkan keingintahuan. k. Siswa dikembangkan untuk mengembangkan isu yang muncul di kelas. l. Siswa dibiasakan membentuk atau mengembangkan kaitan antara topik dan subjek yang berbeda, atau antara kehidupan nyata dan tugas-tugas sekolah. 22 m. Bila menghadapi jalan buntu, siswa difasilitasi untuk mengacu hasil kerja terdahulu sebelum meminta bantuan kepada orang lain guru, siswa lain. n. Doronglah siswa agar mampu berinisiatif mewujudkan sejumlah kegiatan yang relevan. o. Fasilitasi agar siswa terbentuk sebagai pribadi yang tabah, tahan uji, tangguh, dan tudak mudah menyerah. p. Siswa diakomodasi untuk mampu bekerja sama selayaknya bukan dalam ujian. q. Tawarkan kepada siswa gagasan alternatif atau pemahaman baru. r. Pertimbangkan semua gagasan alternatif pemecahan masalah. s. Lihatlah kemungkinan untuk memperluas pemahaman. Dalam rangka mengembangkan belajar aktif, banyak pilihan yang tersedia untuk mengorganisir dan memfasilitasi kegiatan belajar aktif. Melvin L. Silberman 2006: 35 memaparkan beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk menjadikan belajar sebagai kegiatan aktif dengan perlengkapan belajar aktif sebagai berikut. a. Tata-letak untuk menyusun kelas. b. Strategi mendapatkan partisipasi manapun. c. Tugas untuk mendapat mitra belajar. d. Mengetahui harapan siswa melalui pertanyaan. e. Membentuk kelompok belajar. f. Strategi alternatif dalam menyeleksi ketua kelompok dan mengerjakan tugas lain. g. Memfasilitasi diskusi. h. Membantu kegiatan eksperiensial. i. Pilihan untuk seni peran. Guru juga berperan dalam fasilitas kegiatan pembelajaran, dalam hal ini berperan sebagai seorang fasilitator. Malcom Knowless 1975: 33 mengungkapkan bahwa in the first place, my self consept has changed from that teacher to that of facilitator of learning. Malcom Knowles 1975: 33 23 juga menambahkan it required that I must focus on what was happening in the students rather than on what I was doing. Artinya guru dalam berperan menjadi fasilitator harus mulai mengarahkan apa yang menjadi perhatian utamanya bukan lagi tentang bagaimana yang dilakukan pada siswa namun bagaimana yang terjadi pada siswa, sehingga semua kebutuhan siswa terakomodir dalam perannya. Hal ini dibutuhkan model belajar yang pas untuk diterapkan guru sesuai dengan kondisi siswa. Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam praktiknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran tetap haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. gurudani.site, 2016 Berdasarkan penjelasan mengenai strategi belajar aktif dari beberapa ahli guna mencapai tujuan belajar mandiri, dapat disimpulkan bahwa belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Siswa sebagai pusat kegiatan belajar. b. Siswa berada pada penggunaan tingkatan berpikir yang lebih tinggi. c. Kegiatan belajar menggairahkan yakni menimbulkan kebahagiaan, semangat, hidup, giat, dan berkesinambungan. d. Kegiatan belajar mewujudkan perilaku belajar yang efektif. e. Menekankan aspek afektif dalam pembelajaran. f. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok. 24 g. Didukung perlengkapan belajar yang aktif seperti tata menyusun ruang kelas, membentuk kelompok belajar, diskusi, seni peran, dsb.

2. Motivasi Belajar sebagai Prasyarat