53
Kajian teori keadilan yang berkaitan dengan peninjauan kembali lebih dari sekali tidak terlepas juga dengan dukungan kajian filsafat
hukum dan beberapa teori hukum yang akan dipakai dalam kajian teori keadilan mengenai peninjauan kembali lebih dari satu kali. Sehingga
pengkajian dibawah ini penulis juga akan menambahkan pengkajian keadilan menurut pandangan filsafat hukum untuk memperkaya
penulisan dan membuka pemahaman didalam skripsi ini untuk mengatahui tujuan dari Putusan Mahkamah Konstitusi No. 34PUU-
XI2013 Tentang peninjauan kembali lebih dari satu kali.
b. Kajian Keadilan Berkaitan Filsafat Hukum
Berbicara tentang keadilan maka tidak akan terlepas dari kajian filsafat hukum yang memiliki arti dan peran besar bagi eksitensi dan
perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan hukum termasuk ilmu hukum pada masa-masa yang dulu dan sekarang. Hal ini adalah lumrah adanya,
kerena filsafat pada umumnya merupakan mother of science yaitu induk pokok dari semua ilmu pengetahuan yang ada dan dikenal oleh manusia
sampai saat ini. Pada hakikatnya filsafat hukum merupakan filsafat yang mengkaji hukum secara mendalam sampai kepada inti atau
dasarnya yang disebut sebagai hakikat hukum atau filsafat yang mengkaji hukum secara filosofis.
Dilihat dari penjelasan diatas maka pemahaman tentang filsafat hukum yang berkaitan dengan peninjaun kembali dalam hal ini aturan
yang berkaitan dalam peninjauan kembali lebih dari sekali adalah
54
bagian dari pengkajian filsafat hukum yang tidak terlepas pada tujuan hukum yaitu keadilan, dan moralitas. Penjelasan mengenai hal ini,
ketika hukum tidak berpihak kepada keadilan, dan moralitas maka landasan yang dipakai adalah filsafat hukum untuk mencari inti-sari
hukum itu sendiri. Sehingga pemahaman tentang hukum bukan sebatas apa yang dikatakan oleh undang-undang semata, sehingga hakim bukan
sebagai corong undang-undang. Hal ini yang mendasari bahwa, ilmu hukum bukanlah ilmu yang
bersifat pasif tetapi aktif yang sesuai dengan perkembangan zaman, maka untuk menjawabnya, pemahaman tentang filsafat hukum sangat
di perlukan untuk pengkajian-pengkajian yang lebih mendalam tentang permasalahan hukum yang terjadi saat ini dan kedepanya. Salah satu
syarat pengajuan peninjauan kembali adalah menemukan bukti baru novum. Bukti baru yang nantinya menjadi faktor pendukung dalam
pengajuan sekaligus menjadi bukti persidangan peninjauan kembali yang nantinya memberikan keterangan secara hukum bahwa terpidana
bersalah atau tidak. Hal yang harus dilihat dalam permasalahan hukum saat ini adalah
pesatnya perkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, contoh kasus terjadi pada Antasari Azhar dengan bukti yang diajukanya belum dapat
terpenuhi karena teknologi yang dapat membuka sekaligus dapat membuktikan terpidana tidak bersalah dalam kasus pembunuhan
Nazarudin belum ditemukan. Maka dari itu Putusan Mahkamah Konstitusi No. 34PUU-XI2013 tentang peninjauan kembali lebih dari
55
satu kali, adalah putusan yang berdasarkan pada pengkajian filsafat hukum yang menjawab permasalahan hukum demi tercapainya
keadilan untuk masyarakat. Berkaitan dengan kepastian hukum dalam peninjauan kembali
lebih dari satu kali sudah dijelaskan dalam Pasal 268 ayat 1 KUHAP bahwa; permintaann peninjauan kembali atas suatu putusan tidak
menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan dari putusan tersebut. Penjelasan Pasal 268 ayat 1 KUHAP memperkuat argumen
bahwa melakukan peninjauan kembali berulang kali tidak menghalangi atau penundaan eksekusi yang sudah di putuskan sebelumnya oleh
Pengadilan. Peninjauan kembali memang harus diajukan oleh pengacara senior atau pengacara yang memang betul-betul paham
tentang novum yang diajukan benar-benar merupakan bukti baru yang memperkuat untuk peninjauan kembali. Inilah yang mendasari
sehingga peninjauan kembali di ajukan dapat melahirkan kepastian hukum.
Filsafat hukum merupakan sumber tempat dimana kaidah hukum dan asas hukum yang saling berkaitan dengan yang lainya dalam ilmu
hukum. Selanjutnya filsafat hukum melahirkan teori hukum dari hasil pengkajian hukum setelah itu dogmatik hukum, hukum dan praktik
hukum. Komponen-komponen ini merupakan satu sistem antara lapisan yang satu dengan yang lainya yang paling menopang dalam satu
kesatuan yang disebut dengan ilmu hukum. Sehingga pengkajian filsafat hukum merupakan solusi untuk menggali lebih jauh dari tujuan
56
hukum itu sendiri yaitu keadilan dan moralitas sehingga mengahasilkan kemanfaatan dan kepastian hukum.
Filsafat hukum memang tidak digunakan untuk memecahkan masalah hukum tetapi filsafat hukum dapat menjadi sarana untuk
memecahkan masalah-masalah hukum yang sering mencederai nilai keadilan. Tugas filsafat hukum adalah mencari pengertian tentang
hakikat hukum yang sebenarnya. Tidaklah mustahil menjadi seorang praktisi hukum ataupun ahli hukum yang baik tanpa memahami filsafat
hukum dengan baik.
c. Kajian Keadilan Menurut Teori Hukum