56
hukum itu sendiri yaitu keadilan dan moralitas sehingga mengahasilkan kemanfaatan dan kepastian hukum.
Filsafat hukum memang tidak digunakan untuk memecahkan masalah hukum tetapi filsafat hukum dapat menjadi sarana untuk
memecahkan masalah-masalah hukum yang sering mencederai nilai keadilan. Tugas filsafat hukum adalah mencari pengertian tentang
hakikat hukum yang sebenarnya. Tidaklah mustahil menjadi seorang praktisi hukum ataupun ahli hukum yang baik tanpa memahami filsafat
hukum dengan baik.
c. Kajian Keadilan Menurut Teori Hukum
Hukum sangat erat hubunganya dengan keadilan, bahkan ada pendapat bahwa hukum harus digabungkan dengan keadilan, supaya
benar-benar berarti sebagai hukum, karena tujuan hukum itu adalah tercapainya rasa keadilan pada masyarakat. Setiap hukum yang
dilaksanakan ada tuntutan untuk keadilan, maka hukum tanpa keadilan akan sia-sia sehingga hukum tidak lagi berharga di hadapan masyarakat,
hukum bersifat objektif berlaku bagi semua orang, sedangkan keadilan bersifat subjektif, maka menggambungkan antara hukum dan keadilan
bukan merupakan hal yang gampang. Tetapi sesulit apapun hal ini harus dilakukan demi kewibawaan negara dan peradilan, karena hak-hak dasar
hukum adalah hak-hak yang diakui oleh peradilan
32
.
32
Ibid., 91
57
Dalam tata hukum Indonesia, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, disamping menempatkan Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai sumber tertib hukum dan sebagai dasar negara menempatkan Pancasila berada pada
urutan paling atas pada susunan atau hierarki perundang-undangan di Indonesia.
33
Pancasila sebagai dasar negara merupakan unsur-unsur pokok dalam kaidah negara yang fundamental, merupakan norma hukum yang
pokok, sehingga semua perundang-undangan yang ada baik tertulis maupun tidak tertulis tidak boleh bertentangan dengan Pancasila yang
berisi nilai- nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan, dan Keadilan sosial bagi seleruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagai hukum
dasar didalamnya memuat keadilan, sehingga antara hukum dan keadilan mempunyai hubungan yang tidak bisa dipisahkan.
Pencapaian atas keadilan tidak bisa terepas dari hukum, moral, karena keadilan hakikatnya tidak bisa dipisahkan begitu saja, karena
berbicara tentang hukum harus berlandaskan kepada moral dan semua hukum yang melahirkan kepastian hukum. Sehingga tujuan hukum
tercapai yaitu keadilan. Terjadinya pelanggaran hukum pasti ada norma moral yang terabaikan, karena norma hukum juga merupakan norma
moral, sehingga tujuan keadilan tidak tercapai. Hukum harus bermuara
33
Ibid., 92
58
pada keadilan, yaitu keadilan yang ada pada masyrakat, hukum akan sia- sia jika tidak tercapai rasa keadilan pada masyrakat. Dalam penegakan
hukum ada tiga unsur yang selalu diperhatikan yaitu kepastian hukum rechtssicherheit, kemanfaatan zweckmassigkeit, dan keadilan
gerrechtigheit.
34
Selain itu hukum juga dapat memanusiakan manusia menurut Dr. Notohamidjojo.
Keadilan merupakan sendi yang terakhir sebagai tujuan hukum, agar keadilan itu tercapai sesuai dengan keadilan yang ada pada
masyarakat, maka hukum diciptakan harus bersendikan pada moral, artinya undang-undang dan semua norma hukum harus sesuai dengan
norma-norma moral. Hukum yang berupa undang-undang maupun yang dilaksanakan pada lembaga peradilan tidak akan berarti dan tidak akan
tercapai rasa keadilan jika meninggalkan prinsip-prinsip moral, baik oleh pembuat undang-undang maupun aparat penegak hukum. Tanpa
keadilan, sebuah aturan tidak pantas menjadi hukum. Menurut Hans Kelsen dalam teorinya Stufen Bouw Theory atau
teori tangga, yang menggambarkan bahwa sistem perundang-undang suatu negara tersusun seperti tangga-tangga piramid. Di tangga yang
paling dasar terdapat norma yang disebut norma ketetapan-ketetapan, diatas norma ketetapan ada norma peraturan, di atas norma peraturan ada
norma undang-undang, diatas norma undang-undang ada norma Undang-
34
Sudikno Mertokusomo.,Op.Cit.,h.5
59
Undang Dasar, dan diatas Undang-Undang Dasar atau puncak piramid ada norma yang di sebut norma dasar yaitu moral grundnorm.
35
Berkaitan dengan teori Stufen Bouw Theory. Dalam sistem hukum Indonesia yang menjadi dasar adalah Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
kaidah dasar yaitu kaidah norma yang menjadi dasar berlakunya dan legalitas hukum positif di Indonesia. Pancasila dipahami sebagai dasar
falsafah negara serta sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, pada hakikatnya merupakan nilai-nilai yang sistematis dan hierarkis. Dalam
pengertian inilah Pancasila merupakan sistem filsafat, maka kelima sila yang ada tidak terpisahkan dan memiliki makna sendiri-sendiri, tetapi
memiliki makna yang utuh. Pancasila tersusun secara hirarkis piramida yang bulat dan utuh,
artinya semua sila yang ada dibawahnya tidak boleh bertentangan antara satu dan yang lain antara sila pertama sampai terakhir. Dasar
pemikiranya adalah bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyrakatan, serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Inilah yang menjadikan Pancasila sebagai dasar kaidah norma berlakunya dan
legalitas hukum positif Indonesia. Keadilan merupakan nilai lebih tinggi dalam pemahaman hukum.
Keadilan bukanlah nilai tunggal yang berdiri sendiri, tetapi keadilan
35
Ibid.,6
60
dapat melahirkan kepastian dan kemanfaatan hukum. Keadilan bagaikan segitiga yang berada lebih tinggi diatas kurva segitaga, sehingga ketika
keadilan bergerak maka keadilan pasti menyentu dengan kurva segitiga sebelah kanan yaitu kepastian hukum dan menyentuh kurva segitiga
sebelah kiri yaitu kemanfaatan inilah yang menjadi keadilan merupakan nilai yang lebih tinggi. Sehingga didalam hirarki filsafat hukum nilai
melahirkan azaz-azaz hukum, azaz-azaz hukum melahirkan prinsif, prinsif melahirkan kaidah, dan kaidah melahirkan hukum positif.
sehingga keadilan merupakan nilai yang lebih tinggi dan merupakan cita- cita dalam suatu negara demokrasi yang seutuhnya.
a Teori Keadilan bermartabat
Lahirnya teori keadilan bermartabat berangkat dari dasar pemikiran yang mempunyai tujuan bahwa hukum yang dapat
memberikan rasa adil yang bermartabat dan keadilan yang dapat memanusiakan manusia. Teori keadilan mermartabat menggali hukum
dari lapisan-lapisam dalam memahami ilmu hukum yang berkadilan bermartabat dilihat dari susunanya ilmu hukum meliputi filsafat hukum
atau philosophy of law yang berada ditempat pertama selanjutnya teori hukum atau legal theory berada pada posisi kedua, selanjutanya dogmatik
hukum atau jurisprudence berada pada posisi ketiga selanjutnya hukum dan praktik hukum atau law and legal partice. Lapisan-lapisan ilmu
hukum ini, dalam pandangan teori keadilan bermartabat berfungsi sebagai sumber dimana hukum di temukan, tetapi lapisan-lapaisan ini bukanlah
61
menjadi pemisah dalam ilmu hukum melainkan saling berkaitan dengan satu dan lainya.
Karakter teori keadilan bermartabat antara lain adalah sistem filsafat hukum yang mengarahkan atau memberikan tuntutan serta tidak
memisahkan seluruh kaidah dan asas atau substantive legal disciplines disiplin hukum materiil. Termasuk didalam substantive legal disciplines
yaitu nilai valuea saling terkait dengan jejaring kaidah dan asas yang didalamnya ada nilai-nilai virtues kebijakan yang mengikat satu sama
lain. Susuan keterkaitan antara asas-asas dan nilai yang di dalam prinsip keadilan bermartabat menjadikan teori keadilan bermartabat menjadi
pondasi ilmu yang kuat dalam membangun hukum yang berkadilan bermartabat karena ada jiwanya the living law hukum yang hidup dalam
tujuan membangun negara yang baik dengan sistem hukum yang baik bersumber dari hukum Indonesia yaitu Pancasila Volksgeist.
36
Teori keadilan bermartabat dimulai dan berakhir dengan memeriksa bahan hukum dalam sistem hukum berdasarkan pancasila
sebagai bahan-bahan yang menajdi obyek kajian Teori keadilan bermartabat memandang bahwa Volksgeist atau Pancasila menjadi
inspirasi pencerahan yang digali dari jiwa bangsa teori keadilan bermartabat. Kajian dimulai dengan menggali keadilan sebagai tujuan
negara yang sudah dikutip dari pembukaan UUD 1945. Dalam paket tujuan sebagaimana rumuan pembukaan UUD 1945 terkandung apa yang
36
Teguh Prasetyo., Keadilan Bermartabat Prespektif Teori Hukum., Penerbit Nusa Media., 2015., h.,40.
62
disebut antara lain, yaitu pemikiran lex divina. Pemikiran itu diperhadapkan sebagai tujuan yang harus dikejar oleh sistem hukum yang
bersumber kepada jiwa bangsa Volksgeist.
37
b Teori Hans Kelsen Teori Grundnorm
Grundnorm norma dasar adalah kaidah-kaidah yang paling fundamental tentang kehidupan manusia dimana diatas norma dasar
tersebut diabuatlah kaidah-kaidah hukum lain yang lebih konkret dan lebih khusus.
38
Suatu norma dasar tidak dengan sendirinya mengikat secara hukum tanpa kehadiran suatu aturan hukum pada tataran yang
lebih konkret berupa norma hukum yang valid.
39
Sesuai dengan teori norma dasar Grundnorm dari Hans Kelsen, maka setiap hukum dalam suatu negara haruslah berasal dari suatu
hukum dasar Grundnorm yaitu konstitusi. Karena itu, untuk mengukur konsistensinya dengan hukum dasar, berkembanglah beberapa kaidah
hukum tentang logikailmu hukum, yaitu: -
Kaidah derogasi, dalam hal ini setiap aturan hukum berasal dari aturan hukum yang lebih tinggi
- Kaidah pengakuan recognition. Setiap kaidah hukum yang
berlaku harus ada pengakuan dari yang berwenang
37
Ibid
38
Biasanya pada suatu negara ditulis norma dasar yang berlaku dalam suatu negara dan tulis dalam konstitusi.
39
Munir Fuady., Teori-Teori Besar Grand Theory Dalam Hukum., Penerbit Kencana., 2013., h.,138
63
menjalankan aturan tersebut, maupun pengakuan dari pihak kepada siapa aturan hukum tersebut akan diterapkan.
- Kaidah nonkontradiksi, tidak boleh ada kontradiksi antara
sesuatu aturan hukum dengan aturan hukum lainya, sehingga antara satu norma hukum dengan norma hukum
lainya haruslah harmonis, sinkron, dan terintegrasi principle of intergrity.
- Kaidah derivatif derivative principle, dalam hal ini aturan
hukum ditingkat bawah merupakan bagian dari aturan hukum tingkat lebih tinggi yang ditarik berdasarkan prinsip
dedukasi partikal. -
Kaidah sistem sytem principle dalam hal ini suatu sistem hukum yang lebih rendah tingkatanya merupakan subsistem
dari peraturan hukum yang lebih tinggi, sehingga semua aturan hukum yang berlaku merupakan sebuah sistem secara
keseluruhan. -
Kaidah generalis generalized principle, dalam hal ini atuaran hukum yang lebih tinggi merupakan generalis dari
aturan hukum yang lebih rendah. Demikian juga sebaliknya bahwa aturan yang lebih rendah merupakan kekhususan dari
aturan yang lebih tinggi. -
Kaidah reduksi principle of reductionism, dimana aturan hukum yang lebih rendah merupakan reduksi dari aturan
yang lebih tinggi.
64
- Kaidah golongan ketercakupan principle of subsumption,
dalam arti bahwa aturan hukum harus masih termasuk aturan atau tercakup dalam golongan aturan yang lebih
tinggi,. Jadi bukan berasal dari golongan aturan yang lain.
40
Selanjutnya satu ajaran yanag sangat populer dari teori hukum dasar adalah teori tentang tindakan aturan hukum yang berjenjang teori
piramida berbalik. Dalam hal ini, teori dasar yang merupakan konstitusi dalam suatu sistem pemerintah, merupakan norma dasar yang dalam
suatu segitiga terbalik tenpatnya adalah yang tertinggi dengan wilayah jerja yang luas.
41
c Teori Gustav Radbruch Hukum itu Normatif, Karena
nilai Keadilan
Nilai keadilan adalah “meteri” yang harus menjadi isi aturan
hukum. Sedangkan aturan hukum adalah “bentuk” yang harus melindungi nilai keadilan.
42
Tanpa keadilan, sebuah aturan tidak pantas menajadi hukum.
43
Jadi, bagi Gustav Radbruch hukum memiliki tiga aspek, yakni keadilan, finalitas, dan kepastian. Aspek keadilan menujuk pada
“kesamaan hak didepan hukum”. Aspek finalitas, menujuk pada tujuan
40
Ibid h., 143
41
Ibid.,h 144
42
Ibid 129
43
Ibid 130
65
keadilan, yaitu memajukan kebaikan dalam hidup manusia. Aspek ini menentukan isi hukum. Sedangkan kepastian menujuk pada jaminan
bahwa hukum yang berisi keadilan dan norma-norma yang memajukan kebaikan, benar-benar berfungsi sebagai peraturan yang ditaati.
44
Tuntutan akan keadilan dan kepastian, menurut Gustav Radbruch, merupakan bagian-bagian yang tetap dari hukum. Sedangkan
finalitas mengandung unsur raltivitas karena tujuan keadilan sebagai isi hukum untuk menumbuhkan nilai kebaikan bagi manusia, lebih sebagai
suatu nilai etis dalam hukum. Nilai kebaikan bagi manusia dimaksud, dapat dihubunglkan dengan tiga subyek yang hendak dimajukan
kebaikanya yakni individu, kolektivitas, dan kebudayaan. Subyek pertama hendak dimajukan kebaikanya adalah manusia individu.
Hukum yang disusun untuk tujuan ini bersifat individualistis. Dalam sistem ini, individu dan martabatnya tidak saja dianggungkan tetapi juga
diberi perlindungan khusus, seperti dalam Konstitusi Amerika.
45
Dalam negara dengan sistem individual finalitasnya adalah perkembangan individu, maka kemungkinan timbul pertentangan
antara finalitas dan legalitas kalau terdapat undang-undang yang karena alasan tertentu tidak cocok dengan perkembangan individu manusia.
Menurut legalitas, undang-undang itu berlaku demi kepastian hukum, tetapi finalitas menentang keberlakuan itu.
46
44
ibid
45
Ibid 131
46
Ibid.,h., 131-132
66
Hal inilah yang menyebabkan Gustav Radbruch mengakui adanya hukum alam yang mengatasi hukum positif, yaitu i. Setiap
individu harus diperlakuakan menurut keadilan didepan pengadilan, ii. Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia yang
tidak boleh dilanggar, iii. Harus ada keseimbangan antara pelanggaran dan hukum.
47
Berdasarkan tiga prinsip hukum alam tersebut, Gustav Radbruch sampai pada keyakinan bahwa keadilan terhadap manusia individual
merupakan batu sendi bagi perwujudan keadilan dalam hukum. Dari sini pula tiga aspek hukum itu disusun dalam urutan struktural yang dimulai
dari keadilan, kepastian dan diakhiri finalitas. Maka bila perkembanagan ditentukan sebagai finalitas hukum, maka ia tetap
tunduk pada pada keadilan dan kepastian hukum. Ini menghindari kesewenang-wenang.
48
Bagaimana jika terjadi pertentangan antara keadilan dan kepastian? Kita ketahui, kepastian hukum harus dijaga demi keamanan.
Bagaimana jika ia tidak sesuai dengan keadilan dan finalitas. Bila pertentangan antara tata hukum dan keadilan menjadi begitu besar,
sehingga ia benar-benar dirasakan tidak adil, maka demi keadilan tata hukum itu harus dilepaskan.
49
47
ibid
48
ibid
49
ibid
67
d. Kepastian hukum