70
undang-undang, maka dalam proses penegakan hukum dilakukan tanpa memperhatikan kenyataan hukum Werkelijkheid yang berlaku.
Para penegak hukum yang hanya bertitik tolak dari substansi norma hukum formil yang ada dalam undang-undang
law in book’s, akan cenderung mencederai rasa keadilan masyarakat. Seyogyanya
penekanannya di sini, harus juga bertitik tolak pada hukum yang hidup living law. Lebih jauh para penegak hukum harus memperhatikan
budaya hukum legal culture untuk memahami sikap, kepercayaan, nilai dan harapan serta pemikiran masyarakat terhadap hukum dalam sistim
hukum yang berlaku.
B. Hasil Penelitian
1. Kasus Posisi
Kasus ini berawal dari permohonon peninjauan kembali oleh saudarah Antasari Azhar, S.H., M.H ke Mahkamah Konstitusi terhadap
Pasal 268 ayat 3 KUHAP yang dilakukan:
52
Bahwa saudarah Antashari Azhar menggap hak konstitusionalnya sangat di rugikan oleh berlakunya Paal 268 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; Terpidana Antashari Azhar telah mendapatkan putusan oleh
pengadilan sebelumnya yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap
52
Sumber : Putusan Mahkamah Konstitusi No. 34PUU-XI2013.,h.,1 , Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
71
dalam perkara pidana Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 1532Pid.B2009PN.Jkt.Sel yang telah diputus pada tanggal 11
Februari 2010 dengan putusan Mahkamah Agung Nomor 1429KPid2010 tanggal 21 September 2010;
Alasan saudarah Antashari Azhar melakakukan upaya peninjauan kembali yang kedua ialah apabilah di kemudian hari ada teknologi
yang dapat membuka bukti sms yang didalikan oleh Jaksa Penununtut Umum bahwa sms tersebut bukanlah berasal dari
saudarah Antashari Azhar, maka secara konstitusi Terpidana tidak dapat memperbaiki nama baiknya karena di batasi oleh Pasal 268
ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
Menurut keterangan ahli Dr. Ir. Agung Agung Harsoyo, M.Sc, M.Eng, dalam rentang waktu antara Februari-Maret 2009, tidak
terdapat sms yang dikirim dari keenam nomor HP milik Antasari kepada Nasrudin. Pada Februari 2009, nomor HP Antasari
0812050455 mencatat empat SMS dari nomor HP Nasruddin 0811978245, tapi tidak ada catatan adanya SMS balasan dari
Antasari. Sedangkan Chip HP almarhum Nasrudin Zulkarnaen, yang berisi SMS ancaman rusak, tidak bisa dibuka.
2. Kerugian Pemohon
Berdasarkan prinsip keadilan dan asas persamaan kedudukan depan hukum equality before the law, hak Pemohon sebagai rakyat
72
dan sebagai warga negara Indonesia atas keadilan tidak terakomodir oleh Undang-Undang yang diajukan untuk diuji materiil yang
menutup kemungkinan bagi para Pemohon untuk mencapai keadilan sehingga dalam hal ini para Pemohon merasa rugikan atas
Pasal 268 ayat 3 KUHAP, maka dengan adanya pemberlakuan Pasal 268 ayat 3 sangat mencedarai rasa keadilan apabilah di kemudian
hari Terpidana menemukan novum yang dapat membuktikan bahwa saudarah Antashari Azhar tidak bersalah;
Larangan terhadap peninjauan kembali untuk kedua kalinya setidak- tidaknya mengabaikan prinsip dan nilai keadilan materiilsubstansial,
prinsip negara hukum yang menjamin hak asasi warga negara untuk memperjuangkan keadilan, dan bertolak belakang dengan
hukum responsif dan progresif, sehingga untuk pencari keadilan tidak boleh ada pembatasan;
Dalam prinsip hukum pidana letak keadilan lebih tinggi dari pada kepastian hukum, apabilah harus memilih maka keadilan
mengeyampingkan kepastian hukum. Dengan demikian pengajuan peninjauan kembali oleh korban atau ahli warisnya dan dapat
diajukan lebih dari sekali adalah dalam rangka mencari dan memperoleh
keadilan harus
diberi peluang
walaupun mengeyampingkan kepastian hukum. Di sisi lain peninjauan kembali
jelas-jelas tidak menghalangi eksekusi putusan pidana, sehingga sebenarnya tidak ada relevansinya dengan kepastian hukum;
73
Pada prinsipnya keadilan yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disimpulkan keadilan
merupakan pilar penegakan hukum di Indonesia. Akan tetapi dalam Undang
–Undang yang dimohonkan untuk diuji membatasi para pencari keadilan untuk mencari keadilan yang seadil-adilnya sehingga
hal ini bertentangan prinsip keadilan yang terkandung dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Norma-norma yang diajukan untuk diuji