Tata Cara Mengajukan Peninjauan Kembali Tenggang Waktu Peninjauan Kembali Permintaan Pemeriksaan dalam Sidang Pengadilan Negeri

34 Agung menyatakan bersalah kepada terdakwa kerena melakukan kejahatan pembunuhan. Kemudian terdakwa melalui kuasanya mengajukan peninjauan kembali. Mahkamah Agung menerima keberatan tersebut dengan pertimbangan, tidak seorangpun saksi yang melihat bahwa terdakwa menolak korban hingga jatuh dari kereta api yang menyebabkan korban mati, juga tak seorangpun melihat bahwa terdakwa mengambil uang dan baju korban, juga orang tua korban, polisi dan jaksa hanya menduga bahwa terdakwa telah membunuh korban yang hanya disarkan atas kesimpulan, dan hukum tidak membenarkan seorang diadili berdasarkan dugaan-dugaan kesimpulan sendiri yang tidak didasarkan dengan alat-alat bukti yang sah. 4

c. Tata Cara Mengajukan Peninjauan Kembali

Tata cara mengajukan peninjauan kembali ada dua. Pertama, diajukan ke Mahkamah Agung melalui Panitera yang mengadili. Pasal 26 KUHAP mengatur: - Permintaan peninjauan kembali oleh pemohon sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 263 ayat 1 diajukan kepada panitera pengadilan yang telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama dengan menyebutkan secara jelas alasanya; 4 Ibid h.,232 35 - Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 245 ayat 2 berlaku juga bagi permintaan peninjauan kembali. Kedua, dibuat dalam surat keterangan. Jadi berdasarkan Pasal 245 ayat 2, permintaan peninjauan kembali tersebut oleh panitera ditulis dalam sebuah surat keterangan yang ditandatangani oleh penitera serta pemohon dan dicatat dalam daftar yang dilampirkan pada berkas perkara.

d. Tenggang Waktu Peninjauan Kembali

Permintan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu Pasal 264 ayat 3 KUHAP. Ketentuan ini merupakan ciri khas dari upaya hukum luar biasa dan membedakan dengan upaya hukum biasa. Dalam hal permohonan peninjauan kembali adalah terpidana yang kurang memahami hukum, panitera pada waktu menerima permintaan peninjauan kembali wajib menanyakan apakah alasan ia mengajukan permintaan tersebut dan untuk itu panitera membuat surat permintaan peninjauan kembali Pasal 264 ayat 4 KUHAP 5 .

e. Permintaan Pemeriksaan dalam Sidang Pengadilan Negeri

Sebelum pengadilan negeri meneruskan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, Pasal 265 KUHAP menugaskan kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan untuk membuka 5 Ibid, 233 36 persidangan memeriksa permintaan peninjauan kembali. Secara tegas Pasal 265 ayat 1 mengatakan, ketua pengadilan setelah menerima permintaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat 1, menunjukan hakim yang tidak memeriksa perkara semula yang dimintakan peninjauan kembali itu untuk memeriksa apakah permintaan peninjauan kembali terebut memenuhi alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat 2. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana tersebut Pada ayat 1, pemohon dan jaksa hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya. 6 Persoalanya apakah pemohon dapat mengajukan pendapat agar saksi-saksi dapat diperiksa dan didengar keterangnya. Dalam praktek, hal ini memang belum pernah terjadi, namun demikian, bila kita ingin mencari kebenaran yang sejati, hal seperti ini patut juga dilakukan untuk mendapatkan keadaan-keadaan baru yang diajukan oleh pemohon. Menarik dalam peninjauan kembali adalah kasus Tommy Soeharto dalam kasus korupsi tukar guling PT Goro Batara Sakti, dimana dalam kasasinya oleh Mahkamah Agung, Tommy Soeharto dipidana 18 bulan penjara. Kemudian Tommy melalui penasihat hukumnya mengajukan grasi kepada Presiden Abdurrahman Wahid, pengajuan ini ditolak oleh Presiden. Grasinya ditolak, Tommy Soeharto melarikan diri sehingga tidak menjalankan hukumnya. Setalah gagal dalam upaya grasi, penasihat hukum Tommy Soeharto mengajukan upaya hukum peninjauan kembali. Dalam upaya hukum ini, Hakim Mahkamah Agung mengabulkan permohonan peninjauan kembali Tommy Soeharto dengan 6 Ibid, h. 233-234 37 membebaskanya. Putusan Mahkamah Agung ini menimbulkan perdebatan karena ketika pemeriksaan Tommy Soeharto tidak hadir untuk mengajukan pendapatnya. 7

f. Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara Pendapat

Dokumen yang terkait

Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana (Perspektif Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung dan Sistem Hukum Islam)

0 12 0

SKRIPSI PENGARUH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUUXI/ 2013 TENTANG PENINJAUAN KEMBALI YANG DAPAT DILAKUKAN LEBIH DARI SATU KALI TERHADAP VONIS PIDANA MATI.

0 2 11

PENDAHULUAN PENGARUH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUUXI/ 2013 TENTANG PENINJAUAN KEMBALI YANG DAPAT DILAKUKAN LEBIH DARI SATU KALI TERHADAP VONIS PIDANA MATI.

0 2 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi No.34/PUU-XI/2013 tentang Peninjauan Kembali Lebih dari Satu Kali T1 312011018 BAB I

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi No.34/PUU-XI/2013 tentang Peninjauan Kembali Lebih dari Satu Kali

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB I

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB II

0 6 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB IV

0 0 4

UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 34/PUU-XI/2013 DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEADILAN DAN KEPASTIAN HUKUM.

0 2 100

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) NO, 34/PUU-XI/ 2013 TENTANG KEBOLEHAN PENINJAUAN KEMBALI (PK) PERSPEKTIF SIYASAH DUSTURIYAH - Raden Intan Repository

0 0 63