27
penyusunan program oleh masyarakat; 3 teknologinya merupakan teknologi tepat guna yang bersumber dari ide dan kreatif masyarakat;
4 mekanisme kelembagaan bersifat bottom up; 5 menekankan pada proses dan hasil; 6 evaluasi berorientasi pada dampak dan
peningkatan kapasitas masyarakat; 7 orientasinya adalah terwujudnya kemandirian masyarakat.
4. Budidaya Ikan Lele
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanggup hidup dalam kepadatan tinggi. Ikan ini memiliki tingkat konversi pakan menjadi bobot
tubuh yang baik. Ikan lele merupakan jenis ikan yang mempunyai tipikal sangat mudah untuk dibudayakan. Berbeda dengan jenis ikan lainya, ikan
lele tidak memerlukan air yang mengalir. Untuk itu, ikan lele dapat dibudayakan di daerah yang minim dengan jumlah air.
Nasrudin dalam Jaja 2013: 46 menyatakan ikan lele merupakan komoditas budidaya ikan air tawar yang memiliki rasa enak, harga relatif
murah, toleran terhadap mutu air yang kurang baik, relatif tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara dihampir semua wadah. Dari berbagai
keunggulan tersebut, maka usaha budidaya ikan lele dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, peningkatan kemampuan dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Rachmatun Suyanto 1999: 39 berpendapat bididaya ikan lele merupakan suatu kegiatan usaha yang
meliputi tiga kegiatan pokok dalam kegiatan budidaya ikan lele yaitu kegiatan pembenihan, kegiatan pembesaran, dan kegiatan pemanenan.
28
Agus Bisena 2012: 3-5 berpendapat ada beberapa jenis ikan lele yang dikembangkan di Indonesia, antara lain :
a. Lele Lokal. Merupakan lele yang biasa hidup di selokan-selokan,
sungai, yang sering dipelihara sebagai sambilan oleh masyarakat. Lele jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: patil beracun, berwarna
hitam abu-abu, terkadang putih berbintik. Dalam pembudidayaan lele ini masa panen memerlukan waktu yang lumayan lama, antara enam
sampai delapan bulan. b.
Lele Dumbo. Lele jenis ini memiliki tubuh yang begitu besar. Lele dumbo memiliki masa panen yang singkat, yaitu 3 bulan. Telur lele ini
lebih banyak dan lebih tahan penyakit, serta mempunyai kemampuan tinggi untuk berdaptasi pada lingkungan. Namun kualitas dari ikan jenis
ini sangat dipengaruhi oleh system pembibitan dan induk yang digunakan. Lele dumbo bisa mencapai berat 2-3 kg per ekor dan jumlah
telur yang dihasilkan mencapai 8.000 sampai 10.000 butir. c.
Lele Sangkuriang. Lele Sangkuriang merupakan jenis terbaru ikan lele. Lele ini merupakan galur unggul lele dumbo, yang pertama diproduksi
oleh Balai Budidaya Air Tawar BBAT Sukabumi. Lele Sangkuriang tidak memiliki banyak perbedaan dengan jenis lele dumbo, hal itu
dikarenakan lele Sangkuriang merupakan hasil upaya perbaikan mutu dari lele dumbo melalui rekayasa genetik. Generasi lele ini memiliki
jumlah telur 33,33 lebih tinggi, dan juga memiliki masa pertumbuhan
29
yang lebih cepat mencapai 40 pada saat pendederan, dan 10 pada saat pembesaran dibandingkan dengan lele dumbo.
d. Lele Phyton. Morphology lele Phiton seperti lele biasa, hanya saja
bagian kepalanya saja yang terlihat agak lonjong, mirip dengan ular phyton. Oleh karena iu bentuk tubuh itulah dikenal dengan lele phyton.
Salah satu indikator tingginya kualitas lele phyton adalah konversi makan sebesar 1:1, yang artinya satu kilogram pakan menghasilkan satu
kilo daging siap konsumsi. Lele jenis ini hanya dipelihara dua bulan, sedangkan lele dumbo memerlukan waktu hingga tiga bulan.
e. Lele Super Jumbo. Lele ini merupaka lele dumbo dengan ukuran
sangat besar. Dipasaran lele jenis ini tidak akan laku dijual, hal itu dikarenaka lele jenis ini sulit untuk diolah. Untuk lele jenis ini
dikembangkan, dan diolah menjadi ikan dalam kemasan, yaitu berupa fillet tanpa tulang.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Marta Dwi Ningrum 2015 yang berjudul
“Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Di Taman Bacaan Masyarakat Mata Aksara Bagi Perempuan Di Desa Umbulmartani,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa program kecakapan hidup yang dilaksanakan oleh
TBM Mata Aksara berupa pelatihan yaitu pembuatan bros flanel, pembuatan kaos flanel, tas resleting, nastar, coctail, dan kerudung payet.
Program pendidikan kecakapan hidup di TBM Mata Aksara dilakukan