UPAYA PENINGKATAN GENERIC LIFE SKILLS WARGA BELAJAR PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SKB KOTA YOGYAKARTA.

(1)

i

UPAYA PENINGKATAN “GENERIC LIFE SKILLS”

WARGA BELAJAR PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SKB KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Phandu Setyawan NIM 11102244021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

"Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara

efektik menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,

informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi."

(Robert K. Cooper)

"Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang."


(6)

PERSEMBAHAN

Atas karunia Allah SWT, karya ini dipersembahkan untuk :

1. Kedua orangtua, Bapak Pundi Trikoranto dan Ibu Haryani.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan yang begitu besar.

3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan


(7)

vii

UPAYA PENINGKATAN GENERIC LIFE SKILLS

WARGA BELAJAR PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SKB KOTA YOGYAKARTA

Oleh Phandu Setyawan

11102244021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan Generic Life Skills dalam pendidikan kecakapan hidup, (2) mendeskripsikan hasil dari implementasi strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan Generic Life Skills dalam pendidikan kecakapan hidup (3)\mengetahui faktor yang menghambat peningkatan Generic Life Skills dalam pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pendidik dan warga belajar di SKB Kota Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi, display data dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi sumber dilakukan untuk memperoleh keabsahan data dengan berbagai narasumber dan triangulasi metode dilakukan untuk memperoleh keabsahan data dengan menggunakan isi suatu dokumen dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Strategi yg digunakan dalam upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills) warga belajar program pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta yaitu strategi Contextual Teaching Learning dan Strategi Pembelajaran Afektif, (2) hasil implementasi strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan kecakapan sosial dan personal adalah bertambahnya ilmu dan keterampilan baru bagi warga belajar yang dapat meningkatnya kesejahteraan hidup (subtitusi uang) dengan di bantu meningkatnya kualitas individu warga belajar serta menambah kreatifitas dan keterampilan yang nantinya menjadi bekal untuk bekerja., dan (3) faktor yang menghambat peningkatan Generic Life Skills dalam pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta adalah usia warga belajar yang berbeda-beda, tutor kesulitan menggali potensi kecakapan personal warga belajar, adanya rasa minder warga belajar yang mempengaruhi proses pembelajaran, masih kurang sadarnya warga belajar tentang generic life skills, warga belajar masih kurang mampu mengembangkan potensi diri setelah selesai mengikuti pelatihan

Kata kunci: peningkatan generic life skills, warga belajar, pendidikan kecakapan hidup


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Generic Life Skills Warga Belajar Program Pendidikan Kecakapan Hidup SKB Kota Yogyakarta”. penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan,

bantuan, motivasi dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan penghargaan dan

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk menyusun skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah

memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran di

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Iis Prasetyo, M.M, pembimbing skripsi yang telah berkenan

mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 9

D.Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 12


(11)

xi

a. Definisi Pendidikan Kecakapan Hidup ... 12

b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup ... 19

c. Ciri Pembelajaran Kecakapan Hidup ... 20

d. Karakteristik Kecakapan Hidup ... 21

e. Konsep Kecakapan Hidup ... 22

2. Kajian Tentang Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) ... 29

3. Kajian Tentang Warga belajar ... 30

4.Kajian Strategi Pembelajaran ... 34

a. Pengertian ... 34

b. Macam-Macam Strategi Pembelajaran ... 36

B. Kerangka Pikir ... 46

C. Pertanyaan Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 51

B. Subjek Penelitian ... 52

C. Setting Penelitian ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 55

F. Teknik Analis Data ... 55

G. Keabsahan Data / Triangulasi ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60


(12)

2. Struktur Organisasi ... 61

3. Visi Dan Misi SKB Kota Yogyakarta ... 62

4. Tugas Dan Fungsi Kelembagaan ... 63

5. Sarana Dan Prasarana SKB Kota Yogyakarta ... 64

6. Program SKB Kota Yogyakarta ... 64

7. Karakteristik Warga Belajar SKB Kota Yogyakarta ... 65

8. Pamong Belajar SKB Kota Yogyakarta ... 65

9. Fasilitas Warga Belajar ... 67

B. Hasil Penelitian ... 67

1. Strategi Yang Digunakan Dalam Upaya Peningkatan Kecakapan Personal Dan Sosial (Generic Life Skills) Pendidikan Kecakapan Hidup Di SKB Kota Yogyakarta... 67

a. Pelaksanaan Pelatihan Kecakapan Hidup Di SKB Kota Yogyakarta . 68 b. Pelaksanaan Implementasi Strategi Dalam Upaya Meningkatan Kecakapan Personal Dan Sosial (Generic Life Skills) Pendidikan Kecakapan Hidup Di SKB Kota Yogyakarta ... 71

2. Hasil Implementasi Strategi Yang Digunakan Dalam Upaya Meningkatan Kecakapan Personal Dan Sosial Pendidikan Kecakapan Hidup Di SKB Kota Yogyakarta ... 82

a. Peningkatan Kecakapan Sosial Dan Personal (Generic Life Skills) Warga Belajar Setelah Mengikuti Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup ... 83

3. Faktor Penghambat Peningkatan Kecakapan Personal Dan Sosial Dalam Pendidikan Kecakapan Hidup Di SKB Kota Yogyakarta... 85

a. Faktor Penghambat Peningkatan Kecakapan Personal Dan Sosial Yang Di Hadapi Pendidik Dalam Pelaksanaan Pendidikan


(13)

xiii

Kecakapan Hidup ...

... 85

b. Faktor Penghambat Yang Di Hadapi Warga Belajar Dalam Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup ... 87

C. Hasil Pembahasan ... 88

1. Strategi Yang Digunakan Dalam Upaya Peningkatan Kecakapan Personal Dan Sosial (Generic Life Skills) Pendidikan Kecakapan Hidup Di SKB Kota Yogyakarta... 89

2. Hasil Implementasi Strategi Yang Digunakan Dalam Upaya Meningkatan Kecakapan Personal Dan Sosial Pendidikan Kecakapan Hidup Di SKB Kota Yogyakarta... 101

3. Faktor Penghambat Peningkatan Kecakapan Personal Dan Sosial Dalam Pendidikan Kecakapan Hidup Di SKB Kota Yogyakarta ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112


(14)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 48


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 116

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 128

Lampiran 3. Catatan Lapangan ... 129

Lampiran 4. Analisa Data dan Triangulasi ... 139

Lampiran 5. Profil SKB Kota Yogyakarta ... 147


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama ini kegiatan pelatihan kecakapan hidup telah umum

digunakan untuk meningkatkan keterampilan atau kemampuan seseorang

dalam bidang pekerjaan tertentu, di tempat kerja atau di tempatnya

beraktivitas. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara

tersebut telah lama dilakukan di Indonesia. Berbagai inovasi program

pendidikan kecakapan hidup juga telah dilaksanakan. Namun demikian

berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum

meningkat secara signifikan. Pendidikan kecakapan hidup relatif rendah

dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari sisi perilaku

keseharian warga belajar, banyak terjadi ketidakpuasan masyarakat. Dari

dunia usaha muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja

belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan salah satu masyarakat di Kota Yogyakarta yang masih

mengganggur karena belum mempunyai kesiapan kerja yang baik setelah

mengikuti program pendidikan kecakapan hidup di sebuah lembaga di

Yogyakarta.

Setiap orang mengalami proses pendidikan melalui hal yang

dijumpai dan dikerjakannya. Pendidikan berlangsung secara alamiah


(17)

2

dengan lingkungannya. Lingkungan memberikan ilmu bagi seseorang baik

lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan alam. Telah

diketahui bahwa pendidikan atau pembelajaran menurut Ki Hajar

Dewantara adalah segenap daya dan upaya yang harus dikembangkan oleh

pendidik guna mengembangkan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran

(intelek) dan jasmani anak didik. Selama ini masyarakat dan praktisi

pendidikan menganggap bahwa indikator keberhasilan pembelajaran

sebagai inti proses pendidikan adalah nilai ujian. Pandangan seperti itu

tidak keliru akan tetapi baru melihat salah satu indikator saja. Apabila

keberhasilan hanya dipandang dari indikator itu, maka pembelajaran

cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif, sehingga aspek

afektif dan psikomotorik terabaikan.

Kecakapan hidup sebagai inti dan hasil pendidikan adalah

kecakapan yang dimiliki seseorang untuk bisa menghadapi problema

hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian

secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga

akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas, 2006:22). Kecakapan hidup

terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum (Generic Life Skills) dan

kecakapan hidup yang bersifat khusus (Specific Life Skills). Menurut

Malik Fadjar (2003) kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari

kecakapan personal dan sosial, sedangkan kecakapan hidup yang bersifat


(18)

hidup tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang dicanangkan

UNESCO.

Melihat kondisi di lapangan pada bulan September 2014 bahwa

kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills) warga belajar masih

rendah, terbukti dengan pengembangan diri warga belajar yang belum

baik. Mereka rata-rata masih bingung dengan hasil pelatihan yang

diperoleh selama mengikuti program kecakapan hidup di SKB akan

dikembangkan ke arah yang sesuai dengan kemampuan dan potensinya.

Selain itu rendahnya kecakapan sosial terbukti dengan kerjasama yang

kurang antar warga belajar. Kondisi ini terjadi akibat dari komunikasi yang

kurang baik antara warga belaja dengan pendidik dan juga warga belajar

dengan warga belajar. Rendahnya kecakapan personal dan sosial (Generic

Life Skills) dapat merugikan bagi individu tersebut. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kecakapan personal dan sosial

mengingat pentingnya kecakapan tersebut dapat digunakan untuk

mengatasi berbagai macam persoalan hidup secara praktis.

Upaya-upaya yang ada saat ini bukan tidak berhasil sama sekali

dalam meningkatkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan hidup,

akan tetapi kehidupan nyata yang memiliki ciri “berubah” menuntut untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian. Salah satu yang sedang

mengupayakan peningkatan kecakapan personal dan sosial (Generic Life

Skills) dalam pendidikan kecakapan hidup bagi warga belajarnya adalah SKB Kota Yogyakarta. Tujuan dari upaya peningkatan tersebut adalah


(19)

4

menghasilkan individu yang mampu, sanggup, dan terampil untuk

menghadapi tantangan hidup yang sarat kompetisi dan kolaborasi. Mampu

dalam arti warga belajar memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk masa

depan, sedangkan sanggup dalam arti warga belajar mau, mempunyai

komitmen, bertanggung jawab dan berdedikasi menjalankan

kehidupannya. Selain itu warga belajar juga diharapkan terampil, dalam

arti cepat, cekat, dan tepat dalam mencapai sasaran hidup yang diinginkan.

Hasil yang diharapkan dari upaya peningkatan yang sedang

dilakukan SKB Kota Yogyakarta adalah individu/warga belajar diharapkan

mampu mengimplikasikan hasil berbagai pelatihan yang diikuti dalam

menghadapi tantangan di kehidupan nyata. Apabila warga belajar mampu

mengimplikasikan hasil pelatihan yang diperoleh maka nantinya mereka

dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat setelah menyelesaikan

pelatihan kecakapan hidup, terutama bekal kecakapan sosial yang bisa

membantu dalam adaptasi saat terjun di dunia kerja. Hasil selanjutnya

yang diharapkan dari upaya peningkatan tersebut adalah untuk menunjang

kecakapan sosial warga belajar yaitu dalam berkomunikasi sehingga tidak

terjadi kesalahan komunikasi yang bisa merugikan mereka. Kecakapan

sosial dalam bentuk komunikasi sangat diperlukan, karena manusia

berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi, baik secara lisan,

tertulis, tergambar, maupun melalui kesan.

Dalam upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial perlu juga


(20)

belajar melalui berbagai jenis pelatihan kecakapan hidup. Peningkatan ini

dapat dilakukan dengan cara pengenalan, penghayatan, dan pengamalan

nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang didapat dalam program pelatihan

kecakapan hidup, khususnya kecakapan personal dan sosial (Generic Life

Skills). Tujuannya adalah agar warga belajar mampu mengembangkan

dirinya sendiri dengan kecakapan yang dimiliki setelah mengikuti

pelatihan sehingga menjaga kelangsungan hidup dan perkembangnya di

masyarakat. Menurut (Priyatno 1999: 25), “Pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang pendiriannya matang,

dengan kemampuan sosial yang menyejukkan, kesusilaan yang tinggi, dan

keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Lebih lanjut Priyatno

mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para peserta didik

di sekolah seringkali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang

baik sekalipun.

Tekanan yang dialami para peserta pelatihan di tempat kerja atau

tempatnya beraktivitas amat beragam dan sangat kompleks serta sangat

menggangu aktivitas bekerja karena kurangnya wawasan peserta didik

tentang bagaimana pengembangan selanjutnya setelah selesai mengikuti

pelatihan. Dengan memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan

kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills), dimaksudkan agar

peserta didik dapat meningkatkan kecakapan personal dan sosialnya setelah


(21)

6

mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kehidupan dan

penghidupan (Mikarsa, 2004: 2).

Upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial (Generic Life

Skills) dalam pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta tidak terlepas dari hambatan-hambatan, seperti dalam memberikan motivasi

kepada warga belajarnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

dengan salah satu pamong di SKB Kota Yogyakarta pada tanggal 13

Agustus 2015, motivasi diperlukan untuk meningkatkan kecakapan

personal dan social warga belajar dengan cara menggali sumber daya yang

ada pada setiap peserta didik. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau

karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari

pengaruh lingkungan (Sunarto dan Agung Hartono, 2002:4). Manusia hidup

untuk belajar (learning how to be), hidup untuk belajar berarti

memanfaatkan segenap potensi dirinya.Belajar untuk hidup berarti

berupaya mendapatkan pekerjaan,dalam arti bahwa belajar untuk hidup

lebih essensial lagi.

Belajar di SKB bukan hanya mengikuti pelatihan dan apabila

sudah selesai pelatihannya juga sudah selesai belajarnya. Akan tetapi

belajar dapat digunakan sebagai proses untuk menjadi diri sendiri dalam

arti warga belajar mengetahui kemampuan dan potensinya sesuai dengan

pelatihan yang diberikan. Dan tak kalah penting dalam pelatihan

kecakapan hidup personal dan sosial bahwa sesungguhnya proses belajar


(22)

berlangsung dari peserta. Zubaedi (2006 : 24) menyatakan peserta didik

tidak dipilihkan, namun mereka diberi kesempatan untuk menentukan

sendiri apa yang mau mereka kejar, perjuangkan, dan utamakan dalam

hidup mereka.

Abad ke-21 adalah era globalisasi dengan ciri-ciri adanya saling

keterbukaan dan ketergantungan antarnegara. Akibat saling keterbukaan

dan ketergantungan ditambah dengan arus informasi yang sangat cepat

maka kompetisi akan semakin ketat terutama pada bidang ekonomi.

Disamping itu pengaruh globalisasi ini menuntut masyarakat untuk

memiliki pola pikir cosmopolitan dan tindak pikir yang kompetitif, suka

bekerja keras, mau belajar untuk meningkatkan keterampilan. Untuk

menjawab tantangan sekaligus peluang kehidupan global diperlukan

paradigm baru pendidikan Tilaar (2000) mengemukakan pokok-pokok

paradigma baru pendidikan sebagai berikut : (1) pendidikan ditujukan

untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis, (2)

masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan

individu dan masyarakat yang demokratis, (3) pendidikan diarahkan untuk

mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan

global, (4) pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa

indonesia yang bersatu serta demokratis, (5) dalam menghadapi kehidupan

global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus mampu


(23)

8

SKB Kota Yogyakarta merupakan salah satu Sanggar Kegiatan

Belajar yang sedang mengupayakan peningkatan kecakapan personal dan

sosial (Generic Life skills) dalam pendidikan kecakapan hidup bagi warga

belajarnya. Hal ini menarik dan menjadi alasan peneliti untuk melakukan

penelitian dan mengumpulkan data di sana. Data yang dikumpulkan

mengenai strategi yang digunakan, implementasi strategi dan faktor

penghambat yang dihadapi dalam upaya peningkatan kecakapan personal

dan sosial (Generic Life Skills), selanjutnya digambarkan dan

dideskripsikan secara rinci oleh peneliti.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Munculnya keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum

memiliki kesiapan kerja yang baik.

2. Kecakapan personal dan sosial warga belajar yang masih rendah.

3. Upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills)

dalam pendidikan kecakapan hidup masih mengalami hambatan.

4. Kurangnya minat warga belajar dalam mengikuti pelatihan kecakapan

hidup.

5. Kurangnya wawasan warga belajar dalam pengembangan kecakapan

personal dan sosial setelah selesai mengikuti pelatihan kecakapan


(24)

6. Banyaknya tekanan sosial yang dihadapi warga belajar di tempat kerja

atau tempatnya beraktivitas sehingga mengganggu aktivitasnya

bekerja.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, masalah penelitian ini dibatasi

pada nomor 2 dan 3, yaitu kecakapan personal dan sosial warga belajar

yang masih rendah dan upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial

(Generic Life Skills) dalam pendidikan kecakapan hidup masih mengalami hambatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah:

1. Apa strategi yang digunakan dalam upaya meningkatan kecakapan

personal dan sosial (Generic Life Skills) dalam pendidikan kecakapan

hidup di SKB Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana hasil implementasi strategi yang digunakan dalam upaya

peningkatan kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills) dalam

pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta?

3. Apa saja faktor yang menghambat peningkatan kecakapan personal

dan sosial (Generic Life Skills) dalam pendidikan kecakapan hidup di


(25)

10 E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan

Generic Life Skills dalam pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota

Yogyakarta.

2. Untuk mendeskripsikan hasil dari implementasi strategi yang

digunakan dalam upaya peningkatan Generic Life Skills pendidikan

kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui faktor yang menghambat peningkatan Generic Life

Skills dalam pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini dapat membantu untuk

meningkatkan Generic Life Skills dalam pendidikan kecakapan hidup,

sehingga meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan kualitas

fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada giliranya akan dapat

meningkatkan pilihan-pilhan dalam kehidupan individu, misalnya

karir, penghasilan, pengaruh, pengembangan diri, kemampuan

kompetitif, dan kesejahteraan pribadi.

2. Memberdayakan peran pendidik di SKB Kota Yogyakarta untuk

berperan dalam upaya peningkatan kecakapan personal dan social

(Generic Life Skills) dalam kecakapan hidup melalui berbagai


(26)

3. Bagi masyarakat dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan

madani dengan indikator peningkatan kesejahteraan sosial serta


(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Kajian Tentang Pendidikan Kecakapan Hidup a. Definisi Pendidikan Kecakapan Hidup

Life skills merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan pada

kecakapan atau bekerja. Life skills memiliki makna yang lebih luas dari

employability skill dan vocational skill. Keduanya merupakan bagian

dari program life skills, menurut Brolin (Anwar, 2006) bahwa life

skills constitute a continuum a knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to avoid interupptions of employment experience. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Istilah hidup tidak

semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job),

namun harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara

fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan

memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja sama dalam

tim, dan mempergunakan teknologi.

Kecakapan hidup mengacu pada berbagai macam kemampuan

yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses,

bahagia dan secara bermartabat di masyarakat. Kecakapan hidup


(28)

mengembangkan kerja sama, melaksanakan peranan sebagai warga

negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan

untuk bekerja dan memiliki karatakter dan etika untuk terjun ke dunia

kerja. Oleh karenanya, cakupan kecakapan hidup amat luas seperti

communication skills, decision making skills, resource and time management skills, and planning skills. Pengembangan kecakapan

hidup pada umumnya bersumber pada kajian (1) the world of work (2)

practical living skills (3) personal growth and management dan (4) social skills (Djam’an Satori, 2002).

Pendidikan kecakapan hidup pada pendidikan nonformal menurut

Undang-Undang No. 20 tentang Sisdiknas pasal 26 ayat 3 merupakan

salah satu dari pendidikan nonformal. Berbagai kecakapan atau

keterampilan akan diperoleh melalui berbagai macam pelatihan yang

diadakan oleh berbagai macam lembaga negara seperti: Pendidikan

Luar Sekolah melalui lembaganya yaitu SKB, BPKB, BPNFI, PKBM,

Lembaga Kursus, Depnaker, Depsos, Dinas Pertanian, dan sebagainya.

Pelatihan kecakapan tersebut dinamakan dengan pelatihan kecakapan

hidup.

Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa

pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja

(vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997)

mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau


(29)

14

memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan

tanangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan disini

mencakup lima jenis, yaitu:

1) kecakapan personal 2) kecakapan sosial 3) kecakapan akademik 4) kecakapan vokasional.

Kecakapan hidup termasuk dalam investasi yang sangat

penting dan berharga dalam mewujudkan masyarakat atau

individu-individu yang terampil, cakap dalam bidang dan keahlian untuk

menghadapi tuntutan kebutuhan yang dihadapi dalam kehidupan. Dari

adanya kecakapan hidup yang mantap individu - individu tersebut

dapat mengetahui potensi dirinya secara benar sehingga mampu

konsisten menekuni bidang tersebut dan dapat menghasilkan suatu

karya yang positif. Definisi kecakapan hidup di antaranya :

Life skill dapat dinyatakan kecakapan untuk hidup yang mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan bermartabat di masyarakat. Life skill merupakan kemampuan secara efektif, kemampuan mengembangkan kerja sama, melaksanakan peranan sebagai warga Negara yang bertanggung jawab memiliki kecakapan untuk bekerja, dan memiliki karakter dan etika untuk terjun ke dunia kerja ( Anwar, 2006: 20).

Adanya kecakapan hidup sangat membantu dalam

mengembangkan diri atau pribadi dalam pengambilan keputusan,

mengolah potensi atau ketrampilan yang dimiliki setiap individu atau


(30)

pembangunan, untuk itu peningkatan sumber daya manusia perlu

ditingkatkan karena diyakini sebagai investasi. Investasi tersebut

dalam jangka panjang diharapkan mampu menciptakan individu

dengan aksi-aksi yang positif dan mendukung keharmonisan

lingkungan.

Kecakapan hidup merujuk pada sekelompok besar psikososial,

keterampilan interpersonal yang dapat membantu orang dalam

membuat keputusan, berkomunikasi secara efektif, mengembangkan

pemecahan masalah dan keterampilan, manajemen diri yang dapat

mebantu mereka dalam menjalani hidup sehat dan produktif.

Kecakapan hidup dapat diarahkan tindakan pribadi atau tindakan

terhadap orang lain serta tindakan untuk mengubah lingkungan

sekitarnya agar kondusif.

Kecakapan hidup juga meliputi penetapan tujuan, tahu diri,

harga diri, ketegasan, komunikasi, pemecahan masalah, keterampilan

negosiasi, menolak tekanan teman sebaya, berpikir kritis, manajemen

waktu, dan manajemen diri. yang nantinya akan berperan penting

sebagai modal untuk menjalani kehidupan di lingkungan masyarakat.

Makna kecakapan hidup lebih luas daripada keterampilan untuk

bekerja. Setiap individu sangat memerlukan kecakapan hidup yang

dapat digunakan untuk menghadapi berbagai tantangan atau masalah


(31)

16

mengembangkan kemampuan, bakat, dan pembentukan karakter.

Keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup sangat ditentukan

oleh pengelolaan yang tepat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi atau tindak lanjut.

Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan yang selalu

diperlukan oleh seseorang dimanapun berada baik bekerja atau tidak

bekerja. Dalam memecahkan problema kehidupan tersebut diperlukan

berbagai pengetahuan, pengalaman, dan informasi, tetapi semua itu

harus diintegrasikan secara menyeluruh, sehingga dapat digunakan

untuk memahami problema yang ada, mencari cara penyelesaian

masalah dengan baik, dan kemudian melaksanakan cara tersebut

dengan sebijak mungkin. Pendidikan kecakapan hidup ini semakin

menyempurnakan pendidikan di Indonesia yakni mampu

mengembangkan potensi masyarakat demi perannya sebagai pribadi

yang mandiri, sebagai anggota lingkungan masyarakat dan warga

Negara.

Barrie Hopson dan Scally dalam (Anwar, 2006)

mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan

diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara

individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi

tertentu. Sementara Brolin dalam (Anwar, 2006) mengartikan lebih


(32)

berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu

hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata

memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki

kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca,

menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah,

mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan

teknologi (Dikdasmen, 2002).

Ciri pembelajaran kecakapan hidup (Depdiknas, 2003)

adalah :

1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar

2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama

3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk

mengembangkan diri, belajar usaha mandiri, usaha

bersama

4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial,

vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan

5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan

pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu

6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli

7) Terjadi proses penilaian kompetisi, dan

8) Terjadi pendampingan tekhnis untuk bekerja atau


(33)

18

Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu life skills

dalam lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan

vocational skills yang intinya terletak pada penguasaan specific occupational job. Apabila dipahami dengan baik maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan specific occupational

skills sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skills dalam pemaknaan program pendidikan non formal

diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri dan

kepercayaan diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada

dilingkunganya.

Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan

kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praksis

dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam

persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek

pengetahuan, sikap yang di dalamnya termasuk fisik dan mental, serta

kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak

peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan

hidup dalam kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan

melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi

peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual

dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada

sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran


(34)

agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan

kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu

dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak

berdiri sendiri.

b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup

Pendidikan dan Pelatihan Kecakapan Hidup adalah kegiatan yang

bertujuan untuk melaksanakan pendidikan dalam meningkatkan

kecakapan/kompetensi psikososial seseorang untuk mengatasi berbagai

tuntutan dan tantangan hidup sehari-hari. Pendidikan Kecakapan Hidup

mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan

perkembangan individu dan sosial, perlindungan terhadap hak azasi

manusia, dan pencegahan terhadap masalah-masalah kesehatan sosial

karena konsep dasar kecakapan hidup, meliputi: (1) demokratisasi (2)

tanggung Jawab (3). perlindungan

Menurut Anwar (2004: 43) tujuan pendidikan kecakapan hidup

adalah :

“(1) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi, (2) memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan (3) mengoptimalkan manfaat sumber daya dilingkungan sekolah dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, seusai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Life skills dilaksanakan untuk masyarakat yang memerlukan pelayanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan untuk melengkapi pendidikan non formal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga belajar khususnya dan masyarakat umum.”


(35)

20

Lebih lanjut menurut Ditjen Diklusepa (2003: 8) pendidikan

kecakapan hidup (life skills) memiliki tujuan, yaitu:

“pendidikan (life skills) yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan luar sekolah bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap warga belajar di bidang pekerjaan usaha tertentu sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.” Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah

pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk menghadapi

tantangan dunia kerja, membuka peluang usaha, mampu memecahkan

masalah yang dihadapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang

didapatkan selama proses pembelajaran.

c. Ciri Pembelajaran Kecakapan Hidup

Pembelajaran pendidikan kecakapan hidup (life skills) haruslah

membawa peserta didik berani menghadapi permasalahan hidup,

peserta didik juga dituntut dapat bekerja sama dan secara aktif mencari

dan menemukan pemecahan untuk mengatasi permasalahan. Menurut

Depdiknas 2003 dalam buku Anwar (2004:21) ciri pembelajaran

kecakapan hidup adalah :

1) Terjadinya proses identifikasi kebutuhan belajar 2) Terjadinya proses penyadaran untuk belajar bersama

3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,belajar,usaha mandiri,usaha bersama

4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal,vokasional, akademik,manajerial,kewirausahaan

5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar,menghasilkan produk bermutu


(36)

6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli 7) Terjadi proses penilaian kompetensi

8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri

pembelajaran kecakapan hidup haruslah dapat memberikan

pengetahuan yang baik, memberikan kemampuan keterampilan supaya

peserta didik dapat cakap. Dalam proses pembelajaran peserta didik

juga diajak untuk berbagi pengalaman dan bertukar pikiran dalam

memikirkan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

d.Karakteristik Kecakapan Hidup

Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup hendaknya

memperhatikan karakteristik atau ciri-cirinya agar tercapai tujuan yang

diharapkan dan memenuhi kebutuhan yang diinginkan dan

berkelanjutan dengan baik.

Ciri pembelajaran life skills menurut (Anwar, 2006; 21) adalah : (1) terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar,

(2) terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama,

(3) terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,belajar, usaha mandiri, usaha bersama,

(4) terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manjerial, kewirausahaan,

(5) terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu, (6) terjadi proses interaksi saling belajar,

(7) terjadi proses penilaian kompetensi,

(8) terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

Program pendidikan kecakapan hidup yang terjadi melalui

berbagai proses dan saling terkait dapat dilaksanakan dalam pendidikan


(37)

22

dilaksanakan dan dikembangkan demi mendukung pencapaian

kehidupan yang jauh lebih baik dan bermakna. Melalui pendidikan

kecakapan hidup masing-masing individu dapat menyadari dan

membantu terciptanya pola pikir yang dinamis (Anwar, 2006 : 55).

e. Konsep Kecakapan Hidup

Konsep kecakapan hidup terdiri dari Generic Life Skills dan Specific Life Skills. Generic life skills termasuk dalam soft skill yakni keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain

(Inter-Personal Skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (Intra-Personal Skill) yang mampu mengembangkan untuk kerja secara maksimal, meliputi kecakapan personal seperti pengambilan keputusan

yang menentukan seseorang dapat maju, berkembang dan kecakapan

sosial seperti bekerjasama dan melakukajn kemitraan dengan baik,

komunikasi secara baik sehingga terjalin solidaritas. Sedangkan untuk

Specific Life Skill yang merupakan penguasaan ilmu pengetahuan

tekhnologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang

ilmunya atau disebut Hard skill terdiri dari kecakapan akademik dan

kecakapan vokasional.

Kecakapan akademik yang seringkali juga disebut kemampuan

berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan

berfikir rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah

mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Kecakapan


(38)

variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu

(identifying variables and describing relationshipamong them),

merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing

hypotheses) serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan gagasan atau keingintahuan.

Kecakapan yang lebih khusus yakni dapat dikatakan kecakapan

vokasional “Kecakapan vokasional seringkali disebut dengan kecakapan “kejuruan” artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat” (Anwar, 2006: 31).

“Antara generic life skill dengan specific life skill yaitu antara kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional, kecakapan sosial dan kecakapan akademik serta kecakapan vokasional tidak berfungsi secara terpisah-pisah atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang terjadi adalah peleburan kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual” (Anwar, 2006: 31).

Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi seorang individu

sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan

kehidupan baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat maupun

sebagai warga negara.

1) Kecakapan Personal

Kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memiliki

kesadaran atas eksistensi dirinya dan kesadaran akan potensi dirinya.

Kesadaran akan eksistensi diri merupakan kesadaran atas keberadaan


(39)

24

Misalnya kesadaran diri sebagai makhluk Allah, sebagai makhluk sosial,

sebagai makhluk hidup, dan sebagainya. Kesadaran akan potensi diri

adalah kesadaran yang dimiliki seseorang atas kemampuan dirinya.

Dengan kesadaran atas kemampuan diri itu seseorang akan tahu

kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelamahannya. Dengan

kesadaran eksistensi diri dan potensi diri, seseorang akan dapat

menempuh kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan dan mampu

memecahkan masalah hidup dan kehidupannya. Kecakapan personal

(Personal Skill) terdiri dari:

a) Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skill)

Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk

Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri.

Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri

sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, bagian dari lingkungan, serta

menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki,

sekaligus meningkatkan diri agar bermanfaat bagi diri sendiri dan

lingkungannya. Walaupun mengenal diri lebih merupakan sikap, namun

diperlukan kecakapan untuk mewujudkannya dalam perilaku keseharian.

Mengenal diri akan mendorong seseorang untuk beribadah sesuai

agamanya, berlaku jujur, bekerja keras, disiplin, terpercaya, toleran

terhadap sesama, suka menolong serta memelihara lingkungan.

Sikap-sikap tersebut tidak hanya dapat dikembangkan melalui pelajaran agama


(40)

tidak memalsukan data hasil praktikum) dan disiplin (contoh : tepat

waktu, taat aturan yang disepakati, dan tata tertib laboratorium) tetap

dapat dikembangkan.

b) Kecakapan Berpikir (Thinking Skill)

Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran

atau rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi :

1. Kecakapan Menggali dan Menemukan Informasi (Information

Searching). Kecakapan menggali dan menemukan informasi memerlukan keterampilan dasar seperti membaca, menghitung, dan

melakukan observasi. Dalam ilmu kimia, observasi melalui

pengamatan sangat penting dan sering dilakukan.

2. Kecakapan Mengolah Informasi (Information Processing)

Informasi yang telah dikumpulkan harus diolah agar lebih

bermakna. Mengolah informasi artinya memproses informasi

tersebut menjadi suatu kesimpulan. Untuk memiliki kecakapan

mengolah informasi ini diperlukan kemampuan membandingkan,

membuat perhitungan tertentu, membuat analogi sampai membuat

analisis sesuai informasi yang diperoleh.

3. Kecakapan Mengambil Keputusan (Decision Making)

Setelah informasi diolah menjadi suatu kesimpulan, tahap

berikutnya adalah pengambilan keputusan. Dalam kehidupan

sehari-hari, seseorang selalu dituntut untuk membuat keputusan betapun


(41)

26

mengambil keputusan dan menangani resiko dari pengambilan

keputusan tersebut.

4. Kecakapan Memecahkan Masalah (Creative Problem Solving Skill)

Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang

cukup dan telah diolah. Siswa perlu belajar memecahkan masalah

sesuai dengan tingkat berpikirnya sejak dini. Selanjutnya untuk

memecahkan masalah ini dituntut kemampuan berpikir rasional,

berpikir kreatif, berpikir alternatif, berpikir sistem dan sebagainya.

Karena itu pola-pola berpikir tersebut perlu dikembangkan di

sekolah, dan selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk pemecahan

masalah

2) Kecakapan Sosial

Kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang

lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan

kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan

perilaku yang dipelajari. Remaja dengan kecakapan sosial akan mampu

mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan

interpersonal, tanpa harus melukai orang lain. Kecakapan sosial

membawa orang untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap

perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan

penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke

hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang


(42)

Mu’tadin (2006) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase

perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki

kecakapan sosial (social skills) untuk dapat menyesuaikan diri dengan

kehidupan sehari-hari. Kecakapan sosial tersebut meliputi kemampuan

berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri

sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari

orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima

kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila

keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka

ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal

ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan

aspek sosial dengan maksimal.

Ahmadi (2004: 100) menyebutkan bahwa kecakapan sosial

adalah kemampuan untuk memperoleh timbal balik antara individu ke

individu atau golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan

persoalan yang dihadapinya. Kecakapan sosial secara umum meliputi

kemampuan bekerja sama dengan orang lain, dalam proses

pembelajaran yang ditekankan adalah bekerja sama dalam kelompok

belajar. Kecakapan sosial juga meliputi kemampuan untuk bertanya,

kemampuan menyampaikan pendapat, dan kemampuan menjadi

pendengar yang baik. Selain itu mengenai pengertian peran orang tua


(43)

28

laku yang diharapkan oleh anak dari orang tua. Peran orang tua dalam

proses belajar siswa adalah memperhatikan kemajuan pendidikan anak

dan memberikan bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang diberikan

bukan hanya dengan menyerahkan pada lembaga bimbingan belajar

atau guru les, tetapi juga terlibat dalam kegiatan belajar. Orang tua

juga perlu menciptakan kondisi belajar yang baik, memberikan fasilitas

belajar, serta memberikan dorongan untuk belajar.

Kecakapan sosial disebut juga kecakapan antar-personal

(inter-personal skill), yang terdiri atas : a. Kecakapan Berkomunikasi

Yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan

pesan, tetapi komunikasi dengan empati. Menurut Depdiknas (2002) :

empati, sikap penuh pengertian, dan seni komunikasi dua arah perlu

dikembangkan dalam keterampilan berkomunikasi agar isi pesannya

sampai dan disertai kesan baik yang dapat menumbuhkan hubungan

harmonis. Berkomunikasi dapat melalui lisan atau tulisan. Untuk

komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan

gagasan secara lisan perlu dikembangkan. Berkomunikasi lisan dengan

empati berarti kecakapan memilih kata dan kalimat yang mudah

dimengerti oleh lawan bicara. Kecakapan ini sangat penting dan perlu

ditumbuhkan dalam pendidikan. Berkomunikasi melalui tulisan juga

merupakan hal yang sangat penting dan sudah menjadi kebutuhan


(44)

dipahami orang lain, merupakan salah satu contoh dari kecakapan

berkomunikasi tulisan

b. Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skill)

Sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan

selalu memerlukan dan bekerjasama dengan manusia lain. Kecakapan

bekerjasama bukan sekedar “bekerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling

membantu. Kecakapan ini dapat dikembangkan dalam semua mata

pelajaran, misalnya mengerjakan tugas kelompok, karyawisata,

maupun bentuk kegiatan lainnya

2. Kajian tentang Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

Kajian tentang Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Keberadaan

pendidikan non formal berkaitan dengan keberadaan lembaga

penyelenggara pendidikan tersebut. Salah satu lembaga penyelenggara

pendidikan tersebut adalah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas yang

ada di bawah Dinas Pendidikan di tingkat Kabupaten/ Kota yang

mengusung tugas pengembangan model Pendidikan Anak Usia Dini,

non formal dan informal di tingkat Kabupaten/Kota (Anonim, 2013)

dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Kecakapan Hidup.

Berbeda dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang

merupakan sebuah lembaga pendidikan bentukan masyarakat, yang


(45)

30

merupakan lembaga pemerintah di bawah Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga. SKB secara umum mempunyai tugas membuat

percontohan program pendidikan non formal, mengembangkan bahan

belajar muatan lokal sesuai dengan kebijakan dinas pendidikan 22

kabupaten/kota dan potensi lokal setiap daerah. SK Mendikbud RI,

Nomor 023/ O/1997 menyebutkan bahwa tugas pokok SKB

“Melaksanakan pembuatan percontohan dan pengendalian mutu pelaksanaan program Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga

berdasarkan kebijakan teknis Direktur Jenderal Pendidikan Luar

Sekolah, Pemuda dan Olahraga”. Beberapa program pendidikan non formal yang umumnya dilaksanakan di SKB antara lain PAUD,

program-program kecakapan hidup, serta program-program untuk

meningkatkan mutu tenaga kependidikan non formal.

3. Kajian Tentang Warga Belajar a. Pengertian Warga Belajar

Warga belajar sama halnya dengan peserta didik. Menurut pasal

1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan

nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang

dan jenis pendidikan tertentu. Warga belajar adalah anggota

masyarakat, tanpa batas umur, yang memerlukan suatu atau beberapa

jenis pendidikan tertentu, mempunyai hasrat untuk belajar, serta


(46)

Pengertian warga belajar adalah proses menuju tercapainya

kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna pada suatu individu dan

bersifat kualitatif.

Perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar dengan

pertumbuhan, faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor

internal dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor lingkungan bisa saja

didapatkan dari dalam rumah dan sekolah melalui interaksi sosial.

Hubungannya dengan pendidikan, sekolah merupakan pusat

pengembangan peserta didik, guru dan lainnya, artinya sekolah

berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat dan sekolah juga

harus dapat melakukan pengembangan dan perubahan

transformasional kurikulum diharapkan dapat meningkatkan minat dan

motivasi belajar dan mengajar. Tetapi keluhan tentang lemahnya minat

belajar anak juga dapat ditimbulkan ketika anak berhadapan dengan

guru dan biasanya yang sering terjadi di lingkungan sekolah berkaitan

kriteria guru yang mereka sukai yang dapat meningkatkan minat

belajar mereka.

Warga belajar merupakan suatu komponen masukan dalam

sistem pendidikan, yang selanjutnya di proses dalam proses

pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan

tujuan pendidikan. Pendekatan sosial warga belajar adalah anggota

masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat


(47)

32

organisme yang sedang tumbuh dan berkembang menggambarkan

perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya

perubahan dalam struktur, kapisitas, fungsi dan afisiensi.

Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan

intelegensi, sosial, emosional, sepiritual, yang saling berhubungan satu

dengan yang lainnya. Pendekatan edukatif yaitu pendekatan

pendidikan menempatkan peserta didik sebagai unsur penting yang

memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan

menyeluruh dan terpadu.

b. Kewajiban warga belajar

Peserta didik atau warga belajar mempunyai kewajiban, di

antaranya yaitu menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003:

1) Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin

keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

2) Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan

dari kewajiban tersebut.

Kewajiban warga belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota

Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1) Taat pada guru, karyawan serta kepala sekolah.

2) Menghormati guru, karyawan, kepala sekolah serta saling

menghargai sesama teman.

3) Membantu kelancaran pelajaran baik di kelas maupun di sekolah


(48)

4) Melengkapi diri dengan alat-alat belajar yang diperlukan.

5) Ikut menjaga nama baik sekolah, guru, dan pelajar pada

umumnya, baik di dalam maupun di luar sekolah.

6) Ikut terlibat dan bertanggungjawab atas program sekolah.

7) Ikut bertanggungjawab atas kebersihan dan pemeliharaan gedung

serta fasilitas sekolah lainnya.

8) Menyelesaikan administrasi (uang sekolah) selambat “lambatnya

tanggal sepuluh (10) pada setiap bulan yang bersangkutan.

9) Setiap siswa wajib memakai seragam yang telah ditentukan

sekolah.

10)Siswa yang menggunakan kendaraan wajib menempatkan

kendaraan pada tempat yang telah ditentukan dalam keadaan

terkunci.

11)Ikut membantu agar tata tertib sekolah dapat berjalan dan ditaati.

c. Hak-hak warga belajar

1. Menerima pelajaran selama tidak melanggar tata tertib sekolah.

2. Meminjam buku “buku dari perpustakaan sekolah sesuai dengan persyaratan yang diberlakukan.

3. Menggunakan alat “alat laboratorium dengan pengawasan guru pembimbing.

4. Menyampaikan pendapat , usul dan saran terkait kemajuan sekolah


(49)

34

5. Mendapatkan pelayanan kesehatan sekolah (UKS) dalam batas

jangkauan sekolah.

6. Mengikuti bimbingan belajar/tambahan pelajaran yang diperlukan.

7. Mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program remidi.

8. Menggunakan fasilitas sekolah dengan pengawasan guru selama

jam pelajaran.

4. Kajian Strategi Pembelajaran a. Pengertian

Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Wina Sanjaya, 2008: 99).

Dikatakan pola umum, sebab suatu strategi pada hakekatnya belum

mengarah kepada hal-hal yang bersifat praktis, masih berupa rencana

atau gambaran menyeluruh. Sedangkan untuk mencapai tujuan, strategi

disusun untuk tujuan tertentu.

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal“. Demikian juga halnya dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar

tujuan itu tercapai secara optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok,

tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai.

Darsono (2001: 24) secara umum mendefinisikan pengertian

belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya


(50)

kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah

laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik.

Kegiatan pembelajaran dapat berlangsung di mana-mana, misalnya

di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat. Belajar dan

pembelajaran di sekolah sifatnya formal. Semua komponen dalam

proses pembelajaran direncanakan secara sistematis. Komponen guru

sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk mencapai hasil

belajar yang optimal. Jadi, seorang guru dituntut mempunyai

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang profesional dalam

membelajarkan peserta didik-peserta didiknya.

Secara khusus pembelajaran menurut teori Behavioristik adalah

usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan

menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus

dan respons (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan dan setiap

latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement

(penguatan). Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat

diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan

yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Wina

Sanjaya, 2008: 126).

Menurut Uno (2008: 3), Strategi pembelajaran adalah cara-cara

yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar

yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut


(51)

36

belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas,

dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara

yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk

menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan

peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang

pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan

belajar.

b. Macam - macam Strategi Pembelajaran 1) Strategi Ekspositori

Menurut Wina Sanjaya (2011). ”Strategi pembelajaran ekspositori adalah salah satu diantara strategi pembelajaran yang menekankankan

kepada proses bertutur. Materi pembelajaran sengaja diberikan secara

langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah menyimakdan

mendengarkan materi yang disampaikan guru. Strategi pembelajaran

ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada

sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi

pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan

bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru,

dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan


(52)

Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah

dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik

tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini,

diantaranya :

a. Metode ceramah

Menurut Nana Sudjana (2000: 77) ceramah adalah penuturan bahan

pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila

penggunaannya dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan

media, sera memperhatikan batas-batas penggunaannya. Metode

pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan

pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Jadi ini sesuai

dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori tersebut,

dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu arah.

b. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya

suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang

dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik

secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008: 210). Metode demonstrasi

adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau

mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda


(53)

38

lisan. Jadi guru memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada

siswanya.

c. Metode sosiodrama

Menurut Wiryaman (2000 : 1-27) bahwa metode sosiodrama

merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukan kepada

siswa tentang masalah-masalah, caranya dengan mempertunjukan

kepada siswa masalah bimbingan hubungan sosial tersebut

didramatisirkan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Sosiodrama pada

dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan

masalah sosial. Jadi dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan

dengan mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh

kepada siswa.

2) Strategi Inquiry

Inkuiri atau penemuan adalah proses mental dimana siswa

mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati,

menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan

membuat kesimpulan dan sebagainya (Oemar Hamalik, 2001:219).

Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu

masalah yang ditanyakan.


(54)

a) Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari

dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa

sebagai objek belajar.

b) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau

konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu

pembuktian.

c) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa

terhadap sesuatu.

d) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki

kemauan dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang

berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki

kemampuan untuk berpikir.

e) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa

dikendalikan oleh guru.

f) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan

pendekatan yang berpusat pada siswa

SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan

intelektual anak.Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget

dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience,

social experience, dan equilibration.


(55)

40 a. Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan

penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem

produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Disini siswa

melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru,

sehingga siswa menjadi aktif.

b. Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi

melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini

guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk diselesaikan oleh

siswa, sehingga siswa menjadi aktif.

c. Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di

mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Jadi metode ini dalam

strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu

aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.

3) Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial

Menurut Bruce Joyce (Wina Sanjaya, 2008:205), Inkuiri sosial

merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family)

subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Subkelompok

ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk


(56)

mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Siswa

harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya

memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui

pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan

yang berguna bagi diri dan masyarakatnya. Strategi Pembelajaran

Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari

dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh

percaya diri.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang

relevan, diantaranya :

a. Metode eksperimen

Siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami

sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau

dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.

b. Metode tugas atau resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran

dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan

kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan


(57)

42 c. Metode latihan

Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Siswa diajarkan untuk

melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan

yang dimiliki tersebut.

d. Metode karya wisata

Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan

mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk

mempelajari atau menyelidiki sesuatu.Siswa diajak untuk

mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.

4) Contextual Teaching Learning

Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007) CTL (Contextual Teaching

and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata

siswa. Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan

situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Karakteristik pembelajaran kontekstual:

a) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik

b) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk


(58)

c) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

d) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,

saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

e) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu

dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other

deeply).

f) Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work

together).

g) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan

(learning ask an enjoy activity).

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini,

diantaranya :

a. Metode demonstrasi

Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa

dengan menyangkutkan kegiatan sehari-hari, sehingga siswa lebih

memahami.

b. Metode sosiodrama

Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan


(59)

44

sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh kepada siswa,

sehingga siswa lebih paham.

5) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Boud dan Felleti dalam (Muslimin, 2000:7), Pembelajaran

berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu

pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan

keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar

peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri.

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu

guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa,

akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk

membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan

masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang

dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan

menjadi pembelajaran yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah

dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara

ilmiah.

Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini,

diantaranya :

a. Metode problem solving

Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar,


(60)

problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang

dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

b. Metode diskusi

Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan

masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara

berdiskusi.Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan

berpikirmerupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi

pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi

siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang

harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan

memanfaatkan pengalaman siswa.

6) Strategi Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi

pembelajaran kognitif dan keterampilan.Afektif berhubungan dengan

nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang

yang tumbuh dari dalam diri siswa.Dalam batas tertentu, afeksi dapat

muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk

sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan

membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini

tidaklah mudah untuk dilakukan.

Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang


(61)

46 a. Metode tugas atau resitasi

Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa

akan tugas yang diberikan.

b. Metode latihan

Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih

mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.

B. Kerangka Pikir

Program pendidikan kecakapan hidup merupakan salah satu

program yang ada di sanggar kegiatan belajar (SKB). Pendidikan

kecakapan hidup terdiri dari Generic Life Skills dan Specific Life

Skills. Terlaksananya program pendidikan kecakapan hidup di SKB tidak lepas dari masalah-masalah seperti kurangnya minat warga

belajar dalam mengikuti pelatihan kecakapan hidup dan kurangnya

wawasan warga belajar dalam pengembangan kecakapan personal dan

sosial (Generic Life skills) setelah selesai mengikuti pelatihan

kecakapan hidup. Kecakapan personal dan sosial warga belajar yang

masih rendah, terbukti dengan pengembangan diri warga belajar yang

belum baik. Mereka rata-rata masih bingung dengan hasil pelatihan

yang diperoleh selama program kecakapan hidup di SKB akan

dikembangkan ke arah yang sesuai dengan kemmapuan dan

potensinya. Selain itu rendahnya kecakapan sosial terbukti dengan

kerjasama yang kurang antar warga belajar Berdasarkan uraian


(62)

kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills) bagi warga

belajarnya. Hal ini menarik bagi peneliti yang akan melaksanakan

wawancara bertujuan untuk mengungkap gambaran secara rinci

mengenai strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan

kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills) serta implementasi

dan faktor penghambat peningkatan kecakapan personal dan sosial di

SKB. Sehingga diperoleh gambaran mengenai strategi, implementasi,

dan faktor penghambat dalam upaya peningkatan kecakapan personal

dan sosial (Generic Life Skills). Kerangka berpikir dalam penelitian ini


(63)

48 Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir SKB mengupayakan peningkatan kecakapan personal dan sosial warga

belajarnya. Program pendidikan

Kecakapan Hidup

SKB Kota Yogyakarta

Kecakapan personal dan sosial warga belajar masih rendah

Peneliti melakukan wawancara untuk mecari data

mengenai upaya peningkatan kecakapan personal dan sosial

yang dilaksanakan SKB Kota Yogyakarta.

Diperoleh gambaran secara rinci mengenai:

1.Strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan Generic Life Skills di SKB Kota Yogyakarta.

2. Hasil implementasi strategi

3. Faktor penghambat peningkatan Generic Life Skills di SKB Kota Yogyakarta.

1. Strategi yang digunakan 2. Hasil dari implementasi strategi


(64)

C. Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk memudahkan

pengumpulan data dan informasi mengenai aspek yang akan diteliti,

maka pertanyaan penelitian merinci pada :

1. Apa strategi yg digunakan dalam upaya peningkatan kecakapan

personal dan sosial (Generic Life Skills) dalam pendidikan

kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta?

a. Bagaimana pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup di SKB kota

Yogyakarta?

b. Bagaimana pelaksanaan implementasi strategi yang digunakan

dalam upaya meningkatan kecakapan personal dan sosial (Generic

Life Skills) dalam pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana hasil implementasi strategi yang digunakan dalam upaya

meningkatan kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills)

dalam pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta?

a. Apa saja peningkatan kecakapan sosial dan personal warga belajar

setelah mengikuti kegiatan pendidikan kecakapan hidup?

3. Apa saja faktor yang menghambat peningkatan kecakapan personal

dan sosial (Generic Life Skills) dalam pendidikan kecakapan hidup

di SKB Kota Yogyakarta?

a. Apa saja faktor penghambat yang dihadapi pendidik dalam


(65)

50

b. Apa saja faktor penghambat yang di hadapi warga belajar dalam


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Melalui pendekatan ini peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat

deskriptif guna mengungkap faktor dan proses terjadinya di lapangan.

Menurut Tohirin (2012: 3) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks khusus yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan secara

jelas tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud untuk

mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan keadaan

pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta , strategi yang

digunakan dalam upaya peningkatan Generic Life Skills dalam

pendidikan kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta, bagaimana

implementasi strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan

kecakapan personal dan sosial (Generic Life Skills) dalam pendidikan

kecakapan hidup di SKB Kota Yogyakarta, serta faktor apa yang


(1)

personal dan sosial itu bisa

jadi bernilai tambah

berbau selain tentang pelatihan

langsung

RL

:

Biasanya

yang

menghambat itu kita ga tau

fungsi

dan

bagaimana

memahaminya mas soal

kecakapan personal dan

sosial, kalau pelatihan itu

kan tetap yang dipelajari

apa yang dilatih missal

computer ya belajarnya

Cuma komputer

KA : masih merasa bahwa

pendidikan

kecakapan

hidup

masih

kurang

berpengaruh

dalam

meningkatkan

kecakapan

individual

khususnya

kecakapan personal dan

sosial (generic life skill)


(2)

147

Lampiran 5, Profil SKB Kota

DAFTAR URUT KEPANGKATAN

UNIT KERJA UPT SKB KOTA YOGYAKARTA KEADAAN TAHUN 2015

No Nama NIP Tempat lahir Tanggal lahir L/P TMT Pangkat Golongan Jenis Jabatan

Pendidikan

Ket Jenjang Jurusan Tahun

Lulus 1 Rigen Ariyanti, S.Pd 19710917 199803 2 003 Purworejo 17 September

1971 P

01 April

2008 Penata Tk I III d Staf S1 Bhs Inggris 1996

2 Tony Sunaryanta,

M.Pd 19681203 199903 1 008 Bantul

03 Desember

1968 L

01 April

2011 Penata Tk I III d

Pamong

belajar S 2 Pertanian/pls 2005 3 Sudijarto, M.Pd. 19701218 200003 1 004 Grobogan 18 Desember

1970 L

01 Maret

2011 Penata Tk I III d

Pamong

belajar muda S2 PLS UNY 2005

4 Drs. Marsudi, M.Si 195808011983011008 Bantul 1 Agustus 1958 L 10 Maret

2014 Penata Tk I III d Ka UPT SKB S2 PSI 1996

5 Widi Nugroho S.Pd 1961021419820301009 Yogyakarta 1 Februari

1961 L

1 Juli

2014 Penata Tk I IIId Staff S1 Matematika 2003

6 Abu Sarnyata, S.Pd. 19730412 200003 1 007 Bantul 12 April 1973 L 01 Maret 2000 Penata III c Pamong

belajar muda S1 Olahraga 1996

7 Sri Sudarsih, S.Pd. 19680407 198803 2 004 Yogyakarta 07 April 1968 P

01 April

2012 Penata III c

Ka. Sub Bag

TU S1 Sejarah 2001

8 Ijon Sarjono, A.Ma 1964080521986031040 Kulon progo 5 Agustus 1964 L 02 Januari

2001

Penata muda

Tk I III b Staff D2 Tarbiyah 1996

9 Drs. Krisna purnama 19580925 199512 1 001 Yogyakarta 25 September

1958 L

01 April 2003

Penata muda

Tk I III b

Pamong

belajar S 2 PLS 2009

10 Sudarmawi, S.Pd 19660304 199903 1 001 Kulon progo 04 Maret 1966 L 01 April 2004 Penata muda Tk I

III b Pamong

belajar S 1 PLS 1991

11 Agus Ananta 19640440619990021007 Yogyakarta 06 April 1964 L 01 Maret 1993

Pengatur

Muda Tk I II b Staff D2 Matematika 1991

12 Erdi Resmi Utama 19680703 200701 1 017 Yogyakarta 03 Juli 1968 L

01 April 2011

Pengatur

Muda TK I II b Staff SLTA Mesin 1988

13 Nurjanah NITB : 2537 Yogyakarta 19 Mei 1973 P 01 Juli

2004 - - Staff SMEA Akuntansi 1993

Naban 2009


(3)

Lampiran 6, Dokumentasi Foto Hasil Penelitian

Foto kegiatan pelatihan komputer yang sedang berlangsung di SKB Kota

Yogyakarta.

Foto

dimana

Tutor

menjelaskam

kemudian

warga

belajar

langsung

mempraktekanya.


(4)

149

Gambaran kegiatan pelatihan Tata boga di SKB Kota Yogyakarta, warga belajar sedang

berlatih membuat adonan bolu.


(5)

(6)