absorbansi yang lebih kecil. Penurunan absorbansi kemudian dibuat dalam suatu grafik sehingga dapat diketahui waktu dimana absorbansi mendekati stabil.
Gambar 8. Operating Time Kapsaisin
Pada grafik diatas menunjukkan penurunan yang cukup besar, jika dilihat dari selisihnya, dari menit 0
– 30. Mulai dari menit ke-30 ke bawah terlihat absorbansi yang mulai stabil, sehingga OT ditentukan pada menit ke-30.
F. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan
Validasi metode perlu dilakukan untuk menilai suatu metode atau parameter yang digunakan memenuhi persyaratan untuk pengujian tersebut
Harmita, 2004. Parameter validasi yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu akurasi, presisi, linieritas, dan spesifisitas.
Pengujian validasi metode dilakukan dengan menggunakan baku kapsaisin dan ektrask etanolik cabai rawit merah, masing-masing sebanyak tiga
kali replikasi. Hasil pengujian akan didapatkan tiga persamaan regresi linier antara konsentrasi larutan baku kapsaisin dan larutan uji dengan IC. Dari ketiga
0,01 0,02
0,03 0,04
0,05
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
S e
li si
h a
b sor
b an
si
Waktu menit
Penentuan Operating Time Baku Kapsaisin
25 µgmL 75 µgmL
125 µgmL
replikasi akan dipilih nilai linearitas r yang paling baik, yaitu yang mendekati 1 atau -1, untuk digunakan dalam menghitung CV dan recovery.
Tabel IV. Hasil pengukuran IC seri baku kapsaisin
Replikasi Konsentrasi
µgml IC
Persamaan regresi linier
I 5
31,8907 y = 1,6332x + 23,7418
r = 0,9999
10 40,0911
15 48,4055
20 56,1503
25 64,6925
II 5,008
31,6629 y = 1,6193x + 23,508
r = 0,9990 10,016
39,0661 15,024
48,6333 20,032
56,1503 25,04
63,6674
III 5,016
32,3462 y = 1,7007x + 23,5765
r = 0,9992 10,032
39,9061 15,048
49,8826 20,064
57,5117 25,08
66,1972
Tabel V Hasil pengukuran IC seri larutan ektrak etanolik cabai rawit merah
Replikasi Konsentrasi
µgml IC
Persamaan regresi linier
I 19,92
13,7637 y = 0,3858x + 5,9074
r = 0,9998
39,84 21,3155
59,76 28,5018
79,68 36,7844
99,6 44,4580
II 20,8
13,1915 y = 0,5023x + 2,9756
r = 0,9999
40,16 23,2624
60,24 33,6170
80,32 43,1206
100,4 53,3333
III 21,28
12,8859 y = 0,3901x + 5,0734
r = 0,9994 42,52
22,1476 63,84
30,4698 85,12
37,8523 106,4
46,4429
1. Linieritas Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk dapat
memberikan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit di dalam sampel. Menurut Mulja dan Hanwar 2003, data linieritas yang bisa
diterima, yaitu dengan nilai koefisien korelasi r 0,999. Hasil pengujian linearitas untuk larutan baku kapsaisin, untuk ketiga replikasi telah memiliki
linearitas yang baik sesuai dengan persyaratan tersebut. Linearitas yang paling baik didapatkan pada replikasi pertama, yaitu 0,9999. Oleh karena itu, metode ini
dikatakan dapat memberikan linieritas yang baik untuk pengujian larutan baku kapsaisin dengan DPPH.
Pada pengujian ektrak etanolik cabai rawit merah, ketiga replikasi juga telah memenuhi persyaratan linearitas yang dapat diterima menurut Mulja dan
Hanwar 2003, dimana nilai koefisien korelasi paling baik diperoleh pada replikasi kedua, yaitu 0,9999. Pada pengujian ektrak etanolik cabai rawit merah,
metode ini juga memiliki linearitas yang baik.
2. Akurasi Akurasi menujukkan kedekatan antara kadar analit hasil analisis dengan
kadar analit sebenarnya. Kadar analit sebenarnya dihitung dengan menggunakan regresi linier yang paling baik diantara tiga replikasi.
Gambar 9. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan kapsaisin
Gambar 10. Kurva regresi linier aktivitas antioksidan ekstrak etanolik buah cabai rawit merah
10 20
30 40
50 60
70
5 10
15 20
25 30
IC
konsentrasi µgml
Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan Kapsaisin
y = 1,6332x + 23,7418 r = 0,9999
10 20
30 40
50 60
1 2
3 4
5 6
I C
konsentrasi µgml
Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan ekstrak etanolik cabai rawit merah
y = 0,5023x + 2,9756 r = 0,9999
Akurasi dinyatakan dalam bentuk persen perolehan kembali recovery Harmita, 2004. Persen recovery yang dapat diterima untuk analit dengan kadar
0,01, sebesar 90-107 Harmita, 2004.
Tabel VI. Hasil perolehan kembali uji aktivitas antioksidan kapsaisin
Replikasi Konsentrasi
sebenarnya µgml
Konsentrasi terukur
µgml Recovery
I 5
4,9895 99,79
10 10,0106
100,11 15
15,014 100,68
20 19,8436
99,22 25
25,0739 100,3
II 5,008
4,8500 96,85
10,016 9,3830
93,68 15,024
15,2409 101,44
20,032 19,8436
99,06 25,04
24,4463 97,63
III 5,016
5,2685 105,03
10,032 9,8973
98,66 15,048
16,0059 106,37
20,064 20,6772
103,06 25,08
25,9952 103,65
Berdasarkan data pada Tabel VI, menunjukkan bahwa nilai recovery untuk kapsaisin berkisar antara 93,68 - 105,03, yang telah memenuhi syarat
persen recovery yang dapat diterima 90 – 107. Hal ini menunjukkan bahwa
metode yang digunakan telah memberikan akurasi yang baik.
Tabel VII. Hasil perolehan kembali uji aktivitas antioksidan ekstrak etanolik buah cabai rawit merah
Replikasi Konsentrasi
sebenarnya µgml
Konsentrasi terukur µgml
Recovery
I 19,92
21,4774 107,82
39,84 36,5118
91,65 59,76
50,8186 85,04
79,68 67,3080
84,48 99,6
82,5849 82,92
II 20,8
20,3382 97,78
40,16 40,3878
100,57 60,24
61,0022 101,27
80,32 79,9224
99,50 100,4
100,2542 99,85
III 21,28
19,7298 92,72
42,52 38,1686
89,77 63,84
54,7366 85,74
85,12 69,4340
81,57 106,4
86,5367 81,33
Pada ekstrak etanolik buah cabai rawit merah diperoleh recovery sekitar 81,33
– 107,82. Nilai recovery tersebut telah memenuhi syarat untuk kadar analait sebesar 0,1 , yaitu 80
– 120 APVMA, 2004. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa metode ini memiliki akurasi yang baik untuk uji aktivitas
antioksidan ekstrak etanolik buah cabai rawit merah.
3. Presisi Presisi menunjukkan keterulangan tiap repilkasi, yang dinyatakan dalam
CV Coevicient variation. Semakin kecil nilai CV maka presisi metode tersebut semakin baik.
Tabel VIII. Nilai CV uji aktivitas antioksidan kapsaisin
Kadar terukur µgml SD
CV Replikasi I Replikasi II
Replikasi III 4,9895
4,8500 5,2685
0,2131 4,2313
10,0106 9,3830
9,8973 0,3345
3,4257 15,014
15,2409 16,0059
0,4870 3,1520
19,8436 19,8436
20,6772 0,4813
2,3919 25,0739
24,4463 25,9952
0,7791 3,0950
Menurut APVMA 2004 presisi yang dapat diterima untuk kadar analit 0,1, yaitu
≤ 20. Data pada Tabel VIII menujukkan nilai CV telah memenuhi syarat. Hal ini menujukkan bahwa metode yang digunakan mempunyai presisi
yang baik.
Tabel IX. Nilai CV uji aktivitas antioksidan ekstrak etanolik buah cabai rawit merah
Seri larutan
Kadar terukur µgml SD
CV Replikasi
I Replikasi
II Replikasi
III 1
21,4774 20,3382
19,7298 0,8871
4,3243 2
36,5118 40,3878
38,1686 1,9448
5,0704 3
50,8186 61,0022
54,7366 5,1367
9,2521 4
67,3080 79,9224
69,4340 6,7534
9,3509 5
82,5849 100,2542
86,5367 9,2735
10,3278
Berdasarkan data yang tercantum pada Tabel IX, seluruh replikasi memenuhi rentang presisi yang diijinkan untuk analit dengan kadar 0,1, yaitu
≤ 20 APVMA, 2004, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode yang digunkan telah memiliki presisi yang baik.
4. Spesifitas Spesifitas merupakan kemampuan untuk mengukur dan membedakan
suatu analit
dengan keberadaan
komponen-komponen lain,
meliputi ketidakmurnian, produk degradasi, dan komponen lain Bievre and Gunzler,
2005. Spesifisitas juga dapat diperiksa dengan melakukan penentuan terhadap zat yang diduga mengganggu analit Fajgelj and Ambrus, 2000.
Pengujian spesifisitas dilakukan dengan mengukur larutan etanol yang digunakan sebagai pelarut, kapsaisin, larutan ekstrak etanolik buah cabai rawit
merah pada panjang gelombang 517,5 nm, yang merupakan panjang gelombang maksimum DPPH. Hasil scanning ketiga larutan tersebut Lampiran 6, tidak
menunjukkan adanya serapan pada panjang gelombang 517,5 nm. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan telah spesifik untuk pengukuran
DPPH, sehingga yang terbaca hanya absorbansi DPPH.
G. Hasil Estimasi Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH