0,001 90-107
0,0001 1 ppm 80-110
0,00001 100 ppb 80-110
0,000001 10 ppb 60-115
0,0000001 1 ppb 40-120
Presisi merupakan sejumlah ukuran hasil yang diperoleh dari analisis yang dilakukan berulangkali pada suatu sampel homogen. Presisi
dinyatakan dalam standar deviasi atau koefisien variasi Mulja dan Hanwar, 2003.
Tabel II. Nilai presisi yang dapat diterima APVMA, 2004
Kadar analit Presisi
≥ 10 ≤ 2
1 - 10 ≤ 5
0,1 - 1 ≤ 10
0,1 ≤ 20
Linieritas pada suatu metode analisis merupakan kemampuannya untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi
analit di dalam sampel. Persyaratan data linieritas yang bisa diterima dengan nilai koefisien korelasi r 0,999. Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode
untuk mengukur dengan akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel potensial yang mungkin ada dalam matriks sampel Mulja dan Hanwar, 2003.
H. Spektrofotometri visibel
Spektrofotometer merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektometer merupakan alat yang menghasilkan sinar dengan panjang
gelombang tertentu sedangkan fotometer merupakan alat yang mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi Khopkar, 1990. Spektrum
visibel merupakan korelasi absorban dan panjang gelombang tidak merupakan garis spektrum, akan tetapi terjadinya eksitasi elektronik lebih dari satu macam
pada gugus molekul yang kompleks. Spektrum ini dapat dibaca dengan alat spektrofotometer UV-Vis dengan menggunakan sumber radiasi elektromagnetik
antara 380 nm – 780 nm. Daerah ini disebut visibel karena merupakan daerah
nampak, daerah pada panjang gelombang tersebut akan nampak berwarna terhadap pandangan mata manusia Mulya, 1995.
Dasar dari spektrofotometer visible ini adalah serapan oleh senyawa yang tergantung pada struktur senyawa elektronik dari molekul. Spektra visibel
dari senyawa organik berkaitan dengan transisi di antara tingkatan-tingkatan tenaga
elektronik Sastrohamidjojo,
2001. Bagian-bagian
dalam spektrofotometer, yaitu :
1. Sumber. Sumber cahaya yang biasa digunakan pad spektroskopi absorbsi adalah lampu wolfarm. Pada daerah UV digunakan lampu deuterium atau
lampu hidrogen sebagai sumber. Kelebihan dari lampu wolfarm adalah energi yang dihasilkan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.
2. Monokromator untuk mendapatkan sinar monokromatis. Alatnya berupa prisma dan untuk mengarahkan sinar monokromayis yang diinginkan dapat
digunakan celah. Jika celah pada posisi tetap maka prisma dirotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang yang diinginkan.
3. Sel absorpsi. Pada penggunaan sinar tampak dapat digunakan kuvet kaca tetapi pada sinar UV digunakan kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada
daerah ini. 4. Detektor, digunakan untuk memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai
panjang gelombang Khopkar, 1990. Bila cahaya UV-Vis dikenakan pada senyawa maka sebagian cahaya
akan diserap molekul yang mempunyai tingkatan energi yang spesifik. Sinar yang diserap akan menaikkan elektron ikatan tingkat energi eksitasi dari ground state.
Panjang gelombang utnuk transisi elektronik adalah spesifik yang disebut dengan λ maks. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang
akan memberikan absorbansi maksimum dan dasar dari analisa kuantitatif yang ditentukan dengan membuat kurva antara A lawan λ Sitorus, 2009.
I. KLT Densitometri
KLT Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu metode analisis pemisahan senyawa campuran. Sistem yang digunakan merupakan sistem
kapilaritas, jadi suatu sorben atau fase diam diletakkan dalam suatu lempengan, yang kemudian senyawa yang akan dipisahkan diteteskan pada batas tertentu.
Senyawa ini akan terpisahkan berdasarkan kesamaan karakteristik dengan fase geraknya. Fase gerak akan membawa senyawa melalui proses kapilaritas dan akan
terpisah membentuk bercak-bercak. Terdapat 25 jenis material berbeda yang dapat digunakan sebagai sorben. Untuk mendapatkan hasil yang baik pemisahannya
perlu diperhatikan pemilihan sorben yang tepat. Yang perlu diperhatikan adalah
karakteristik dari senyawa seperti polaritas, kelarutan, ionisasi, ukuran, bentuk partikel, dan berat molekul analit sehingga dapat ditentukan tipe sorben untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan optimum Wall, 2005. KLT dapat digunakan untuk analisis kualitatif, kuantitatif, dan
preparatif. Pada analisis kualitatif, parameter yang digunakan adalah nilai Rf. Jika dua senyawa memiliki nilai Rf yang sama pada kondisi KLT yang sama, maka
dapat dikatakan kedua senyawa tersebut identik. Pada analisis kuantitatif terdapat dua cara, yaitu dengan mengukur bercak langsung pada lempeng dengan ukuran
luas atau dengan teknik densitometri. Cara lain dengan mengerok bercak kemudian dianalisis dengan metode lain, misalnya spektrofotometri. Analisis
preparatif bertujuan untuk memisahkan analit dalam jumlah banyak kemudian senyawa yang telah dipisahkan, dianalisis lebih lanjut Rohman, 2007.
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap yang berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Penjerap yang paling
sering digunakan antara lain silika, serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama adalah partisi dan adsorbsi. Fase gerak pada KLT sering dikenal
sebagai pelarut pengembang yang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara mekanik ascending atau karena
pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun descending Gandjar dan Rohman, 2007.
Gambar 4. TLC scanner Abo, 2010
Densitometri merupakan
metode analisis
instrumental yang
mendasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada KLT. Evaluasi bercak KLT dilakukan dengan scanning dengan sinar
dalam bentuk celah yang dapat dipilih baik panjangnya atau lebarnya. Sinar yang dipantulkan diukur dengan sensor cahaya. Perbedaan signal optik daerah yang
tidak mengandung bercak dengan yang mengandung bercak dihubungkan dengan banyaknya analit yang ada melalui kurva kalibrasi yang telah disiapkan dalam
lempeng yang sama Rohman, 2009.
J. Landasan Teori