Resistensi Insulin dan Hiperplasia Prostat Pada Ob-Ab
29 Ozden
et al.
, secara lebih mendetail meneliti hubungan antara SM dengan penambahan ukuran prostat tiap tahun, dengan
melibatkan 78 pasien dengan gejala hiperplasia prostat dibagi menjadi kelompok dengan SM dan tanpa SM. Ozden
et al.,
2007. Pada kelompok SM dengan hiperplasia prostat nilai median BB, BMI, TG dan glukosa darah yang yang lebih tinggi jika
dibandingkan pasien BPH tanpa SM. Pada kelompok SM dengan hiperplasia prostat pada akhir penelitian ditemukan dengan
penambahan volume prostat total per tahun sebesar 1 ml sedangkan kelompok BPH tanpa SM hanya 0,93 ml, dengan
perbedaan yang bermakna secara statistik p0,05. Dari penelitian ini digambarkan peran sentral resistensi insulin pada SM dalam
hubungannya dengan hiperplasia prostat.
Konsistensi obesitas sebagai faktor risiko hiperplasia prostat juga dibuktikan pada studi oleh Lee
et al.
, yang meneliti pengaruh Obesitas yang diukur dengan parameter BMI terhadap hiperplasia
prostat Lee
et al.,
2006. Pada penelitian ini dilibatkan 146 laki- laki usia 40 tahun yang tidak mengalami DM. Pemeriksaan
ukuran prostat dengan transrektal USG. Subyek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu normal BMI 22,9 kgm
2
, overweight 23-24,9 kgm
2
dan obesitas 25 kgm
2
dan 2 kelompok berdasarkan lingkar pinggang 90 cm dan
90 cm. Volume prostat didapatkan paling tinggi dan bermakna pada kelompok
obesitas p=0,03 dan pada kelompok obesitas abdominal p=0,002. Setelah dilakukan
adjusted
terhadap beberapa
confounding variabel
, obesitas abdominal menjadi faktor risiko utama kejadian hiperplasia prostat volume prostat 20mL
OR=3,37, p=0,037. Hiperinsulinemia yang diinduksi oleh diet tinggi karbohidrat
dan lemak, dapat menyebabkan peningkatan aktivasi sel untuk berproliferasi
secara berlebihan.
Studi menunjukkan
hiperinsulinemia berhubungan dengan peningkatan ukuran prostat sebesar 45 pada percobaan tikus. Hal ini memberikan gambaran
bahwa obesitas dengan hiperinsulinemia mempunyai hubungan yang kuat dengan kejadian hiperplasia prostat Renehan
et al.,
2008; Allot
et al.,
2013.
30 Hiperinsulinemia dan resistensi insulin di lain pihak juga
dapat menigkatkan aktivitas sistem saraf simpatis, dengan meningkatkan
cytosolic-free calcium
pada sel otot polos dan jaringan neural sehingga akan meningkatkan tonus otot polos
prostat sehingga meningkatkan gejala LUTS dan hiperplasia prostat Sarma
et al.,
2009. Jadi obesitas abdominal dengan HOMA-IR tinggi atau resistensi insulin lebih berisiko mengalami
hiperplasia prostat dibandingkan dengan obesitas abdominal dengan HOMA-IR rendah atau tanpa resistensi insulin.
Pada penelitian ini, didukung secara tidak langsung oleh hasil- hasil penelitian lain yang dipaparkan diatas maka Ob-Ab dengan
resistensi insulin memiliki risiko lebih tinggi mengalami hiperplasia prostat jika dibandingkan dengan obesitas abdominal
tanpa resistensi insulin. Dari sisi hiperplasia prostat, aspek klinis yang dapat disintesis adalah apabila pasien dengan
gejala IPSS ≥8, gejala
LUTS dengan
didapatkannya resistensi
insulin meningkatkan risiko hiperplasia prostat maka pada Ob-Ab
perbaikan resistensi insulin, usaha menurunkan LP dapat dianjurkan lebih dini sehingga risiko hiperplasia prostat bisa
diturunkan.
Resistensi insulin yang mengakibatkan hiperinsulinemia pada Ob-Ab dalam meningkatkan risiko hiperplasia prostat, apabila
disintesis dari konsep dan teori yang berkembang dapat berikatan dengan reseptor IGF-1 mengingat insulin memiliki sifat homolog
dengan IGF-1, atau melalui jalur tidak langsung melalui penurunan IGF-1BP sehingga akan meningkatkan kadar IGF-1 bebas.
Pembuktian mengenai mekanisme lebih lanjut akan dipaparkan pada sub Bab 6.2 dan 6.4.
31