Inflamasi IL-6 dan hsCRP dan Hiperplasia Prostat Pada Ob-Ab
34 2,8±0,5 mgL dengan nilai p0,001. Untuk IL-6 kadar rata-rata
pada masing-masing kelompok tersebut berturut-turut 14,56±1,1; 8,82±0,93; 12,6±0,82 dengan nilai p0,001.
Penelitian lain oleh Hung
et al.,
mendapatkan hubungan bermakna hsCRP dengan LUTS pada pasien BPH, namun tidak
didapatkan hubungan bermakna antara hsCRP dengan volume prostat Hung
et al.,
2014. Studi ini merupakan studi potong lintang yang cukup besar dengan melibatkan 853 sampel.
Didapatkan kadar rata-rata hsCRP pada karakteristik dasar subyek sebesar 3,1±0,43 mgdL, berhubungan secara bermakna dengan
IPSS dengan koefisien korelasi r=0,151, p0,001.
Apabila kita bandingkan, penelitian kami mendapatkan kadar IL-6 pada kelompok Ob-Ab dengan hiperplasia prostat sangat
rendah, bahkan dengan rentang antara 0,25-3,72 mgdL. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap hasil yang tidak bermakna IL-6
dan hsCRP meningkatkan risiko BPH pada Ob-Ab meskipun secara konsep dan kajian teori inflamasi memang memegang
peranan sentral dalam hubungannya dengan fibrosis dan hiperplasia prostat.
Pada penelitian kami hanya didapatkan kecenderungan IL-6 dan hsCRP lebih tinggi pada kelompok kasus jika dibandingkan
kontrol. Kadar IL-6 dan hsCRP pada penelitian kami jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
seperti yang disebutkan di atas.
Beberapa studi epidemiologis menunjukkan lebih dari 25 keganasan berhubungan dengan inflamasi kronis dan sebesar 15
dari kematian pada pasien kanker disebabkan karena inflamasi Hsing, 2007; Burton
et al.,
2007. Pelepasan mediator inflamasi yang berlangsung kronis dan berlebihan secara teori dianggap
dapat menyebabkan peningkatan inisiasi, promosi dan progresi tumor Lehrer
et al.,
2005; Bruton
et al.,
2007.
Pada obesitas, jaringan adipose berada dalam kondisi inflamasi kronis, yang mempunyai peranan yang penting terhadap
timbulnya resistensi insulin, dislipidemia dan diabetes tipe 2, begitu juga penyakit komorbid lain seperti penyakit kardiovaskuler
35 dan kanker. Inflamasi ini ditandai dengan peningkatan kadar
C- reactive protein
CRP,
interleukin 6
IL-6, IL-8,
monocyte chemotactic protein-1
MCP-1, and
tumor necrosis factor alpha
TNF � Pickup, 2004; Liang
et al.,
2007.
Mekanisme yang menerangkan bagaimana inflamasi kronis yang diinduksi oleh obesitas dapat meningkatkan hiperplasia
prostat meliputi: i meningkatnya produksi mediator proinflamasi seperti sitokin, kemokin,
reactive oxygen intermediates
ROI, ii meningkatnya ekspresi onkogen, COX-2
cyclooxygenase-2
, 5- LOX
5-lipoxygenase
, and MMPs
matrix metalloproteinases
, iii
meningkatnya faktor
transkripsi pro
inflamasi
proinflammatory transcription factors
seperti NF- κB
nuclear factor-
κB, STAT3
signal transducer and activator of transcription 3
, AP-1
activator protein 1
Braun et al., 2011;
Ramos-nino, 2013.
Infiltrasi dari inflamasi kronis sering terjadi di daerah perifer prostat. Inflamasi digambarkan dengan infiltrasi lekosit, pelepasan
sitokin dan kemokin termasuk CRP. CRP juga dilepaskan oleh jaringan adipose. CRP adalah protein fase akut yang disekresikan
terutama oleh hepar dan merupakan petanda tidak spesifik dari adanya inflamasi, infeksi dan kerusakan jaringan. Mediator
inflamasi
ini selanjutnya
mengaktifasi faktor
transkripsi proinflamasi yang lain seperti NF-
κB dan
inducible nitric oxide synthase
iNOS Ramos-nino, 2013. NF- κB merupakan induser
yang kuat dari gen yang berhubungan dengan aktifitas anti apoptosis BCL-XL dan gen yang mengatur siklus hidup sel
cyclin D1. NF- κB dan iNOS sangat penting peranannya dalam
aktifasi imun seluler, mempunyai efek mitogenic dan anti apoptosis. Aktifasi NF-
κB dan iNOS oleh sitokin proinflamasi, akan menginduksi inisiasi sel tumor dan progresifitasnya Lubik,
2011; Dasgupta
et al.,
2012.
Sitokin proinflamasi juga akan menginduksi lekosit untuk memproduksi
reactive oxygen ROS and nitrogen species RNS
, yang selanjutnya menginduksi mutasi DNA sehingga mencetuskan
terbentuknya tumor Burton
et al.,
2007. Infeksi dan pelepasan sitokin proinflamasi akibat inflamasi kronis pada prostat
36 menyebabkan terbentuknya lesi berupa
proliferative inflammatory atrophy PIA,
dimana terjadi fokal atropi jaringan prostat disertai dengan proliferasi jaringan epitel dan infiltrasi sel-sel radang
Burton
et al.,
2010; Gleave
et al.,
2010; Patel
et al.,
2013. Pada penelitian ini tidak terbukti Ob-Ab dengan kadar CRP
dan IL-6 yang tinggi lebih berisiko mengalami hiperplasia prostat jika dibandingkan dengan Ob-Ab tanpa hiperplasia prostat.
6.4 Resistensi Insulin Meningkatkan Risiko Hiperplasia Prostat Melalui Peningkatan IGF-1 Pada Ob-Ab
Pada penelitian ini didapatkan jika HOMA-IR dan Kadar IGF- 1 yang tinggi sama-sama berperan meningkatkan risiko hiperplasia
prostat pada obesitas abdominal. Dari analisis multivariate regresi logistik, dimana peran resistensi insulin yang dinilai dari HOMA-
IR dan IGF-1 yang tinggi pengaruhnya diperhitungkan secara bersama-sama didapatkan HOMA-IR yang tinggi meningkatkan
risiko hiperplasia prostat dengan OR=4,18 IK: 1,15-15,00, p=0,03; IGF-1 yang tinggi meningkatkan risiko hiperplasia prostat
dengan OR=4,93 IK: 1,76-13,28, p=0,002. Apabila dianalisis lebih lanjut peran resistensi insulin HOMA-IR dalam
memprediksi dan meningkatkan risiko kejadian hiperplasia prostat pada
Ob-Ab maka
didapatkan y=-0,89+1,43HOMA-
IR+1,59IGF-1. Probabilitas untuk kejadian hiperplasia prostat adalah p=11+e
-y
, dimana e adalah bilangan natural bernilai 2,7. HOMA-IR bernilai 1 bila kadarnya2,7, IGF-1 bernilai 1 bila
kadarnya 150ngmL. Semua variabel tersebut bernilai 0 pada persamaan
y
bila nilainya nilai
cut-off point
tersebut. Sehingga apabila didapatkan kadar IGF-1150ngmL dan HOMA-IR2,7
maka probabilitas untuk mengalami hiperplasia prostat adalah 89.
Dari hasil penelitian ini terbukti resistensi insulin yang dinilai dari HOMA-IR dan kadar IGF-1 yang tinggi bersama-sama
berperan sebagai faktor risiko hiperplasia prostat pada obesitas abdominal. Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa hipotesis
beberapa terori yang berhubungan, yang kami coba analisis dan
37 sintesis mengingat belum ada penelitian yang meneliti mengenai
resistensi insulin dan IGF-1 dalam meningkatkan risiko hiperplasia prostat pada Ob-Ab. Penelitian-penelitian yang berhubungan
dengan obesitas, resistensi insulin, IGF-1 sudah dipaparkan pada Sub Bab 6.1, 6.2, dan 6.3.
Peran sentral Ob-Ab dalam menimbulkan resistensi insulin akan meningkatkan kadar insulin yang berhubungan dengan efek
mitogenik dan
growth promoting effect
secara sigifikan. Insulin sendiri diketahui mampu berperan sebagai
growth factor
yang meningkatkan risiko pembesaran prostat yang secara garis besar
melalui aktivasi sistem IGF, sehingga meningkatkan produksi dan bioavalibilitas IGF-1 Giovannuci, 2003.
Ob-Ab berhubungan dengan peningkatan respon IGF-1 terhadap GH dan peningkatan protein pengikat GH Gleeson
et al.,
2005. Peningkatan ekspresi reseptor GH dapat menjelaskan penurunan supresi terhadap kadar IGF-1. Kadar IGF-1 sebanding
dengan akumulasi lemak abdomen pada Ob-Ab Lukanova
et al.,
2003. Suatu teori yang masih dalam batasan hipotesis menjelaskan jika peningkatan kadar insulin sebagai akibat
resistensi insulin akan menurunkan IGFBP-1 sehingga akan meningkatkan bioavailibilitas IGF-1 bebas dalam darah. Sehingga
kadar IGFBP-1 dapat disimpulkan berhubungan terbalik dengan kadar insulin dan jumlah lemak intraabdomen.
Pana penelitian kami, dari analisis jalur
Path Analysis
ditemukan pola hubungan yang menggambarkan kerangka patofisiologi resistensi insulin HOMA-IR, IGF-1 terhadap
hiperplasia prostat. Terdapat hubungan yang signifikan dan erat antara HOMA-IR dengan hiperplasia prostat CR=3,64; p0,001,
efek total 44, efek langsung 31 serta efek tidak langsung 13. Dari analisis ini juga didapatkan hubungan yang signifikan antara
HOMA-IR dengan IGF-1 CR=4,61; p0,001, efek langsung dan efek langsung yang sama besarnya yaitu 379. Terdapat juga
hubungan langsung yang sangat jelas antara IGF-1 terhadap hiperplasia prostat CR=3,19; p=0,001, dengan efek langsung 3.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa HOMA-IR dan IGF- 1 memiliki efek yang signifikan terhadap hiperplasia prostat dan
38 hubungan tidak langsung antara HOMA-IR terhadap hiperplasia
prostat melalui peningkatan IGF-1. Hasil penelitian ini konsisten dengan apa yang didapatkan
oleh Nam
et al.
, pada studi ini ditemukan jika kadar insulin puasa pada sampel dengan obesitas lebih tinggi bermakna jika
dibandingkan dengan yang tanpa obesitas Nam
et al.,
1997. Pada subanalisis didapatkan hubungan postif bermakna antara IGF-1
bebas dengan insulin puasa r=0,058, p=0,001.
Gambar 6.1 Kerangka Hubungan Resistensi Insulin dan IGF-1
Lewitt
et al.,
2014. Insulin dan IGF bekerja melalui dua cara yaitu bekerja
ditingkat sel sebagai
growth factor
dan sebagai hormon yang mengatur pertumbuhan dan metabolisme energi. IGF mempunyai
peran yang sangat penting dalam kehidupan seluler, mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel, mengaktifasi proliferasi,
diferensiasi dan transformasi sel, serta menghambat apoptosis Baserga
et al.,
2003; Renehan
et l.,
2006; McKee et al., 2009;
39 Lima
et al.,
2010. Secara struktur IGF-1R mirip dengan resptor insulin, terdapat 50 homolog antara 2 reseptor tersebut. Kondisi
ini memungkinkan ikatan silang antara IGF-1 dan Insulin pada reseptor tersebut, sehingga selain peran metabolik dari insulin,
teori ini memungkinkan insulin dapat memberikan efek antiapoptosis dan efek proliperatif Giovanna
et al.,
2009. Insulin mensupresi beberapa IGFBPs dan menstimulasi
produksi IGFs sehingga meningkatkan bioavailabilitas IGFs. Insulin memiliki struktur yang mirip dengan IGF-1 dan berikatan
dengan reseptor IGF-1 sehingga dapat mengaktivasi berbagai jalur pensinyalan yang kompleks yang berhubungan dengan proliferasi
sel-sel pada prostat, atau melalui jalur alternatif yang dapat menurunkan IGF-1BP sehingga meningkatkan bioavalibilitas IGF-
1 Sarma
et al.,
2009.