Analisis Bivariate Hasil Penelitian 1 Karakteristik Dasar Subyek Penelitian

21 pgmL. Hasil analisis bivariate dengan uji chi-square disajikan pada Tabel 5.2 sementara hasil uji regresi logistik yang menggambarkan peran HOMA-IR dan IGF-1 yang tinggi sebagai faktor risiko hiperplasia prostat pada Ob-Ab disajikan pada Tabel 5.3. Dari hasil uji bivariate chi-square didapatkan hubungan bermakna antara resistensi insulin HOMA-IR dan IGF-1 dengan hiperplasia prostat. Apabila ditinjau satu per satu secara bivariate, HOMA-IR dan IGF-1 masing-masing meningkatkan risiko hiperplasia prostat. HOMA-IR meningkatkan risiko hiperplasia prostat dengan OR=1,94 IK 1,30-2,89 dan bermakna secara statistik dengan nilai p=0,005. IGF-1 meningkatkan risiko hiperplasia prostat dengan OR=2,14 IK 1,38-3,3, p=0,001. Dari hasil analisis ini juga didapatkan bahwa variabel inflamasi seperti IL_6 dan hsCRP tidak berhubungan bermakna dengan hiperplasia prostat. hsCRP dengan nilai OR=0,9; nilai p=0,653 sedangkan IL-6 nilai OR=1,1105 dengan nilai p=0,655. Namun terdapat kecenderungan IL-6 menigkatkan hiperplasia prostat, meskipun tidak bermakna secara statistik. Tabel 5.2 Analisis bivariate Chi square HOMA-IR, IGF-1, hsCRP, IL-6 Terhadap Hiperplasia Prostat. Kasus Ob-Ab +Hiperplasia Prostat n=40 Kontrol Ob- Ab tanpa Hiperplasia Prostat n=40 OR p IK HOMA-IR Resistensi Insulin 2,7 14 77,8 4 22,2 1,94 0,005 1,30-2,89 Non- resistensi insulin 2,7 24 40 36 60 IGF-1 ngmL 150 23 74,2 8 25,8 2,139 0,001 1,38-3,30 150 17 34,7 32 65,3 hsCRP mgL 1,32 17 47,2 19 52,8 0,903 0,653 0,57-1,4 22 1,32 23 52,3 2147,7 IL-6 pgmL 0,875 21 52,5 19 47,5 1,105 0,655 0,71-1,71 0,875 19 47,5 21 52,5 5.3 Analisis Multivariate Regresi Logistik HOMA-IR dan IGF- 1 terhadap Hiperplasia Prostat pada Ob-Ab. Pada analisis multivariate, uji regresi logistik dengan metode Backward , ketika peran variabel HOMA-IR, IGF-1 diperhitungkan secara simultan, HOMA-IR resistensi insulin dan IGF-1 tetap berperan bermakna meningkatkan risiko hiperplasia prostat. Tabel 5.3 Analisis Multivariate Regresi Logistik Pengaruh HOMA-IR, IGF-1 Terhadap Hiperplasia Prostat Ob-Ab dengan Hiperplasia Prostat Koefisien Regresi B OR ExpB p IK 95 HOMA-IR Resistensi Insulin 1,43 4,18 0,03 1,15- 15,00 IGF-1 ngmL 1,59 4,93 0,002 1,76- 13,78 Konstanta -0,89 Seperti yang disajikan pada Tabel 5.3, resistensi insulinHOMA-IR dan IGF-memiliki pengaruh bermakna terhadap 23 kejadian hiperplasia prostat pada Ob-Ab dengan OR dan nilai-p berturut-turut OR=4,18; p=0,03; IK 1,15-15,00 dan OR=4,93; IK 1,76-13,78; p=0,002,. Apabila dianalisis lebih lanjut peran resistensi insulin HOMA-IR dalam memprediksi dan meningkatkan risiko kejadian hiperplasia prostat pada Ob-Ab maka didapatkan y=-0,89+1,43HOMA-IR+1,59IGF-1. Probabilitas untuk kejadian hiperplasia prostat adalah p=11+e -y , dimana e adalah bilangan natural bernilai 2,7. HOMA-IR bernilai 1 bila kadarnya2,7, IGF-1 bernilai 1 bila kadarnya 150ngmL. Semua variabel tersebut bernilai 0 pada persamaan y bila nilainya nilai cut-off point tersebut. Sehingga apabila didapatkan kadar IGF-1150ngmL dan HOMA-IR2,7 maka probabilitas untuk mengalami hiperplasia prostat adalah 89. 5.4 Analisis Jalur Path Analysis Hubungan HOMA-IR, IGF- 1 dan Hiperplasia Prostat Untuk melihat hubungan kausal efek dari HOMA-IR, IGF-1 terhadap hiperplasia prostat dilakukan analisis jalur path analysis . Pada analisis ini variabel eksogen adalah HOMA-IR, IGF-1, IL-6 dan hsCRP. Sedangkan variabel endogen adalah hiperplasia prostat. Berdasarkan dari telaah pustaka dan hasil analisis seperti yang didapatkan di atas, maka dibuatkan model dan output analisisnya disajikan pada Gambar 5.1. Pada tahap dari model struktural didapatkan efek langsung terhadap BPHLUTS didapatkan sebagai berikut: HOMA-IR terhadap BPHLUTS adalah 0,31 31, IGF-1 terhadap BPHLUTS adalah 0,03 3, IL-6 terhadap BPHLUTS adalah 0,10 10 dan hsCRP terhadap BPHLUTS adalah 0,05 5. Di lain pihak efek langsung HOMA-IR terhadap variabel lain: efek HOMA-IR terhadap IGF-1, IL-6, hsCRP berturut-turut adalah 3,79 379, 0,005 0,5 dan 0,015 1,5. Dari model struktural ini tampak bahwa HOMA-IR memiliki efek paling kuat terhadap IGF- 1, sedangkan variabel yang paling kuat pengaruhnya terhadap BPHLUTS adalah HOMA-IR. 24 Gambar 5.1 Hasil Analisis Jalur Model Struktural Hubungan antar konstruk disajikan pada Tabel 5.4 setelah dianalisis dengan AMOS. Besarnya efek masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantung dinyatakan dengan critical ratio CR. Nilai CR didapatkan dari nilai estimasi dibagi dengan 25 nilai standard error SE. Semakin tinggi nilai CR maka efeknya semakin signifikan. Tabel 5.4 Hubungan antara 2 Variabel Konstruk Variabel Regression Weight Standardiz e regression weight Estimate CR p HOMA-IR--IGF-1 3,79 4,61 0,46 HOMA-IR--IL-6 0,00 0,30 0,76 0,03 HOMA-IR--hsCRP -0,015 -0,19 0,85 -0,02 HOMA-IR-- Hiperplasia ProstatLUTS 0,31 3,64 0,37 IGF-1--Hiperplasia ProstatLUTS 0,03 3,19 0,001 0,32 IL-6--Hiperplasia ProstatLUTS -0,10 -0,18 0,85 -0,02 hsCRP--Hiperplasia ProstatLUTS -0,05 -0,46 0,64 -0,04 Dari hasil analisis hubungan antara 2 variabel konstruk ada Tabel 5.4, dapat diinterpretasikan: terdapat hubungan bermakna antara HOMA-IR dengan IGF-1 CR=4,61; p0,001, HOMA-IR dengan hiperplasia prostat CR=3,64; p0,001, IGF-1 dengan hiperplasia prostat CR=3,19; p=0,001. Di lain pihak tidak 26 didapatkan hubungan bermakna antara IL-6 dan hsCRP terhadap hiperplasia prostat. Berdasarkan nilai Standardize regression weight dapat dilihat seberapa kuat hubungan antar variabel konstruk. Faktor loading HOMA-IR dan IGF-1 terhadap hiperplasia prostat berturut-turut 0,37 dan 0,32. Hal ini berarti HOMA-IR dan IGF-1 dapat menjelaskan kejadian BPH, terdapat hubungan erat antara HOMA- IR dan IGF-1 terhadap hiperplasia prostat. Di lain pihak faktor loading HOMA-IR terhadap IGF-1 didapatkan sebesar 0,46. Hal ini menunjukkan hubungan yang erat antara HOMA-IR dan IGF-1. Pola hubungan antar variabel konstruk, hubungan langsung ataupun tidak langsung disajikan pada Tabel 5.5 dan 5.6. Tabel 5.5 Pola Hubungan antar Variabel Konstruk Terhadap Hiperplasia Prostat Sebagai Variabel Tergantung. Efek HOMA- IR -- Hiperpla sia ProstatL UTS IGF-1 -- Hiperplasi a ProstatLU TS IL-6-- Hiperplasia ProstatLU TS hsCRP-- Hiperplasia ProstatLU TS Efek total 0,44 0,03 -0,10 -0,05 Efek langsung 0,31 0,03 -0,1 -0,05 Efek tidak langsung 0,13 0,00 0,00 0,00 Tabel 5.6 Pola Hubungan antar Variabel Konstruk dengan HOMA-IR sebagai Variabel Bebas Efek HOMA- IR HOMA- IR HOMA- IR HOMA-IR -- 27 --IGF-1 --hsCRP --IL-6 Hiperplasia ProstatLUTS Efek total 3,79 -0,01 0,00 0,44 Efek langsung 3,79 -0,01 0,00 0,31 Efek tidak langsung 0,00 0,00 0,00 0,13 Dari tabel 5.5 terlihat dengan jelas HOMA-IR memilki efek total dan efek langsung paling kuat terhadap hiperplasia prostat. Sedangkan pada Tabel 5.6 jelas menunjukkan efek total dan efek langsung yang paling kuat adalah efek HOMA-IR terhadap IGF-1, diikuti oleh efek HOMA-IR terhadap hiperplasia prostat. Pada Tabel 5.5 juga terlihat HOMA-IR masih memiliki kontribusi efek tidak langsung terhadap hipeplasia prostat, sedangkan IGF-1 hanya memiliki efek langsung terhadap hiperplasia prostat. Gambar 5.1 dari analisis struktural model dan Tabel 5.6 terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan erat antara HOMA-IR dengan hiperplasia prostat CR=3,64; p0,001, efek total 44, efek langsung 31 serta efek tidak langsung 13. Dari analisis ini juga didapatkan hubungan yang signifikan antara HOMA-IR dengan IGF-1 CR=4,61; p0,001, efek langsung dan efek langsung yang sama besarnya yaitu 379. Terdapat juga hubungan langsung yang sangat jelas antara IGF-1 terhadap hiperplasia prostat CR=3,19; p=0,001, dengan efek langsung 3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa HOMA-IR dan IGF- 1 memiliki efek yang signifikan terhadap hiperplasia prostat. Dari gambar analisis struktural model yang disajikan pada Gambar 5.1 dan analisis jalur di atas, dapat dilihat hubungan tidak langsung antara HOMA-IR terhadap hiperplasia prostat melalui peningkatan IGF-1. 28

6. Pembahasan

6.1 Resistensi Insulin dan Hiperplasia Prostat Pada Ob-Ab

Penelitian ini mendapatkan jika HOMA-IR lebih tinggi dan bermakna pada kelompok dengan Ob-Ab tanpa hiperplasia prostat dibandingkan dengan tanpa hiperplasia prostat 1,88 vs 1,19, p=0,002. HOMA IR yang tinggi 2,7 atau dalam kondisi resistensi insulin meningkatkan risiko hiperplasia prostat dengan OR=1,94 IK 1,30-2,89, dan bermakna p=0,005. Penelitian ini konsisten dengan apa yang didapatkan oleh Zhang et al. , melalui studi epidemiologi yang melibatkan 401 sampel laki-laki usia lanjut juga mendapatkan jika laki-laki dengan SM memiliki volume prostat yang lebih besar dan bermakna p=0,000 jika dibandingkan dengan tanpa SM Zhang et al., 2014. Sub analisis lebih lanjut pada penelitian ini didapatkan, hubungan positif bermakna antara volume prostat dengan BMI p=0,000, HOMA- IR p=0,003 dan berhubungan negatif dengan kadar HDL p=0,000. Pada analisis multivariate regresi linier volume prostat berhubungan secara signifikan dengan HOMA-IR p=0,015. Kim et al. , yang meneliti 212 pasien BPH tanpa diabetes mendapatkan hubungan positif bermakna antara kadar glukosa puasa dengan ukuran prostat r=0,186; p=0,007 Kim et al., 2011. Studi ini juga meneliti hubungan BMI, kadar insulin puasa dan resistensi insulin terhadap ukuran prostat yang dinilai dari USG transrektal. Namun pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara resistensi insulin HOMA-IR dan kadar insulin puasa dan ukuran prostat. Prevalensi SM pada kelompok dengan hiperplasia prostat juga didapatkan lebih tinggi jika dibandingkan tanpa SM 60,3 vs 46,1, p=0,018 Ryl et al., 2015. Penelitian ini menggunakan design case control dengan kontrol orang sehat. Lebih lanjut pada penelitian ini juga terbukti hubungan bermakna antara BPH dengan beberapa komponen SM seperti glukosa darah, kolesterol total, LDL, HDL dan tekanan darah sistolik dan diastolik. Namun pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna antara hiperplasia prostat dengan lingkar pinggang, BB dan konsentrasi TG. 29 Ozden et al. , secara lebih mendetail meneliti hubungan antara SM dengan penambahan ukuran prostat tiap tahun, dengan melibatkan 78 pasien dengan gejala hiperplasia prostat dibagi menjadi kelompok dengan SM dan tanpa SM. Ozden et al., 2007. Pada kelompok SM dengan hiperplasia prostat nilai median BB, BMI, TG dan glukosa darah yang yang lebih tinggi jika dibandingkan pasien BPH tanpa SM. Pada kelompok SM dengan hiperplasia prostat pada akhir penelitian ditemukan dengan penambahan volume prostat total per tahun sebesar 1 ml sedangkan kelompok BPH tanpa SM hanya 0,93 ml, dengan perbedaan yang bermakna secara statistik p0,05. Dari penelitian ini digambarkan peran sentral resistensi insulin pada SM dalam hubungannya dengan hiperplasia prostat. Konsistensi obesitas sebagai faktor risiko hiperplasia prostat juga dibuktikan pada studi oleh Lee et al. , yang meneliti pengaruh Obesitas yang diukur dengan parameter BMI terhadap hiperplasia prostat Lee et al., 2006. Pada penelitian ini dilibatkan 146 laki- laki usia 40 tahun yang tidak mengalami DM. Pemeriksaan ukuran prostat dengan transrektal USG. Subyek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu normal BMI 22,9 kgm 2 , overweight 23-24,9 kgm 2 dan obesitas 25 kgm 2 dan 2 kelompok berdasarkan lingkar pinggang 90 cm dan 90 cm. Volume prostat didapatkan paling tinggi dan bermakna pada kelompok obesitas p=0,03 dan pada kelompok obesitas abdominal p=0,002. Setelah dilakukan adjusted terhadap beberapa confounding variabel , obesitas abdominal menjadi faktor risiko utama kejadian hiperplasia prostat volume prostat 20mL OR=3,37, p=0,037. Hiperinsulinemia yang diinduksi oleh diet tinggi karbohidrat dan lemak, dapat menyebabkan peningkatan aktivasi sel untuk berproliferasi secara berlebihan. Studi menunjukkan hiperinsulinemia berhubungan dengan peningkatan ukuran prostat sebesar 45 pada percobaan tikus. Hal ini memberikan gambaran bahwa obesitas dengan hiperinsulinemia mempunyai hubungan yang kuat dengan kejadian hiperplasia prostat Renehan et al., 2008; Allot et al., 2013.