suatu Bank menurut Bank Indonesia membahayakan kelangsungan usaha Bank yang bersangkutan danatau membahayakan sistem
perbankan yang membahayakan perekonomian nasional, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Perbankan. e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182.
2. Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder terdiri atas buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum,
karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat dalam media massa, kamus dan ensiklopedia, serta informasi dari media internet yang
relevan dan dapat dipercaya.
1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari penulisan skripsi ini, kerena jenis penelitian yang
digunakan adalah normatif.Dalam penulisan skripsi ini menggunakan teknik studi kepustakaan, yang mana dengan metode ini mencari, mempelajari dan memahami
berbagai pendapat, teori dan konsepsi yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang didapatkan dari literatur-literatur yang tersedia serta peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan Kepailitan Bank.Bahan hukum yang relevan
dikumpulkan dengan sistem kartu card system, yang kemudian kartu ini disusun berdasarkan pokok bahasan untuk memudahkan analisis dan pada kartu dicatat
konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan atau isu hukum pada tulisan ini.
1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif analisis dengan menggunakan metode evaluatif, metode sistematis, metode
interprestatif dan metode argumentatif. Teknik deskriptif analisis adalah penjabaran data yang diperoleh dalam bentuk uraian yang nantinya akan menjawab
permasalahan. Metode evaluatif adalah penelitian yang bertujuan mengumpulkan informasi
tentang apa yang terjadi yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi.
Metode sistematis adalah segala usaha menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang
berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya.
Metode interprestatif adalah metode yang menafsirkan peraturan perundang- undangan dihubungkan dengan peraturan hukum atau undang-undang lain atau
dengan keseluruhan sistem hukum.Karena suatu undang-undang pada hakikatnya merupakan bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan yang berlaku
sehingga tidak mungkin ada satu undang-undang yang berdiri sendiri tanpa terikat dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
Metode argumentatif adalah alasan berupa uraian penjelasan yang diuraikan secara jelas, berupa serangkaian pernyataan secara logis untuk memperkuat atau
menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan, berkaitan dengan asas hukum, norma hukum dan peraturan hukum konkret, serta system hukum dan penemuan
hukum yang berkaitan dengan obyeknya.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK INDONESIA DAN KEPAILITAN
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Pengertian Bank Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart ialah badan usaha yang wujudnya ialah memuaskan keperluan orang lain, dengan cara memberikan kredit
yang berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan cara dengan menambah uang baru kertas atau logam.
Menurut O.P Simorangkir, “Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Ada pun pemberian kredit
itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-danayang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru
berupa uang giral.
13
Sementara itu, dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 menyatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
13
Sentosa Sembiring, 2012, Hukum Perbankan, Cv. Mandar Maju, Bandung, h.1.
18