1. Landasan Pendidikan Anak Autis
Pelaksanaan pendidikan untuk anak autis memiliki landasan yuridis dan landasan empiris seperti di bawah ini Yosfan Azwandi, 2005:
134. a. Landasan Yuridis
1 UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat 1 berbunyi: “Warga negara yang memiliki
kelainan fisik danatau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa.
2 Rancangan Peraturan Pemerintah tahun 2002 tentang
Pendidikan Luar Biasa yang merupakan penyempurnaan terhadap PP PLB, pada salah satu pasalnya berbunyi bahwa
anak yang memerlukan perhatian khusus, sehingga perlu pelayanan pendidikan khusus, antara lain adalah anak autis.
b. Landasan empiris Autisme merupakan gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi,
interaksi sosial,
dan aktivitas
imajinasisimbolik. Gangguan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda dengan gangguan lainnya seperti tunagrahita, dan
lain sebagainya. Sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang memiliki cara atau metode khusus. Namun kenyataan di
lapangan banyak anak autis yang tidak dapat diterima di sekolah umum. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan dan
6
informasi tentang anak autis serta pelayanannya terutama di kalangan praktisi pendidikan luar biasa Yosfan Azwandi, 2005:
135
2. Model Pendidikan Formal bagi Anak Autis
Pendidikan formal bagi anak autis dapat diselenggarakan dalam bentuk: kelas transisi, pendidikan terpadu, pendidikan inklusi, sekolah
khusus, sekolah di rumah homeschooling dan panti rehabilitasi Quill dalam Yosfan Azwandi, 2005: 135. Model pendidikan tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut. a. Kelas transisi
Anak autis yang telah dinyatakan sukses menjalani pendidikan awal dan terapi dapat dimasukkan ke dalam kelas transisi. Model kelas
transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan menggunakan acuan kurikulum SD yang berlaku. Hanya saja
kurikulum tersebut telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak autis Yosfan Azwandi, 2005: 135
b. Program pendidikan inklusi Pendidikan inklusif merupakan salah satu pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus sehingga dapat belajar bersama dengan anak normal. Sebagaimana ditetapkan dalam
Permendiknas No.70 tahun 2009 Ima Ayu Suryani, 2014. Program pendidikan inklusi dilaksanakan pada sekolah regular yang memerlukan
layanan khusus termasuk anak autis. Program ini dapat berhasil apabila terdapat Yosfan Azwandi, 2005: 137:
1 keterbukaan dari sekolah umum; 2 test masuk tidak didasarkan pada test IQ untuk anak normal;
3 peningkatan SDMguru terkait; 4 proses shadowingguru pendaming;
5 idealnya anak mempunyai Program Pembelajaran Individual; 6 anak dapat “lulus” dari sekolahnya apabila mampu melewati
pendidikan di kelasnya bersama-sama teman sekelasnya; dan 7 tersedianya tempat khusus special unit apabila anak
memerlukan terapi 1 : 1 di sekolah umum. c. Program pendidikan terpadu
Setiap anak autis mempunyai kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Sebagian anak autis dapat belajar bersama siswa lain di
sekolah regular dalam satu kelas, ada pula yang hanya mampu belajar bersama untuk mata pelajaran tertentu saja. Oleh karena itu anak autis
memerlukan penanganan intensif akan mata pelajaran yang tertinggal. Dalam hal ini secara teknis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam
pendidikan terpadu memerlukan kelas khusus yang hanya digunakan autis dengan didampingi oleh guru pembimbing khusus GPK untuk pelajaran
tertentu yang tidak dapat dimengerti oleh anak autis Yosfan Azwandi, 2005: 142
d. Sekolah Khusus Autis Sekolah ini diperuntukkan bagi anak autis yang tidak
memungkinkan mengikuti pendidikan dan pengajaran di sekolah reguler terpadu dan inklusi. Anak-anak ini sangat sulit untuk dapat
berkonsentrasi dengan adanya distraksi di sekeliling mereka. Dalam hal
8
ini, anak tersebut diberi pendidikan dan pengajaran yang difokuskan dalam program fungsional, misalnya program bina diri ADL, bakat, minat, dan
lain sebagainya. Pemberian program fungsional tersebut diberikan sesuai dengan potensi yang dimiliki anak autis Yosfan Azwandi, 2005: 142.
e. Program sekolah di rumah Sebagian anak autis mengalami kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran di sekolah karena memiliki keterbatasan tertentu, seperti mengalami gangguan non verbal, retardasi mental, masalah motorik dan
auditory, dan sebagainya. Anak ini sebaiknya diberi kesempatan ikut serta dalam Program Sekolah di rumah Homeschooling Program.
Penanganan program sekolah dirumuskan melalui tim yang terdiri dari orangtua, tim medis, psikolog, orthopedagogik, guru, para terapis dan
pekerja sosial untuk merancang program pelayanan anak autis di rumah, sehingga hasil yang dicapai optimal Yosfan Azwandi, 2005: 143.
f. Panti rehabilitasi autis
Anak autis yang memiliki kemampuan rendahterbatas yang tidak memungkinkan mengikuti pendidikan di sekolah khusus dan memerlukan
perawatan, hendaknya mereka dilayani di Panti Rehabilitasi Autis. Keuntungan yang diperoleh apabila anak autis dilayani di Panti Griya
Rehabilitasi autis adalah anak mendapat layanan sesuai kebutuhan serta potensi yang dimiliki meskipun sangat rendah dapat dikembangkan
secara optimal Yosfan Azwandi, 2005: 144-145.
9
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya suatu landasan yuridis serta empiris yang menunjukkan pentingnya
layanan pendidikan bagi anak autis. Di samping itu terdapat beberapa model layanan pendidikan untuk anak autis, di antaranya adalah kelas
transisi, program pendidikan inklusi, program pendidikan terpadu, sekolah khusus autis, program sekolah di rumah, dan panti rehabilitasi autis.
Model layanan pendidikan tersebut bertujuan untuk dapat membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak autis sehingga mereka dapat
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Kajian tentang Asesmen untuk Layanan Pendidikan Anak Autis 1. Pengertian Asesmen Anak Autis