c Objektif: asesmen dilakukan secara terencana dan sistematis dengan menggunakan kriteria yang jelas.
d Mendidik proses dan hasil asesmen dapat dijadikan pedoman atau dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan
mutu pembelajaran sehingga potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal.
Pelaksanaan asesmen tidak terhenti pada pencarian informasi tentang profil anak dan pemberian program yang tepat. Akan tetapi
asesmen harus dipandang sebagai proses yang berkelanjutan serta fleksibel yang mampu membantu anak autis menjadi individu yang berkembang
secara optimal sesuai potensinya.
4. Metode Pengumpulan Data Asesmen Anak Autis
Metode asesmen adalah cara untuk mengumpulkan atau mendapatkan informasi yang akurat dan lengkap, sehingga dari informasi
yang diperoleh dapat dibuat kesimpulan yang benar dalam menegakkan diagnosis Riana Bagaskorowati, 2010: 69. Terdapat beberapa metode
pengumpulan data selama proses asesmen berlangsung Lerner J. dalam Mumpuniarti, dkk, 2014 antara lain: a sejarah kasus atau wawancara, b
observasi perilaku anak, c rating scale, d penelusuran kasus, dan e tes terstandar. Informasi dalam satu metode dapat mengarahkan ke pencarian
data dengan metode lain. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih asesmen yang tepat untuk anak autis. Paynter 2015: 106
menjelaskan faktor-faktor tersebut meliputi rekomendasi beberapa pertanyaan, karakteristik anak misalnya, usia kronologis dan mental,
6
kemampuan verbal dan karakteristik tes misalnya, rentang usia, norma- norma, waktu, biaya, pelatihan.
a Sejarah kasus atau wawancara Sejarah kasus memberikan informasi mengenai latar belakang
munculnya permasalahan pada anak autis. Perolehan informasi mengenai latar belakang anak autis dapat menggunakan metode wawancara. Metode
wawancara membutuhkan beberapa pertanyaan untuk mengungkap dan mendapatkan informasi secara komprehensif Riana Bagaskorowati, 2010:
71. Data yang dapat diperoleh melalui wawancara adalah informasi yang berkaitan dengan Riana Bagaskorowati, 2010: 71:
1 identitas individu atau anak 2 identitas orangtua dan anggota keluarga yang serumah,
3 hambatan-hambatan faktor risiko apa yang ada pada diri individu atau anak, keluarga, dan masyarakat yang menjadi faktor
hambatan. 4 kekuatan-kekuatan faktor protektif apa yang dimiliki oleh
individu atau anak, keluarga, dan masyarakat sebagai faktor protektif dari hambatan yang dihadapi;
5 bagaimanakah individu atau anak dilihat orang lain dan bagaimanakah teman-teman melihat dirinya;
6 apa yang dipikirkan individu atau anak dan bagaimana ia menjelaskan mengenai kejadian-kejadian dalam kehidupannya;
7 bagaimana orang akan melukiskan hubungan antarpribadi individu atau anak;
8 bagaimanakah emosi dan suasana hati yang paling menentukan individu atau anak dan kapan serta bagaimana hal tersebut
memengaruhi; dan 9 bagaimanakah individu atau anak menghadapi kegagalan maupun
keberhasilan. Sejarah kasus hendaknya memuat data yang lengkap berkenaan
dengan indentitas anak Sunardi Sunaryo, 2007: 95. Sehingga data yang diperoleh dapat membantu guru maupun tenaga ahli untuk
mengetahui secara lebih mendalam tentang kondisi anak autis. Guru maupun tenaga ahli dapat menganalisis segala kebutuhan yang diperlukan
anak autis melalui sejarah kasus yang kemudian dapat merencanakan pemberian layanan yang sesuai dengan kondisi anak autis.
b Observasi Observasi adalah teknik pengumpul data asesmen yang dilakukan
dengan cara mencatat hasil pengamatan terhadap objek tertentu Nani Triani, 2012: 18. Pelaksanaan observasi dapat dilakukan secara sistematik
ataupun tidak sistematik. Dalam observasi sistematik, pengamat
difokuskan pada satu atau lebih perilaku khusus dan melakukan pengukuran terkait dengan frekuensi, durasi, magnitude dan seterusnya.
Sedangkan dalam proses observasi yang tidak sistematik, pengamat melihat dengan seksama individu dalam lingkungannya dan mencatat hal-
8
hal yang signifikan terkait dengan perilaku-perilakunya, karakteristik dalam interaksinya dengan lingkungan Sunardi Sunaryo, 2007: 91.
Ysseldyke dan Algozzine dalam Mumpuniarti, dkk 2014 memaparkan tentang beberapa informasi yang dapat diperoleh guru
berdasarkan observasi perilaku anak antara lain: 1 kemampuan intelektual; 2 kemampuan akademik; 3 kepekaan sensori; 4 kemampuan
beradaptasi; 5 perkembangan bahasa; 6 perkembangan psikologis; dan 7 perkembangan perseptual motor.
Hal serupa juga dipaparkan oleh Yosfan Azwandi 2005: 58 mengenai sasaran dari asesmen anak autis adalah mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan anak di bidang: 1 kognitif, 2 motorik kasar, 3 motorik halus, 4 bahasa dan komunikasi, 5 interaksi sosial, 6
kemampuan bantu diri, 7 penglihatan, 8 pendengaran, 9 nutrisi, dan 10 otot-otot mulut. Hallahan, Kauffman, Pullen 2009: 444 menjelaskan
bahwa terdapat dua area penting dalam asesmen anak autis adalah kemajuan dalam perkembangan bahasa dan sosialperilaku adaptif.
c Tes Tes dalam pelaksanaan asesmen dapat dibagi kepada dua macam,
yaitu tes terstruktur dan tes tidak terstruktur. Tes terstruktur merupakan seperangkat alat tes yang meminta subjek untuk menjawab pertanyaan
secara tegas dan maknanya uniform, serta merespons pertanyaan dengan cara terbatas. Tes terstruktur membutuhkan standarisasi yang hati-hati dan
norma yang representatif. Sedangkan tes tidak terstruktur tidak terdapat
9
ikatan yang terlalu kuat akan adanya butir tes dan lebih menekankan pada bagaimana testee merespons terhadap alat tes yang ambiguos Riana
Bagaskorowati, 2010: 72 Tes sekalipun dapat dibedakan dengan observasi, namun dalam
pelaksanaannya menjadi satu kesatuan. Artinya, ketika anak melakukan tugas-tugas perintah dalam tes, pada saat itu juga secara bersamaan
dilakukan kegiatan observasi Sunardi Sunaryo, 2007: 97. Terdapat beberapa metode dalam pengumpulan data asesmen. Hal
ini diperlukan agar permasalahan serta kekuatan pada anak autis dapat terungkap secara keseluruhan dan akurat. Sehingga berdasarkan data yang
dikumpulkan oleh berbagai metode dapat menentukan program layanan pendidikan yang tepat dan sesuai bagi anak autis.
5. Tim Multidisipliner Asesmen Anak Autis