Tahapan dalam Pelaksanaan Asesmen Anak Autis

Kegiatan asesmen dimaksudkan untuk mengidentifikasi karakteristik anak, menentukan penempatan anak dalam suatu sistem layanan bantuan, mengevaluasi kemajuan anak, dan memprediksi kebutuhan akademik dan non akademik anak Hoy Gregg, 1993 dalam Yosfan Azwandi, 2005: 58. Adapun tujuan asesmen anak autis adalah untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan Yosfan Azwandi, 2005: 58: a penjelasan mengenai karakteristik anak autis; b penempatan anak autis dalam satu program layanan bantuan; c mengevaluasi kemajuan anak yang sedang mengikuti satu program layanan bantuan; dan d memprediksi kebutuhan khusus anak autis baik akademik maupun non-akademik. Asesmen anak autis diperlukan untuk mengungkap gejala-gejala berdasarkan karakteristik yang muncul sehingga diketahui kekuatan, kelemahan, kesulitan dan potensi yang dimiliki anak untuk diberikan layanan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Asesmen juga menjadi acuan untuk melakukan evaluasi apakah program yang diberikan dapat menunjukkan kemajuan yang berarti pada seorang anak. Maka proses asesmen ini tidak hanya terhenti pada pemberian program yang sesuai untuk anak akan tetapi proses yang terus menerus untuk dapat membantu seorang anak berhasil mencapai tujuan pendidikan.

3. Tahapan dalam Pelaksanaan Asesmen Anak Autis

Tahapan dalam asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua komponen yaitu: prereferral dan postreferral Taylor, 2009: 50. Sebelum Identifikasi Awal observasi, tes berbasis kriteria maupun norma Menentukan materi pembelajaran Komponen prereferal Komponen postreferal Menentukan strategi pembelajaran Implementasi program pembelajaran Evaluasi pembelajaran Dokumentasi kemampuan anak saat ini Kelayakan dan penentuan penempatan Penentuan tujuan Evaluasi tujuan melakukan prereferal dan postreferal tahapan yang harus dilakukan adalah identifikasi. Identifikasi merupakan tahap awal memperoleh informasi dalam melakukan asesmen Nani Triani, 2012: 15. Pada tahap identifikasi ditengarai munculnya masalah yang dirasakan guru kelas dan guru melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Apabila masalah dapat diatasi maka guru tidak perlu merefer ke guru khusus, namun apabila permasalahan berlanjut maka diperlukan referal Mumpuniarti, dkk, 2014: 8. Secara lebih spesifik Taylor 2009 menjabarkan perpindahan antara langkah prereferal menuju referal sebagai berikut. Pada tahap selanjutnya, dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber dan dilakukan pertemuan untuk membuat rancangan PPI yang Referal Rerferal memasukkan data dari komponen prereferal Gambar 1: Bagan perpindahan prereferal menuju referal dilakukan oleh kepala sekolah, guru kelas, dan guru khusus. Penentuan kelayakan untuk memberikan layanan khusus diperlukan berdasarkan hasil diskusi tim asesmen Mumpuniarti, dkk, 2014: 8. Proses dari kolaborasi tim dalam menentukan perencanaan penanganan anak dapat dijabarkan sebagai berikut Ysseldyke Algozzine, 2006; Mumpuniarti, dkk, 2014. a Guru menggambarkan terlebih dahulu tentang hal yang menjadi perhatian dari anak. Dalam hal ini diperlukan pembedaan antara kemampuan saat ini dengan kemampuan yang diharapkan guru untuk dicapai anak. b Tim berbagi informasi tentang bagaimana saat ini pembelajaran diberikan kepada anak, kebutuhan belajar di lingkungan kelas maupun rumah. c Tim membuat kesepakatan tentang kebutuhan pembelajaran anak. d Tim mendeskripsikan aktivitas pendukung yang diperlukan di rumah untuk mendukung program pembelajaran di sekolah. e Tim mengidentifikasi peran serta orangtua dalam program tersebut. f Tim melakukan curah gagasan tentang penanganan yang diperlukan oleh anak. g Tim menentukan jenis penanganan. h Tim berbagi sumber dan mendiskusikan kerjasama untuk melaksanakan penanganan tersebut. Asesmen merupakan suatu proses yang dinamis yang dilakukan dengan tujuan jelas. Proses asesmen harus dapat dipantau dan harus cukup fleksibel untuk dimodifikasi jika diperlukan Taylor, 2009: 50. Dalam pelaksanaan asesmen terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip asesmen tersebut adalah sebagai berikut Nani Triani, 2012: 7. a Menyeluruh: asesmen dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh aspek yang menjadi fokus masalah peserta didik. b Berkesinambungan: asesmen dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus-menerus untuk memperoleh informasi secara holistik atau menyeluruh tentang peserta didik. c Objektif: asesmen dilakukan secara terencana dan sistematis dengan menggunakan kriteria yang jelas. d Mendidik proses dan hasil asesmen dapat dijadikan pedoman atau dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu pembelajaran sehingga potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. Pelaksanaan asesmen tidak terhenti pada pencarian informasi tentang profil anak dan pemberian program yang tepat. Akan tetapi asesmen harus dipandang sebagai proses yang berkelanjutan serta fleksibel yang mampu membantu anak autis menjadi individu yang berkembang secara optimal sesuai potensinya.

4. Metode Pengumpulan Data Asesmen Anak Autis