Pajak Pertambahan Nilai PPN

3. Menurut pemungutan a. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Materai. b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame dan Pajak Hiburan.

2. Pajak Pertambahan Nilai PPN

a. Dasar Hukum UU No.8 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan UU No.11 Tahun 1994 dan UU No.18 Tahun 2000. b. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri Daerah Pabean, baik konsumsi barang maupun jasa, sedangkan barang dan jasa yang diekspor dikenakan pajak dengan tarif 0 nol persen. c. Subyek Pajak Pertambahan Nilai 1. Pengusaha orang pribadi atau badan yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan UU No.8 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No.10 15 Tahun 2000, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 2. Pengusaha kecil orang pribadi atau badan menyerahkan barang kena pajak atau jasa kena pajak, dan memilih menjadi pengusaha kena pajak. Ketentuan pengusaha kecil PPN diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.5KMK.042000. Adapun batasan pengusaha kecil PPN adalah: a. Pengusaha dalam satu tahun buku melakukan penyerahan BKP tidak lebih dari Rp. 360 juta; atau b. Pengusaha dalam satu tahun buku melakukan penyerahan JKP tidak lebih dari Rp. 180 juta; atau c. Pengusaha dalam satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan JKP tidak lebih dari Rp. 360 juta dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan lebih dari 50 dari jumlah seluruh peredaran bruto dan penerimaan bruto d. Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan JKP tidak lebih dari Rp. 180 juta, jika penerimaan Jasa Kena Pajak lebih dari 50 dari jumlah seluruh peredaran bruto dan penerimaan bruto. d. Obyek Pajak Pertambahan Nilai Obyek Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: 1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; 16 Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak b. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha dan pekerjaannya. 2. Impor Barang Kena Pajak; 3. Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau kegiatan pengusaha yang bersangkutan. 4. Memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean atau terhadap jasa yang berasal dari luar Daerah 17 Pabean yang dimanfaatkan di dalam Daerah Pabean dikenakan pajak menurut Undang-undang PPN 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak 7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan 8. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan, semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan. e. Dasar Pengenaan Pajak Dasar Pengenaan Pajak DPP adalah jumlah harga jual atau pengganti atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang. Jenis Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah: 1. Harga Jual Nilai berupa uang yang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. 2. Penggantian Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. 18 3. Nilai Impor Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk ditambah pungutan yang dikenakan sesuai UU Pabean tidak termasuk PPN. 4. Nilai Ekspor Nilai berupa uang yang termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak 1. Pemakaian Sendiri DPP = Harga Pokok Harga jual atau Penggantian dikurangi laba kotor PPN = 10 x Harga Pokok Penjualan 2. Pemberian Cuma-cuma DPP = Harga Pokok Harga jual atau Penggantian dikurangi laba kotor PPN = 10 x Harga Pokok Penjualan 3. Penyerahan Rekaman SuaraGambar DPP = Perkiraan harga jual rata-rata PPN = 10 x Perkiraan harga jual rata-rata 4. Penyerahan Film Cerita DPP = Perkiraan rata-rata per judul film PPN = 10 x Perkiraan rata-rata per judul film 19 5. Persedian Barang Kena Pajak BKP yang tersisa saat pembubaran perusahaan sepanjang pajak masukan atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan DPP = Harga Pasar Wajar PPN = 10 x Harga Pasar Wajar 6. Aktiva yang tujuan semula tidak diperjualbelikan yang tersisa saat pembubaran perusahaan DPP = Harga Pasar Wajar PPN = 10 x Harga Pasar Wajar f. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Terdapat 3 tiga metode dalam menghitung PPN, yaitu: 1. Addition Method 2. Subtraction Method metode langsung 3. Credit Method metode tidak langsung Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah dengan tarif 10 atau 0 untuk ekspor Barang Kena Pajak. 20 Tarif x Penjumlahan Nilai Tambah Tarif x Harga Penjualan – Harga Pembelian Pajak Keluaran – Pajak Masukan PPN Terutang = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak Pengusaha Kena Pajak yang akan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan wajib memberitahukan kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dengan cara membubuhkan catatan pada kolom yang tersedia dalam surat pemberitahuan Masa Pertambahan Nilai yang bersangkutan tentang penggunaan pedoman Pengkreditan Pajak Masukan. g. Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan 1. Pajak Keluaran bagi Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan pedoman perhitungan pengkreditan Pajak Masukan, dihitung dengan cara: 2. Adapun besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan bagi Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan pedoman perhitungan pengkreditan Pajak Masukan, dihitung dengan menggunakan pedoman sebagai berikut: a. untuk penyerahan Barang Kena Pajak sebesar 70 dikalikan 70 x Jumlah Pajak Keluaran pada masa pajak bersangkutan b. untuk penyerahan Jasa Kena Pajak, sebesar 40 x Jumlah Pajak Keluaran pada masa pajak bersangkutan 21 Nilai peredaran bruto dan atau penerimaan x PPN bruto yang terutang PPN Pada masa Pajak Mekanisme pemungutan PPN berdasarkan Undang-undang PPN adalah: 1. Secara umum PPN yang terutang atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak PKP Penjual. Dengan demikian, pembeli BKPJKP yang bersangkutan wajib membayar kepada PKP penjual sebesar harga jual ditambah PPN yang terutang 10. 2. Namun demikian, apabila yang bertindak sebagai pembeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut berstatus Pemungut PPN Pembeli Khusus, PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKPJKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke Kas Negara oleh Pemungut PPN tersebut atas nama PKP Penjual. Dengan demikian, Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN 10 disetor langsung ke Kas Negara. 3. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai Pembeli Khusus terdiri dari: a. Kantor Perbendaharan dan Kas Negara KPKN serta Bendaharawan Pemerintah pusat atau daerah yang dananya berasal dari APBN atau APBD b. Pertamina 22 c. Badan Usaha Milik NegaraDaerah, termasuk Bank Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah d. Perusahaan Kontrak Karya KK dan Kontrak Bagi Hasil KBH pertambangan atau pengeboran. h. Sifat, Tipe dan Prinsip Pemungutan Sifat Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu: 1. PPN sebagai pajak obyektif Artinya, pemungutan mendasarkan obyeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. 2. PPN sebagai pajak tidak langsung Artinya, secara ekonomis beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain. Dari segi yuridis tanggung jawab penyetoran pajak tidak berada pada penanggung pajak. a. Pemungut PPN Multi Stage Tax Pemungut PPN dilakukan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi dari pabrikan, pedagang besar sampai dengan pengecer. b. PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti faktur pajak Credit Method sebagai metode yang digunakan dengan konsekuensi Pengusaha Kena Pajak harus menerbitkan faktur pajak sebagai bukti pengutan PPN. c. PPN bersifat netral Netralitas ini dapat dibentuk karena adanya 3 tiga faktor: 23 1.PPN dikenakan atas konsumsi barang dan jasa 2.PPN dipungut dengan menggunakan prinsip tempat tujuan 3.PPN tidak menimbulkan pajak ganda. d. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan BKPJKP dilakukan atas konsumsi dalam negeri. Tipe pemungutan 1. Consumption Type Value Added Tax Pembelian yang digunakan untuk produksi termasuk barang modal dikurangkan dari nilai tambahnya sehingga memberikan sifat netral PPN atas pola produksi. 2. Net Income Type Value Added Tax Adanya pengurangan pembelian barang modal dari dasar pengenaan, diperkenankan hanya sebesar penyusutan. 3. Gross Product Type Value Added Tax Pada tipe ini pembelian barang modal tidak diperkenankan untuk dikurangkan dari dasar pengenaan pajak Prinsip Pemungutan Pajak Dari mekanisme pemungutan PPN terdapat 2 dua prinsip pemungutan, yaitu: 1. Prinsip Tempat Tujuan Destination PPN dipungut di tempat barang atau jasa dikonsumsi 2. Prinsip Tempat Asal Original Principle PPN dipungut di tempat asal barang atau jasa dikonsumsi 24 Saat Terutang Pajak 1. Penyerahan Barang Kena Pajak 2. Impor Barang Kena Pajak 3. Penyerahan Jasa Kena Pajak 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dilakukan oleh pengusaha Tempat Pajak Terutang 1. Untuk penyerahan Barang Kena PajakJasa Kena Pajak a. Tempat tinggal b. Tempat kedudukan c. Tempat kegiatan usaha dilakukan Jika mempunyai lebih dari satu tempat usaha, atas permohonan pengusaha kena pajak dapat ditetapkan salah satu tempat usaha sebagai tempat pajak terutang. 2. Untuk impor di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan ke dalam Daerah Pabean dan dihubungkan dengan tempat penyelesaian Bea Masuk. 3. Untuk pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud danatau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, di tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar. 25 i. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai oleh Pemungut PPN 1. Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan pada saat dilakukannya pembayaran atas BKPJKP oleh Pemungut PPN 2. Pada saat PKP Rekanan menyampaikan tagihan fakturinvoice, PKP Rekanan wajib membuat: a. Faktur Pajak b. Surat Setoran Pajak SSP dengan identitas dan NPWP PKP Rekanan c. Faktur Pajak dibuat rangkap 3: Lembar 1 untuk Pemungut PPN Lembar 2 untuk Arsip PKP Rekanan Lembar 3 untuk KPP melalui Pemungut PPN Dan ditandatangani oleh Pemungut PPN yang bersangkutan. d. SSP dibuat rangkap 5: Lembar 1 untuk arsip PKP Rekanan Lembar 2 untuk KPP melalui KPKN Lembar 3 untuk dilampirkan pada SPT masa PPN-PKP Rekanan Lembar 4 untuk BankKantor Pos Lembar 5 untuk Pemungut PPN j. Faktur Pajak Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak karena penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan 26 Jasa Kena Pajak atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Saat Pembuatan Faktur Pajak Faktur pajak standar harus dibuat paling lambat: 1. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak BKP dan atau penyerahan keseluruhan Jasa Kena Pajak JKP dalam hal pembayaran diterima setelah bulan penyerahan BKP dan atau penyerahan keseluruhan JKP, kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya maka Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat pada saat penerimaan pembayaran; 2. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan atau sebelum penyerahan JKP; atau 3. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan 4. Pada saat PKP Rekanan menyampaikan tagihan kepada pemungut PPN. Faktur Pajak gabungan yang merupakan Faktur Pajak Standar dibuat paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan JKP. Faktur Pajak Sederhana harus dibuat pada saat: 1. Penyerahan BKP dan atau saat penyerahan JKP, atau 27 2. Pada saat pembayaran apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau JKP Tata Cara Penggantian Faktur Pajak Standar Yang Hilang Faktur Pajak Standar yang hilang dapat diganti dengan cara: 1. PKP Pembeli atau penerima JKP dapat mengajukan permohonan tertulis kepada PKP Penjual atau pemberi JKP dengan tindasan kepada KPP tempat PKP Pembeli atau penerima JKP dikukuhkan maupun kepada KPP di tempat PKP Penjual atau pemberi JKP dikukuhkan. 2. Berdasarkan permohonan dari PKP Pembeli atau penerima JKP, PKP Penjual atau penerima JKP membuat fotokopi dari arsip Faktur Pajak Standar yang disimpan oleh PKP Penjual atau pemberi JKP untuk dilegalisir oleh KPP tempat PKP Penjual atau pemberi JKP dikukuhkan. 3. Legalisir diberikan oleh KPP tempat PKP Penjual atau pemberi JKP dikukuhkan setelah meneliti Surat Pemberitahuan Masa PPN SPT Masa PPN dari PKP Penjual atau pemberi JKP tersebut. 4. KPP tempat PKP Pembeli atau penerima JKP dikukuhkan wajib melakukan penelitian atas SPT Masa PPN dari PKP Pembeli atau penerima JKP untuk meyakinkan bahwa Faktur Pajak yang dilaporkan hilang tersebut telah dikreditkan sebagai Pajak Masukan. 28 k. Surat Pemberitahuan Masa SPT Masa Surat Pemberitahuan Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat Pemberitahuan Masa SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak: 1. Sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang 2. Melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran 3. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan melalui pihak lain dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Fungsi SPT bagi Pemotong atau Pemungut Pajak: 1. Sebagai sarana pelaporan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetor. 2. Melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran. 3. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan danatau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, 29 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Batas waktu penyampaian SPT Masa: 1. SPT Masa PPN yang disampaikan oleh pengusaha kena pajak batas waktu penyampaian terakhir tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. 2. PPN yang dipungut Dirjen Bea dan Cukai yang disampaikan oleh Dirjen Bea dan Cukai batas waktu penyampaian terakhir 7 hari setelah penyetoran. Pembayaran Masa: 1. PPN dan PPnBM batas waktu pembayarannya tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. 2. PPN dan PPnBM impor batas waktu pembayarannya bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk, jika Bea Masuk ditunda atau dibebaskan harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen impor satu hari setelah pemungutan pajak dilakukan tanggal 7 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. 3. PPN dan PPnBM impor yang pemungutannya dilakukan oleh Dirjen Bea dan Cukai batas waktu pembayaran tanggal 25 Maret 30 tahun berikutnya atau jatuh tempo pada tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak. 4. PPN dan PPnBM bendaharawan batas waktu pembayaran karena adanya Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding sesuai dengan tanggal yang tercantum dan surat yang bersangkutan.

3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah PPnBM