Pentingnya Kepatuhan PKP Dalam Proses Penerimaan PPN

penurunan pada triwulan II dan triwulan III sehingga rata-rata penerimaan pajak yang dihasilkan menjadi lebih rendah apabila dibandingkan dengan penerimaan pada triwulan I. Tabel 2.6 berisi laporan perkembangan PKP dengan realisasi penerimaan pajak yang dicapai pada SPT Masa PPN tahun 2001. Pada triwulan I dan triwulan II realisasi penerimaan pajak KPP Klaten dihitung menjadi satu baik itu sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor jasa. Jumlah setoran masa triwulan I sebesar Rp 8.764.286.459 sedangkan jumlah setoran masa pada triwulan II Rp 14.489.050.610. Data ini diperoleh dari daftar tabelaris yang ada di KPP Klaten. Jumlah PKP terdaftar bertambah setiap triwulannya. Dari tabel 2.6 jumlah realisasi penerimaan pajak sektor industri pada triwulan III dengan triwulan IV menurun. Rata-rata penerimaan pajak yang diperoleh setiap PKP terdaftar juga menjadi lebih rendah. Sedangkan pada sektor perdagangan dan sektor jasa rata-rata penerimaan pajak yang diperoleh mengalami peningkatan. Hal ini berarti sebanding dengan bertambahnya PKP terdaftar, realisasi penerimaan pajak juga meningkat. Pada tabel 2.7 jumlah PKP terdaftar terus bertambah setiap triwulan pajak. Sedangkan jumlah penerimaan pajak setiap triwulan pajaknya berubah. Rata-rata penerimaan pajak setiap PKP terdaftar mengalami penurunan.

3. Pentingnya Kepatuhan PKP Dalam Proses Penerimaan PPN

a. Pentingnya Kepatuhan PKP Dalam Proses Penerimaan Pajak 50  Fungsi equity atau kepatuhan adalah: 1. Jus adjuvandi, untuk menyesuaikan dengan hukum 2. Jus splendi, untuk menambah hukum 3. Jus origendi, untuk mengoreksi hukum  Pengusaha Kena Pajak berkewajiban antara lain untuk: 1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP. 2. Membuat Faktur Pajak atas setiap penyerahan kena pajak. 3. Membuat Nota Retur dalam hal terdapat pengembalian BKP 4. Melakukan pencatatan dalam pembukuan mengenai kegiatan usahanya. 5. Menyetor pajak yang terutang. 6. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN.  Terlepas dari kesadaran kewarganegaraan dan solidaritas nasional, lepas pula dari pengertiannya tentang kewajibannya terhadap negara, pada sebagian besar diantara rakyat tidak pernah mengetahui kewajibannya membayar pajak, sehingga memenuhi tanpa menggerutu. Dalam pelaksanaannya banyak usaha yang dilakukan Wajib Pajak untuk meloloskan diri dari kewajiban membayar pajak tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam usahanya untuk mengurangi kewajiban pajaknya itu dinamakan perlawanan terhadap pajak R. Santoso Brotodiharjo, 1993. Perlawanan terhadap pajak terdapat dua bentuk, yaitu: 51 1. Perlawanan Pasif Perlawanan pasif terdiri dari hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak dan yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, dengan perkembangan intelektual dan moral penduduk, dan dengan teknik pengembangan. 2. Perlawanan Aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan, yang secara langsung ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak. Diantaranya dapat dibedakan menjadi cara-cara sebagai berikut: a. Penghindaran diri dari pajak Pembayaran pajak dengan mudah dapat dihindari dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan dikenakannya pajak, yaitu dengan meniadakan atau tidak melakukan hal-hal yang dapat dikenakan pajak. Menghindari pajak yang merupakan gejala biasa pada pajak-pajak atas penggunaan, biasanya dilakukan dengan penahanan diri atau dengan penggunaan surogat; orang mengurangi atau menekan konsumsinya dalam barang- barang yang dapat dikenakan pajak, ataupun orang menggantinya dengan surogat yang tidak atau kurang dikenakan pajak. 52 Penghindaran diri secara yuridis berbentuk perbuatan dengan cara sedemikian rupa, sehingga perbuatan- perbuatan yang dilakukan tidak terkena penerapan Undang-undang Pajak. Biasanya perbuatan tersebut merupakan memanfaatkan dari kekosongan dan atau ketidakjelasan dari Undang-undang yang dimaksud. Dengan demikian pada penghindaran pajak, Wajib Pajak tidak melanggar peraturan Undang- undang secara tegas, sekalipun kadang-kadang dengan jelas berbuat bertentangan dengan maksud pembuat Undang-undang. Oleh karena itu penghindaran diri dari pajak secara yuridis itu dapat dinamakan pengelakan pajak secara ilegal. b. Pengelakanpenyelundupan pajak Menghindarkan diri dari pajak tidak dapat selalu dilaksanakan, sebab tidak dapat menghindari semua unsur atau fakta yang dapat dikenakan pajak. Namun apabila penghindaran diri dari pajak tidak dapat dilaksanakan, maka Wajib Pajak berusaha menggunakan cara-cara lain, diantaranya dengan cara yang disebut 53 dengan pengelakan pajak, misalnya dengan cara penyelundupan. Pada hakikatnya, yang menjadi soal disini ialah suatu bentuk simulasi perbuatan pura-pura; keadaan yang sebenarnya disembunyikan dengan, misalnya mengajukan suatu perbuatan yang tidak benar, atau memberikan data yang tidak benar. c. Melalaikan pajak Bentuk perlawanan aktif yang lain adalah dengan melalaikan pajak, yaitu menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas- formalitas yang harus dipenuhi olehnya. Yang paling banyak digunakan ialah usaha mengagalkan pemungutan pajak dengan menghalang-halangi penyitaan dengan cara melenyapkan barang-barang yang sekiranya akan dapat disita oleh fiskus dengan jalan mengganti suatu perusahaan pribadi menjadi suatu perseroan, atau menjual barang-barang yang dapat disita atau memindah- tangankan atas nama istri atau orang lain bukan karena keharusan. b. Data Penyetoran dan Penyampaian SPT Masa PPN Periode 2000-2002 TABEL 2.8 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2000 54 TRIWULAN I Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 272 230 595 111 89 46 40 32 10 86 81 441 237 202 497 87,13 87,82 83,52 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.9 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2000 TRIWULAN II Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 275 242 606 116 100 45 43 31 13 85 78 436 244 209 494 88,72 86,36 81,51 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.10 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2000 TRIWULAN III Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase 55 Industri Perdagangan Jasa 282 251 622 123 110 49 40 29 16 83 80 438 246 219 503 87,23 87,25 80,86 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.11 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2000 TRIWULAN IV Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 283 263 628 120 114 50 43 39 19 83 80 457 246 233 526 86,92 88,59 83,75 Sumber data: KPP Klaten Tabel tahun 2000 diatas terdapat 3 laporan penyampaian SPT yang terdiri dari: 1. Penyampaian SPT Masa PPN Industri 2. Penyampaian SPT Masa PPN Perdagangan 3. Penyampaian SPT Masa PPN Jasa Tabel diatas mengenai laporan penyampaian SPT Masa PPN yang dilakukan PKP terdaftar akan diperoleh persentase tingkat kepatuhan yang dilakukan PKP terdaftar dalam penyampaian SPT Masa PPN. 56 Persentase tingkat kepatuhan PKP terdaftar dapat diperoleh dari perbandingan antara jumlah PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN dengan jumlah keseluruhan PKP terdaftar kemudian hasilnya dikalikan 100. Tingkat Kepatuhan PKP = jumlah penyampaian SPT Masa PPN Jumlah PKP terdaftar Tabel tahun 2000 diatas setiap jenis SPT, PKP terdaftar mengalami penambahan jumlah setiap triwulan pajak. Tabel 2.8 PKP terdaftar SPT Masa PPN Indusri berjumlah 272 orang dan pada tabel 2.9 PKP terdaftar tersebut bertambah menjadi 275. Adanya bertambahan jumlah PKP terdaftar 3 orang. Ini juga terjadi pada jenis SPT lainnya dimana setiap triwulan pajak mengalami jumlah pertambahnya PKP terdaftar. Penulis membahas, apakah bertambahnya jumlah PKP terdaftar setiap triwulan pada SPT Masa PPN Industri, SPT Masa PPN Perdagangan, dan SPT Masa PPN Jasa tahun 2000 disertai kenaikan tingkat kepatuhan penyampaian SPT Masa PPN. Pada tabel tahun 2000 jenis SPT Industri jumlah penyampaian SPT Masa PPN Industri yang berasal dari penyampaian SPT kurang bayar, SPT lebih bayar, dan SPT nihil tingkat penyampaiannya mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah PKP yang selalu bertambah sehingga hal ini memepengaruhi persentase tingkat kepatuhan berubah. Tabel 2.11 jumlah PKP terdaftar bertambah 11 orang dari jumlah PKP 57 terdaftar triwulan I, akan tetapi jumlah penyampaian SPT Masa PPN Industri 246 SPT. Jumlah penyampaian SPT tersebut sama pada triwulan sebelumnya. Tingkat kepatuhan yang dihasilkan menurun menjadi 86,92. Pada jenis SPT Perdagangan tahun 2000 jumlah PKP terdaftar juga bertambah. Bertambahnya jumlah PKP terdaftar ini juga disertai peningkatan penyampaian SPT Masa PPN Perdagangan setiap triwulan pada tahun 2000. Jenis SPT Jasa tahun 2000 jumlah PKP terdaftar juga bertambah disertai peningkatan penyampaian SPT Masa PPN Jasa setiap triwulan tahun 2000. Hasil persentase tingkat kepatuhan mengalami kenaikkan dan penurunan, hal ini dikarenakan perbandingan peningkatan penyampaian SPT Masa PPN Jasa dengan bertambahnya jumlah PKP terdaftar Jasa tidak sama. TABEL 2.12 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2001 TRIWULAN I Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase 58 Industri Perdagangan Jasa 285 282 631 116 129 32 48 39 10 86 83 458 20 251 500 87,7 89,0 79,2 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.13 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2001 TRIWULAN II Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 288 304 687 119 126 44 49 52 14 86 82 480 254 260 538 88,1 85,5 78,31 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.14 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2001 TRIWULAN III Jenis SPT PKP SPT Masa PPN disampaikan 59 Terdaftar Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 293 318 723 122 134 45 44 55 19 88 87 498 254 276 562 86,68 86,79 77,73 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.15 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2001 TRIWULAN IV Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 298 341 728 126 154 52 43 52 24 84 88 506 253 294 582 84,85 86,21 79,94 Sumber data: KPP Klaten Pada tabel penyampaian SPT Masa PPN tahun 2001 diatas jenis SPT terdiri dari: 1. SPT Masa PPN Industri 2. SPT MasaPPN Perdagangan 3. SPT Masa PPN Jasa 60 Jumlah PKP terdaftar tahun 2001 pada sektor industri, perdagangan, dan jasa bertambah terus setiap triwulan pada tahun 2001. SPT Masa PPN Industri tabel 2.15 jumlah PKP terdaftar bertambah 13 orang sedangkan penyampaian SPT Masa PPN Industrinya justru mengalami penurunan dari penyampaian SPT triwulan sebelumnya. Sehingga persentase tingkat kepatuhan mengalami penurunan. Tabel tahun 2001 jenis SPT jasa tingkat kepatuhan yang dihasilkan paling rendah dibandingkan dengan tingkat kepatuhan SPT industri dan SPT perdagangan. Berdasarkan tabel tahun 2001 jumlah PKP terdaftar jasa lebih banyak daripada jumlah PKP terdaftar industri dan PKP terdaftar perdagangan. Bertambahnya jumlah PKP terdaftar jasa selalu disertai peningkatan jumlah SPT Masa yang disampaikan namun jumlah peningkatannya kurang sebanding sehingga persentase yang dihasilkan masih rendah dibandingkan tinkat kepatuhan PKP terdaftar industri dan PKP terdaftar perdagang TABEL 2.16 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2002 TRIWULAN I Jenis SPT PKP SPT Masa PPN disampaikan 61 Terdaftar Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 300 356 732 128 152 39 45 58 21 98 89 480 271 299 540 90,33 83,98 73,77 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.17 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2002 TRIWULAN II Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 308 371 752 126 145 41 48 66 23 98 95 498 272 306 562 88,31 82,47 74,73 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.18 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2002 TRIWULAN III Jenis SPT PKP SPT Masa PPN disampaikan 62 Terdaftar Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 311 373 761 123 143 44 52 69 28 95 89 509 270 301 581 86,81 80,69 76,34 Sumber data: KPP Klaten TABEL 2.19 LAPORAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN TAHUN PAJAK 2002 TRIWULAN IV Jenis SPT PKP Terdaftar SPT Masa PPN disampaikan Kurang bayar 1 Lebih bayar 2 Nihil 3 Jumlah 1+2+3 Persentase Industri Perdagangan Jasa 312 379 772 124 152 40 52 64 28 93 97 531 269 313 599 86,21 82,58 77,59 Sumber data: KPP Klaten Tabel tahun 2002 jenis SPT industri tingkat persentase rata-rata penyampaian SPT Masa PPN sebesar 86 dimana tingkat kepatuhan SPT Masa PPN Industri terdiri dari: 63 1. PKP terdaftar yang menyampaikan SPT kurang bayar sebesar 39 atau 124 dari 321 jumlah seluruh PKP terdaftar industri pada triwulan IV tahun 2002. 2. PKP terdaftar yang menyampaiakan SPT lebih bayar sebesar 16 atau 52 dari 321 jumlah seluruh PKP terdaftar. 3. PKP terdaftar yang menyampaikan SPT nihil sebesar 29 atau 93 dari 312 jumlah seluruh PKP terdaftar. Tabel 2.18 jenis SPT perdagangan tingkat persentase rata- rata penyampaian SPT Masa PPN Perdagangan tahun 20002 sebesar 80 dimana tingkat kepatuhan penyampaian SPT Masa PPN Perdagangan terdiri dari: 1. PKP terdaftar yang menyampaikan SPT kurang bayar sebesar 38 atau 143 dari 373 jumlah seluruh PKP terdaftar perdagangan triwulan III pada tahun 2002. 2. PKP terdaftar yang menyampaikan SPT lebih bayar sebesar 18 atau 89 dari 373 jumlah seluruh PKP terdaftar. 3. PKP terdaftar yang menyampaiakan SPT nihil sebesar 23 atau 89 dari 373 jumlah seluruh PKP efektinya. Tabel 2.16 SPT jasa tingkat persentase rata-rata kepatuhan penyampaian SPT Masa PPN Jasa 73 terdiri dari: 64 1. PKP terdaftar yang menyampaikan SPT kurang bayar sebesar 5 atau 39 dari 732 jumlah seluruh PKP terdaftar jasa triwulan I tahun 2002. 2. PKP terdaftar yang menyampaikan SPT lebih bayar sebesar 2 atau 21 dari 732 jumlah seluruh PKP terdaftar. 3. PKP terdaftar yang menyampaikanSPT nihil 65 atau 480 dari 732 jumlah seluruh PKP terdaftar. Dari penyampaian SPT Masa PPN diatas tingkat kepatuhan tidak pernah 100. PKP terdaftar lainnya yang tidak menyampaikan dapat dikatakan tidak patuh. Hal ini karena tidak dilakukannya kewajiban untuk selalu melaporkan SPT Masa PPN sebagai bukti penyetoran pajak. Untuk menindak lanjutin kejadian ini peranan aparatur PPNPPnBM sangat diperlukan. Ketidakpatuhan penyampaian SPT Masa PPN dapat berarti:  Perusahaan sudah tidak berproduksi namun mereka tidak melakukan pencabutan nomer PKP terdaftar, sehingga nomer tersebut selaluterrekam terus.  Dapat pula karena kesengajaan atau justru ketidak tahuan PKP akan kewajibannya. c. Peranan Aparatur Pajak Dalam Seksi PPN Untuk Meningkatkan Penerimaaan PPNPPnBM 65  Aparatur PPNPPnBm juga dalam bekerja dinilai tingkat kepatuhannya dengan penyelesaian seriap tugas-tugas mereka, misalnya dalam proses perekaman SPT Masa PPN.  Upaya yang dilakukan Aparatur Pajak Seksi PPNPPnBM untuk meningkatkan kepatuhan Pengusaha Kena Pajak adalah: 1. SPT Masa PPN yang masa pajak terakhir dari suatu tahun pajak yang menyatakan lebih bayar baik restitusikompensasi. 2. SPT Masa PPN dalam tahun berjalan yang menyatakan peminta pengembalian masa pajakrestitusi terutama sehubungan dengan penyerahan ekspor dan penyerahan kepada pemungut. 3. SPT Masa PPN tidak disampaikan dalam tahun berjalan selama 3 tiga bulan berturut-turut dari tahun pajak. 4. Permohonan tempat pemusatan PPN. Tujuan utama dari pemeriksaan pajak adalah dimaksudkan untuk menguji tingkat kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah dilaksanakan atas dasar sistem self assessment, yang secara operasional dilaksanakan melalui upaya: 1. Peningkatan pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam hal Surat Pemberitahuan dari Wajib Pajak menunjukkan adanya kelebihan bayar untuk dikompensasi pada masa pajak berikutnya; 66 2. Pengawasan dan pembinaan kepatuhan pemenuhan kewajiban dalam memenuhi ketentuan perundang-undangan perpajakan. Misalnya surat tegoran, surat tagihan atau estimasi jumlah pajak pada akhir tahun; 3. Pengujian terhadap kelengkapan maupun kebenaran material atas pengisian Surat Pemberitahuan dari Wajib Pajak dengan cara memberi tanda KPTIPA pada SPT Masa yang tidak lengkap; 4. Penentuan kepastian tentang kondisi Wajib Pajak yang sebenarnya, baik dari segi administrasi maupun potensi fiskalnya. GAMBAR 2.1 MEKANISME PEMERIKSAAN PPNPPnBM SEBAGAI TINDAK PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN SISTEM SELF ASSESMENT 67 Kebijaksanaan sistem self assessment Pemberdayaan wajib pajak Tindakan pengawasan Pemeriksaan pajak Kepatuhan wajib pajak INPUT 1. Dasar pelaksanaan sistem self assessment 2. Data akurat mengenai: a. wajib pajak b. obyek pajak c. SPT dan data pendukung 3. Aparatur Pajak a. KARIPKA b. KPP – KPP c. Pemeriksa Pajak 4. Kelengkapan administrasi perpajakan 5. Kelengkapan perangkat keras dan perangkat PROSES Pemeriksaan pajak sebagai tindakan atas pelaksanaan sistem self assessment terhadap kepatuhan wajib, terutama difokuskan kepada pokok sasaran pemeriksaan, yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Pos Penyerahan yang terutangtidak terutang PPN 2. Pos Pajak Masukan baik dikreditkantidak dikreditkan 3. Kompensasi bulan lalu OUTPUT Tingkat kepatuhan wajib pajak dilihat atas dasar indikator: 1. Patuh terhadap kewajiban interim, yakni dalam pembayaranlaporan masa, SPT masa, SPT PPn setiap bulan 2. Patuh thd ketentuan materiil dan yuridis formal perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya. GAMBAR 2.2 SISTEM PEMERIKSAAN PPNPPnBM SEBAGAI TINDAKAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN SISTEM SELF ASSESSMENT  Ruang Lingkup Pemeriksaan PPNPPnBM, terdiri dari: 68 Umpan balik 1. Pemeriksaan sederhana, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak dalam rangka kerja sama operasi atau konsorsium, untuk seluruh jenis pajak atau jenis-jenis pajak tertentu, termasuk Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, baik untuk masa pajak atau tahun berjalan dan atau masa pajaktahun-tahun sebelumnya, yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot kedalaman yang sederhana. Pemeriksaan Sederhana dilakukan melalui Pemeriksaan Sederhana Kantor PSK dan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PSL. 2. Pemeriksaan Lengkap PL yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak dalam rangka kerja sama operasi atau konsorsium, di lapangan dan di kantor Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak Lengkap, untuk seluruh jenis pajak, termasuk Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, baik untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya, yaitu yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan pada umumnya.  Jenis Pemeriksaan PPNPPnBM terdiri dari: 1. Pemeriksaan Rutin, yaitu pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan. 69 2. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang, perwakilan, pabrik atau tempat usaha dari Wajib Pajak Domisili, yang lokasinya berada di luar wilayah kerja Unit Pelaksana Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili. 3. Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu dan untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.  Prioritas Pemeriksaan PPNPPnBM ditetapkan sebagai berikut: 1. Pemeriksaan rutin terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi atau badan yang menyatakan lebih bayar dan atau SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang menyatakan lebih bayar dana atau SPT Masa PPN yang menyatakan meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak. 2. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi.  Kebijaksanaan Pemeriksaan Seksi PPNPPnBM Kebijakan pemeriksaan tetap diutamakan pada upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dan diarahkan lebih mendorong akuntabilitas serta tingkat pengawasan. Upaya tersebut dilakukan dengan cara: 1. Penentuan sasaran pemeriksaan yang tepat dengan Sistem Kriteria Seleksi SPT Masa PPN dan Sistem Kriteria Seleksi 70 Khusus yaitu untuk pemeriksaan terhadap Yayasan dan Wajib Pajak tertentu. 2. Peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia pemeriksa pajak melalui program pelatihan khusus antara lain Diklat Pemeriksa dan Diklat-diklat lainnya. 3. Peningkatan pengawasan pemeriksaan melalui: a. Monitoring dan tindak lanjut hasil pemeriksaan b.Pengawasan berjenjang c. Pelaksanaan sistem reward and punishment secara konsisten.  Langkah-langkah Pemeriksaan Seksi PPNPPnBM 71 PROGRAM PEMERIKSAAN TEKNIK PEMERIKSAAN PROSEDUR PEMERIKSAAN METODE PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN GAMBAR 2.3 GAMBAR 2.3 LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN SEKSI PPNPPnBM  Denda Administrasi No. Masalah Besarnya Denda 1. Tidakterlambat Rp. 50.0000,00 untuk SPT 72 - Menelusuri - Mencari - Mengumpul kan - Mengolah DATA - Mengevaluasi - Menganalisis angka-angka - Mentrasir - Menguji keterkaitan - Memanfaatkan berbagai data dan informasi dari pihak ketiga pihak-pihak terkait - Menguji kebenaran fisik - Menjumlahkan kembali angka- angka ke bawah dan ke samping - Mengadakan inspeksi - Melakukan verifikasi - Menguji kebenaran serta keabsahan dan keaslian dokumen - Mengadakan konfirmasi dengan pihak- pihak terkait - Melakukan wawancara dengan wajib pajak Langsung: - Menguji kebenaran angka- angka SPT melalui penelusuran laporan keuangan, neraca, buku besarpembantu, buku harian, dokumen pendukung Tidak Langsung: Menganalisis: - Laporan keuangan tahun berjalan dan tahun sebelumnya - Transaksi tunai - Transaksi bank - Sumber-sumber serta penggunaan dana Laporan hasil pemeriksaan: - Tingkat kepatuhan administratif - Tingkat kepatuhan materiil maupun yuridis formal - Selisih koreksi 2. memasukkanmenyampaikan SPT. Khusus PPN: a. Tidak melaporkan usaha. b. Tidak membuatmengisi faktur. c. Melanggar larangan membuat faktur. Masa PKP yang tidak dikukuhkan. Ditambah 2 denda dari dasar pengenaan Kenaikan 50 dan 100 No. Masalah Besarnya Kenaikan 1. a. Dikeluarkan SKPKB jika hasil pemeriksaanketreangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar. b. Jika SPT tidak disampaikan setelah ditegur secara tertulis. c. Jika dari hasil pemeriksaan PPNPPnBM tidak seharusnya dikompensasikan selisih Bunga 2 atas PPN yang tidak atau kurang bayar. Denda 100 dari PPNPPnBM tidak atau kurang bayar. Diberi restitusi 100 73 2. lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 nol persen Dikeluarkan SKPKBT jika ditemukan data baru, data semula yang belum terungkap setelah dikeluarkan SKPKB menambah jumlah pajak terutang Kenaikan 100 dari dari jumlahkekurangan pajak.  Sanksi Pidana Ketentuan Sanksi Pidana Menurut ketentuan dalam Undang-undang Perpajakan ada 3 macam sanksi pidana , yaitu: 1. Denda Pidana Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya diancamdikenakan kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan peraturan perpajakan, sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada Wajib Pajak ada juga yang diancam kepada pejabat pajak atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun yang bersifat kejahatan. 2. Pidana Kurungan 74 Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran. Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan yang diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekian itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian. 3. Pidana Penjara Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancam terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak. 75 TABEL 76 TABEL

4. Daftar Penerimaan PPN Terhadap Pajak Lainnya