Kompetensi Profesional Guru IPA di MTs. Nurul Yaqiin Ciledug-Tangerang

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

SITI ACHBARILLAH

NIM 1111018200035

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Seorang guru profesional harus memiliki empat kompetensi, salah satunya yaitu kompetensi profesional. Dari ruang lingkup kompetensi profesional salah satu diantaranya yaitu mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. Maka dari itu, jika penguasaan metode belajar kurang bervariasi tidak dapat dipungkiri seorang siswa akan timbul rasa bosan. Apabila proses belajar mengajar monoton/hanya menggunakan satu metode belajar saja, rasa bosan mampu membuat siswa tidak fokus dan malas belajar sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi profesional guru pada aspek penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengumpulan data melalui tiga cara yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi professional guru IPA di MTs. Nurul Yaqiin dari segi pengetahuan dan penerapan metode pembelajaran sudah baik, artinya guru sudah mengetahui dan menerapkan tujuh metode pembelajaran dari 11 metode pembelajaran. Penerapan metode yang digunakan sesuai dengan urutan pelaksanaannya. Guru sudah mampu menerapkan tujuh metode pembelajaran dengan efektif sehingga proses belajar-mengajar menjadi menarik, siswa menjadi tidak cepat bosan, lebih antusias dan lebih aktif. Guru sudah dapat memadukan beberapa metode dalam satu pertemuan. Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, pengetahuan awal siswa, jumlah siswa, alokasi waktu dan sarana penunjang. Kompetensi profesional guru IPA di MTs. Nurul Yaqiin baik karena guru tersebut diberikan pelatihan, mengikuti seminar-seminar pendidikan, banyak membaca buku, internet dan jurnal-jurnal pendidikan. Rekomendasi dari hasil penelitian ini yaitu ditingkatkan lagi kompetensi professional guru agar guru mampu menerapkan 11 metode pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efisien, dan media pendukung ditambah guna menunjang pembelajaran.


(7)

ii

Tangerang.

A professional teacher should have four competencies, one of which is the professional competence. The scope of professional competence of one of them is to understand and can apply a variety of learning methods. Therefore, if the tenure is less varied learning methods can not be denied a student would be boring. If the learning process monotone or using only one method of learning, boredom able to make unfocused and lazy student objectives are not achieved. The research aimed to describe the professional competence of teachers in the aspects of the application of a variety of learning methods.

This research used a qualitative approach and methods used in this research is descriptive method. The collection of data in three ways, namely observation, interviews and studies document.

The result showed that the professional competence of science teachers at MTs. Nurul Yaqiin in terms of knowledge and the application of learning methods is good, meaning that teachers already know and apply the learning method seven of eleven teaching methods. Application of the method used in accordance with the order of execution. Teacher have been able to apply effective seven methods of learning, so that the learning process becomes interesting, the students not become bored quickly, more enthusiastic and more active. Theachers are able to combine several methods adapted to the learning objectives, prior knowledge of students, number of student, the allocation of time and means of supporting. The professional competence of science teachers at MTs. Nurul Yaqiin is good because the teachers are given training, seminars, read many books, the internet, and education journals. Recommendations from the result of this study are further enhanced professional competence of teachers so that teachers are able to apply eleven teaching methods so that learning becomes an effective and efficient, and plus supporting media to support learning.


(8)

iii

satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Shalawat beriring salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita kejalan yang terang benderang.

Sehubungan dengan selesainya skripsi, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, ketua jurusan manajemen pendidikan, dan seluruh Bapak/Ibu dosen jurusan manajemen pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu. 3. Dr. Jejen Musfah, M.A dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan yang sabar membimbing dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Rusli, M.Pd kepala sekolah MTs. Nurul Yaqiin dan Ibu Diana Sari, S.Pd guru IPA serta para siswa/i kelas VII,VIII, dan IX atas segala bantuannya selama penelitian sehingga berjalan dengan baik.

5. Papa, Mama, Ka Ima, Bang Jamal, Ka Emi, Ka Yana, Ka Yuli, Najwa, Cisah, Kekey, Fathan, Zamzam, Zaky, Khaira dan Ghaisan serta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, do’a yang tiada henti, kasih sayang, serta perhatian untuk penulis.

6. Bripda Miftahul Hakim yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa.

7. Sahabat penulis: Yuni, Safitri, Butet, Dini, Lia, dan Miskah yang telah memberikan semangat, motivasi, do’a, nasehat, dan pengalaman yang berharga.

8. Teman-teman di Manajemen Pendidikan 2011 yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi.


(9)

iv

karena penulis menyadari masih ada kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya pembaca. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, 11 Desember 2015


(10)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Profesional Guru ... 9

1. Pengertian Kompetensi Profesional ... 9

2. Dimensi Kompetensi Profesional ... 10

B. Pengembangan Kompetensi Profesional Guru ... 14

C. Metode Pembelajaran ... 20

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 20

2. macam-macam metode pembelajaran ... 21

3. Pertimbangan dalam memilih metode ... 35

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 40


(11)

vi

A. Profil Madrasah ... 47 B. Deskripsi Data dan Pembahasan ... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(12)

vii

Nasional Nomor 16 Tahun 2007

B. Tabel 3.1 : Instrument Observasi

C. Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Wawancara Kepala Sekolah

D. Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Wawancara Guru

E. Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Wawancara Siswa

F. Tabel 3.5 : Instrument Pengukuran Penerapan Metode Pembelajaran

G. Tabel 3.6 : Instrument Studi Dokumentasi

H. Tabel 4.1 : Sarana Dan Prasarana

I. Tabel 4.2 : Tenaga Pendidik

J. Tabel 4.3 : Tenaga Kependidikan

K. Tabel 4.4 : Pelatih Ekstrakulikuler

L. Tabel 4.5 : Kondisi Siswa Dan Rombel Tahun Pelajaran 2015/2016 M. Tabel 4.6 : Aspek Metode Pembelajaran

N. Tabel 4.7 : Metode-metode yang digunakan dikelas 1 dan VII-2

O. Tabel 4.8 : Metode-metode yang digunakan dikelas VIII-1 dan VIII-2


(13)

viii

C. Gambar 2.3 : Pertimbangan Dalam Memilih Metode D. Gambar 3.1 : Teknik Pengumpulan Data


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang penting, karena dengan adanya pendidikan maka akan menciptakan penerus bangsa yang berkualitas. Tidak lepas dari itu untuk mencapai hal tersebut sekolah harus memiliki mutu yang baik berupa guru yang kompeten di bidangnya. Pendidikan menempati peranan sentral dimana pendidikan gurulah yang menentukan kualitas pendidikan, sehingga kualitas guru menjadi kunci bagi pendidikan yang baik.

Banyak kalangan yang berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia yang masih rendah. Kualitas SDM yang rendah, baik secara akademis maupun nonakademis, menyebabkan belum seluruh masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi menyumbangkan potensinya baik potensi fisik maupun nonfisik dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing. Untuk itu, partisipasi masyarakat dalam pengembangan sangatlah penting dan diperlukan. Sebab, keberhasilan pembangunan hanya dapat tercapai jika masyarakat berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatan pembangunan.


(15)

Hanya dengan kualitas SDM yang tinggi persoalan-persoalan bangsa Indonesia setahap demi setahap dapat terselesaikan dengan baik.1

Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan dibidang pendidikan. Mereka menganggap kebodohan adalah musuh kemajuan dan kejayaan bangsa, oleh karena itu harus diperangi dengan mengadakan revolusi pendidikan.2

Guru menyadari bahwa untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal, proses harus diselenggarakan sebaik-baiknya. Hal yang tidak kalah penting adalah kualitas penyelenggara proses tersebut. Kualitas penyelenggara proses pendidikan dan pembelajaran adalah guru.dengan demikian, dalam hal ini kualitas guru harus secara intens diingkatkan melalui berbagai kegiatan. Kegiatan berkualitas dapat dilakukan diluar sekolah atau didalam sekolah. Semua bertujuan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan terkait kemampuan proses.3

Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik atau persyaratan pendidikan yang berhubungan dengan bidang studi yaitu pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.4

Profesionalisme guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan

1

Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 8.

2

Ibid.

3

Mohammad Saroni, Personal Branding Guru: Meningkatkan Kualitas dan

Profesionalitas Guru, (Yogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), Cet.1, h. 102.

4

Sudaryona, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),


(16)

kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan

melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya

berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan.5

Guru sebagai pelaku otonomi kelas memiliki wewenang untuk melakukan reformasi kelas (classroom reform) dalam rangka melakukan perubahan perilaku peserta didik secara berkelanjutan yang sejalan dengan tugas perkembangannya dan tuntutan lingkungan di sekitarnya.6

Seorang guru profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara professional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah tersebut. Karena itu, guru harus selalu belajar dengan tekun disela-sela menjalankan tugasnya. Menjadi guru professional bukan pekerjaan yang mudah, untuk tidak mengatakannya sulit, apalagi ditengah kondisi mutu guru yang sangat buruk dalam setiap aspeknya.7

Guru profesional merupakan guru yang memiliki keahlian dibidang pendidikan. Sedangkan kompetensi profesional, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru tersebut.

Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Menurut pengamat ekonomi Berry Priyono, bekal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari dilembaga pedidikan sering kali hanya terpaku pada teori, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif. Kedua, peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah(tahun 2004 peringkat 111 dari

5

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 1, h. 18.

6

Nanang hanafiah dan cucu suhana, Konsep Strategi Pembelajaran. (Bandung: Refika

Aditama, 2012), Cet. 3, h.103.

7

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar


(17)

117 negara dan tahun 2005 peringkat 110 dibawah vietnam dengan peringkat 108). Ketiga, laporan Internasional Education Achievment (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada diurutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Keempat, mutu akademik antarbangsa melalui Programme for Internasional Student Assesment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38, sementara untuk bidang matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-39. Jika dibandingkan dengan Korea Selatan, peringkatnya sangat jauh, untuk bidang IPA menempati peringkat ke-8, membaca peringkat ke-7 dan matematika peringkat ke-3. Kelima, laporan World Competitiveness Yearbook tahun 2000, daya saing SDM Indonesia berada pada posisi 46 dari 47 negara yang disurvei. Keenam, posisi perguruan tinggi indonesia yang dianggap favorit, seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada hanya berada diposisi ke-61 dan 68 dari 77 perguruan tinggi di Asia. Ketujuh, ketertinggalan bangsa indonesia dalam bidang IPTEK dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.8

Dalam kutipan Doan Pardede, pernyataan mengejutkan dilontarkan DR. Santi Ambarukmi, kepala bidang profesi pendidikan menengah kementrian pendidikan nasional dalam sebuah symposium yang diadakan KNPI Samarinda di Hotel Grand Sawit belum lama ini. Ternyata, hasil rata-rata uji kompetensi guru (UKG) 2013 di seluruh Indonesia hanya 4,25. Materi yang diujikan pada uji kompetensi guru meliputi 30% kompetensi pedagogik dan 70% kompetensi profesional. Aspek profesional yang diujikan adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.9

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia merupakan cerminan rendahnya kualitas system pendidikan nasional. Rendahnya kualitas dan kompetensi guru secara umum, semakin membuat laju perkembangan pendidikan belum maksimal. Bila ditinjau dan diamati masih banyak guru

8

Kunandar, op.cit., h. 1-2.

9

Doan Pardede, Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) Hanya 4,25. 2013,


(18)

yang belum memiliki profesionalitas yang baik untuk kemajuan pendidikan secara global. 10

Sekarang ini tidak jarang guru yang hanya mengajar se-instan mungkin. Seperti halnya seorang guru hanya memiliki pengetahuan ilmu yang masih minim padahal itu merupakan kunci utama seorang guru untuk mengajar, bagaimana mungkin jika seorang murid bertanya kepada guru akan tetapi guru tersebut tidak mampu menjawab dan menjelaskan secara rinci pertanyaan murid tersebut.

Kompetensi profesional guru pasca sertifikasi masih lemah. Penyebab lemahnya kompetensi tersebut, diantaranya karena kemampuan penguasaan sains para guru tersebut pada umumnya masih di bawah nilai rata-rata. Pakar pendidikan dan mantan dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Sofyan Arif, mengungkapkan masalah itu kepada wartawan, dikampus UMS Pabelan. Dia menambahkan, skor para guru SMA rata-rata hanya 9 dari total skor 600. Nilai itu jauh di bawah standar rata-rata dunia 450 dan yang ideal rata-rata 500. 11

Penguasaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi membuat siswa cepat merasa bosan selama kegiatan belajar mengajar. Tidak dapat dipungkiri seorang siswa akan timbul rasa bosan apabila proses belajar mengajar monoton/hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja, rasa bosan dapat membuat siswa tidak fokus dan malas belajar.

Guru yang monoton dalam mengajar sehingga cenderung membosankan hanya akan menyenangkan murid ketika guru tersebut berhalangan atau tidak bisa mengajar. Jika murid bahagia saat guru tidak dapat mengajar membuktikan bahwa guru ini gagal dalam mengajar.12

10

Pudjosumedi, AS, Dkk. Profesi Kependidikan. (Jakarta: UHAMKA Press. 2013), Cet.

1, h. 97.

11

Tok Suwarto, Kompetensi Profesional Guru Pasca-Sertifikasi Masih Lemah, 2014,

(www.pikiran-rakyat.com).

12

Masykur Arif Rahman. Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru


(19)

Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, serta ketercapaian tujuan yang diharapkan diakhir pembelajaran. Akan tetapi, kegiatan evaluasi pembelajaran masih jarang dilakukan oleh guru kepada siswa.

Penggunaan media,alat, dan sumber belajar yang masih kurang padahal penggunaan alat, media dan sumber belajar dengan benar dan sesuai dengan perkembangan zaman membuat siswa menjadi lebih semangat belajar karna proses belajar mengajar menjadi lebih menarik.

Penerapan teori belajar yang tidak sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik, hal ini harus dicegah karena setiap tingkatan pendidikan taraf perkembangan siswa berbeda-beda maka seorang guru harus mampu menyesuaikan teori belajar yang dipakai berdasarkan taraf perkembangan siswa.

Guru kurang mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran, seperti halnya penyusunan program tahunan, semester, mingguan, dan harian, silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Hal tersebut menyatakan bahwa masih ada guru yang tidak menguasai atau memiliki kompetensi profesional guru. Padahal di sekolah guru dituntut untuk menjadi tokoh sentral yang harus meningkatkan kompetensinya.

Tidak semua guru seperti yang telah dipaparkan diatas, salah satunya adalah guru-guru di MTs. Nurul Yaqiin Ciledug-Tangerang. Guru IPA dipilih karena guru ini merupakan guru IPA di MTs. Nurul Yaqiin yang rajin hadir dan datang tepat waktu, pada proses pembelajaran siswa/i lebih antusias dalam belajar, guru humoris sehingga membuat kegiatan pembelajaran menjadi aktif, dan metode apa yang digunakan guru sehingga siswa lebih antusias dalam pembelajaran IPA.13

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut lebih lanjut yang

13


(20)

dirumuskan dalam judul “KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA DI MTs. NURUL YAQIIN CILEDUG-TANGERANG”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut: 1. Kurang bervariasinya penggunaan metode pembelajaran selama proses

belajar mengajar.

2. Kurangnya pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa.

3. Terbatasnya alat, media pembelajaran dan sumber belajar yang digunakan.

C.

Pembatasan Masalah

Agar pembahasan kompetensi profesional ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian ini dengan objek penelitian MTs. Nurul Yaqiin Ciledug-Tangerang, meliputi pengetahuan dan penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.

D.

Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, perlu kiranya masalah itu dirumuskan agar pembahasan skripsi ini menjadi jelas dan terarah. Adapun perumusan masalahnya: Bagaimana penerapan metode pembelajaran selama proses belajar mengajar guru IPA di MTs. Nurul Yaqiin Ciledug-Tangerang?

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi profesional guru pada aspek penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.


(21)

F.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian terhadap kompetensi profesional guru, diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, antara lain:

a. Manfaat teoritis

Dapat mengembangkan pemikiran dalam bidang manajemen pendidikan.

b. Manfaat praktis 1) Bagi pembaca

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang kompetensi profesional guru sehingga membantu meningkatkan kompetensi profesional.

2) Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi profesional guru.


(22)

9

BAB II

Kajian Teori

A.

Kompetensi Profesional Guru

1.

Pengertian kompetensi profesional

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, pasal 1:10 tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Johnson manyatakan: “Competency as rational performance which

satisfactirily meets the objective for a desired condition”. Menurutnya, kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukan oleh penampilan atau untuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.14

Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.15

14

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: kencana prenada media, 2008), Cet. 5, h. 17.

15

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar


(23)

Kompetensi merupakan kemampuan seseorang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki untuk mencapai tugas yang telah ditetapkan.

Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.16

Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) Nomor 18 tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasannya salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kompetensi profesional. Merupakan kemampuan seorang guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi penguasaan materi keilmuan, penguasaan kurikulum, dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan pengembangan profesi.

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkatan keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini.17

Kompetensi profesional adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran.

2.

Dimensi kompetensi profesional

Ruang lingkup kompetensi profesional, meliputi:18

16

E. Mulyasa, Standar Komepetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009), Cet. 4, h. 135.

17

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 145.

18


(24)

1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.

5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat-alat, media, dan sumber belajar yang relevan.

6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Tabel 2.1

Kompetensi profesional guru mata pelajaran IPA di SMP/MTs dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007

Kompetensi Profesional

Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mata Pelajaran IPA di SMP/MTs

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

1.1 Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teroi IPA serta penerapannya secara fleksibel.

1.2 Memahami proses berpikir IPA dalam mempelajari proses dan gejala alam.

1.3 Menggunakan bahasa

simbolik dalam


(25)

gejala alam.

1.4 Memahami hubungan antar berbagai cabang IPA dan hubungan IPA dengan matematika dan teknologi. 1.5 Bernalar secara kualitatif

maupun kuantitatif tentang proses dan hukum alam sederhana.

1.6 Menerapkan konsep, hukum, dan teori IPA untuk menjelaskan berbagai fenomena alam.

1.7 Menjelaskan penerapan hukum-hukum IPA dalam teknologi terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

1.8 Kreatif dan inovativ dalam penerapan dan pengembangan IPA.

1.9 Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan kerja/belajar di laboratorium IPA sekolah. 1.10 Menggunakan alat ukur, alat

peraga, alat hitung, dan piranti lunak computer untuk mrningkatkan pembelajaran IPA di kelas, laboratorium.


(26)

1.11 Merancang eksperimen IPA untuk keperluan pembelajaran atau penelitian.

1.12 Melaksanakan eksperimen IPA untuk keperluan pembelajaran atau penelitian. 1.13 Melaksanakan eksperimen

IPA dengan cara yang benar. 1.14 Memahami sejarah

perkembangan IPA dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan tersebut.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

2.1 memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. 2.2 Memahami kompetensi dasar

mata pelajaran yang diampu.

2.3 Memahami tujuan

pembelajaran yang diampu. 3. Mengembangkan materi

pembelajaran yang diampu secara kreatif.

3.1 memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

3.2 Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 4. Mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

4.1 melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.


(27)

melakukan tindakan reflektif. 4.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.

4.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk prningkatan keprofesionalan. 4.4 Mengikuti kemajuan zaman

dengan belajar dari berbagai sumber.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

5.1 memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam komunikasi

5.2 memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

B.

Pengembangan Kompetensi Profesional Guru

Seorang profesional adalah orang yang senantiasa terbuka dan tanggap terhadap berbagai perubahan, terutama yang terkait dengan bidang profesinya. Pengembangan juga terjadi dalam hal konsep keilmuan bidang studi. Guru sebagai spesialis bidang studi harus terus mengikuti pengembangan ilmu yang terkait dengan bidang studinya. Ia harus memahammi hakikat pengetahuan sebagai hal yang dinamis, sehingga pengembangan-pengembangan baru akan muncul.19

Salah satu tuntutan profesionalisme guru adalah adanya pengembangan profesionalisme berkelanjutan. Bentuk-bentuk pengembangan profesional berkelanjutan dapat dilakukan secara individual yakni melalui inisiatif guru untuk mengembangkan diri,

19

Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan


(28)

mengembangkan kompetensi keilmuannya, melakukan refleksi dan penelitian-penelitian tindakan kelas, membaca jurnal-jurnal ilmiah, memperluas jaringan kerja, meningkatkan koleksi perpustakaan pribadi, dan lain-lain. Sebaliknya pengembangan profesional berkelanjutan dapat juga dilakukan secara institusional atas inisiatif kepala sekolah atau otoritas pendidikan terkait, misalnya melalui perkumpulan dalam wadah-wadah guru seperti kelompok kerja guru (KKG), musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).20

Guru dapat mengembangkan kompetensinya melalui belajar dari berbagai program pelatihan dari sekolah maupun luar sekolah dan dari sarana dan prasarana (perpustakaan, laboratorium, internet) sekolah, serta program dan fasilitas pendidikan lainnya yang disediakan di sekolah. Dengan demikian, diharaojan guru akan mampu bersikap profesional dalam proses pendidikan dan pengajaran di kelas. Karena itu, sekolah wajib menyediakan pelatihan dan sumber belajar demi terbentuknya guru yang kompeten, sekolah wajib memiliki manajemen pengembangan kompetensi guru. Artinya, program pelatihan dan sumber belajar itu direncanakan, disusun, dilakukan dan dievaluasi dengan baik secara berkala, setahun sekali misalnya. Singkatnya sekolah yang baik akan mengembangkan kemampuan gurunya melalui pelatihan dan sumber belajar yang terprogram dengan baik.21

Kesadaran untuk menghadirkan guru sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah peradaban pendidikan. Dilihat dari dimensi sifat dan subtansinya, setidaknya ada empat ranah (taxonomy) yang tersedia untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional. Keempat ranah pengembangan guru sebagai berikut:22

20

Ibid., h. 19

21

Musfah, op.cit. h. 11-12

22

Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, ke


(29)

1. Penyediaan guru berbasis perguruan tinggi

Mereka yang diangkat sebagai guru merupakan lulusan lembaga penyedia calon guru. Berkaitan dengan penyediaan guru, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru telah menggariskan bahwa hali ini menjadi kewenangan lembaga pendidikan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan non-kependidikan.

Beberapa amanat penting yang dapat disadap dari dua produk hukum itu. Pertama, calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D4. Kedua, sertifikasi pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan accountable.

Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidikan dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai


(30)

dengan standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistis dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan empat kompetensi pada satuan pendidikan yang relevan. 2. Induksi guru pemula berbasis sekolah

Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, hanya lulusan S1/D4 yang memiliki sertifikat pendidiklah yang akan direkrut menjadi guru. Namun demikian, sungguh pun guru yang direkrut telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produuk hukum dilegitimasi sebagai telah memiliki kewenangan penuh , ternyata masih diperlukan program induksi untuk memosisikan mereka menjadi guru yang benar-benar profesional. Memang pada banyak literature akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru.

Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia pertama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satupun pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri.

3. Profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi

Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, dan studi banding, ialah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik financial, jaringan, waktu dan akses. Namun, yang


(31)

tidak kalah pentingnya ialah prakarsa personal guru untuk menjalani profesionalisasi.

Kegiatan pembinaan dan pengembangan itu dilaksanakan secara sistematis dengan menempuhtahap-tahapan tertentu, seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program , implementasi dan delivery program, dan evaluasi program. Ini berarti bahwa kegiatan pembinaan dan pengembangan kemampuan guru profesional guru secara berkelanjutan harus dilaksanakan atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi yang sistematis.

Aktivitas pengembangan guru tersebut memiliki temali satu sama lain. Pada fase perencanaan, fokus perhatian terpusat pada kebutuhan akan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan apa yang diperlukanbagi guru. Penentuan jenis kegiatan pendidikan dan pelatihan ini didasari atas diagnosis mengenai masalah dan tantangan yang dihadapi oleh guru dan satuan pendidikan saat ini, serta kemungkinan perubahan kebijakan dan strategi kerja keorganisasian.

Tujuan dan sasaran pendidikan dan pelatihan guru ditetapkan dengan mencerminkan kondisi yang diingini, sekaligus menjadi ukuran keberhasilan program itu. Perumusan tujuan dan sasaran ini akan menjadi acuan dalam menentukan substansi dan pelaksanaan program, dengan titik tekan pada upaya memenuhi kebutuhan guru dan satuan pendidikan secara nyata. Evaluasi program dimaksudkan untuk menentukan tingkat keberhasilan kegiatan pembinaan dan pengembangan yang dilakukan, serta kelemahan selama proses penyelenggaraan. Hal ini akan menjadi umpan balik bagi perencanaan program pengembangan yang lebih efektif dan efisien.

4. Profesionalisasi guru berbasis individu

Kenyataan dilapangan, begitu banyak guru yang sama sekali tidak memiliki akses mengikuti program pendidikan, pelatihan, dan


(32)

pengembangan secara dilembagakan, kecuali pada saat mereka menempuh pelatihan pra-jabatan dari calon PNS ingin menjadi PNS penuh. Menghadapi realitas ini, kalau guru mau tetap eksis pada profesi dengan derajat profesionalitas yang layak ditampilkan, tidak ada pilihan lain, dia harus melakukan profesionalisasi secara mandiri, yang dalam buku ini disebut sebagai guru profesional madani atau GPM.

The civil teachers are beyond the professional teachers! Guru madani melebihi batas-batas guru profesional. Mereka harus mampu mengembangkan diri sendiri atau bertindak autodidak, jika mau bertahan dalam status keprofesionalannya. Pemikiran inilah yang kemudian menginspirasi lahirnya gagasan tentang GPM.

Untuk menjadi GPM, perlu perjalanan panjang. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekrutmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karier, hingga menjadi guru profesional sungguhan, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus. Guru semacam inilah yang kelak akan menjelma menjadi GPM.

GPM sesungguhnya adalah guru profesional, yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual yang tinggi. Kata otonom mengandung makna, bahwa GPM adalah mereka yang secara profesional dapat melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari intervensi kekuasaan atau birokrasi pendidikan. Dengan demikian, guru harus menjadi profesional sungguhan untuk dapat tumbuh secara madani. GPM meleebihi batas-batas yang dimiliki guru profesional yang banyak dibahas dalam literature akademik. Ciri-ciri umum GPM antara lain:

a. Melakukan profesionalisasi diri. b. Memotivasi diri.

c. Memiliki disiplin diri. d. Memiliki kesadaran diri.


(33)

e. Melakukan pengembangan diri. f. Menjadi pembelajar.

g. Melakukan hubungan efektif. h. Berempati tinggi.

i. Taat asas pada kode etik.

Guru profesional madani merupakan guru yang mampu bekerja secara otonom, dapat berkembang secara individual, dan memiliki ciri-ciri yang telah disebutkan diatas.

C.

Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Menurut J.R David dalam Teaching Strategies for collage class room menyebutkan bahwa method is a way in achieving something. Artinya, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.23

Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metod mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar. Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasi belajar peserta didik.24

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

23

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) h.193.

24

IIf Khoiru Ahmadi, Dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi


(34)

2. Macam-macam metode pembelajaran

Pada hakikatnya, guru yang mengajar secara monoton tidak mengetahui atau tidak memiliki berbagai variasi metode, teknik, pendekatan, dan konsep dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga semuanya yang digunakan selalu sama atau tidak pernah berubah. Maka, tak heran jika guru yang mengajar secara monoton sangat membosankan bagi muridnya. Setiap metode dapat meningkatkan prestasi belajar murid. Walaupun demikian, metode apa pun yang dipakai, jika seorang guru tidak mempunyai kecakapan dalam menerapkannya maka tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan. Apalagi, metode yang dipakai selalu sama dalam setiap pertemuan.25

Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran menurut depdiknas:26

1. Metode Ceramah

25

Masykur Arif Rahman. Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru

Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), Cet. 1, h. 54-56.

26


(35)

Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Langkah-langkah menggunakan metode ceramah:

a. Tahap persiapan

1) Analisis sasaran (audience), baik dari sisi jumlah, usia, maupun kemampuan awal yang dimilikinya;

2) Analisis sifat materi yang sesuai dan cukup hanya dengan dituturkan atau diinformasikan;

3) Menyusun durasi waktu yang digunakan untuk ceramah secara efektif dan efisien serta memperkirakan variasi yang dapat digunakan;

4) Memilih dan menetapkan jenis media yang akan digunakan; 5) Menyiapkan sejumlah pertanyaan sebagai bentuk kontrol dan

upaya memperoleh umpan balik;

6) Memberikan contoh dan analogi yang sesuai dengan pengalaman yang pernah diperoleh;

7) Menyiapkan ikhtisar yang sekiranya akan membantu kelancaran ceramah.

b. Tahap pelaksanaan 1) Langkah pembukaan

Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan keberhasilan pelaksanaan ceramah. 2) Langkah penyajian

Tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur, agar ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran, guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan.


(36)

Ceramah harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok materi agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak menguap kembali.

Kelebihan metode ceramah:

1) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.

2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.

3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

4) Guru dapat mengontrol keadaan kelas karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah. 5) Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana.

Kelemahan metode ceramah:

1) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.

2) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.

3) Sering dianggap sebagai metode yang membosankan jika guru kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik.

4) Sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan.

Metode ceramah merupakan metode yang sering dipakai. Metode ceramah adalah penjabaran guru secara lisan dalam menyampaikan materi ajar.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi:


(37)

a. Tahap persiapan

1)Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir;

2)Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan;

3)Melakukan uji coba demonstrasi b. Tahap pelaksanaan

1)Langkah pembukaan

a) Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan;

b) Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa;

c) Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa;

2)Langkah pelaksanaan

a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir;

b) Ciptakan susasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

3)Langkah mengakhiri demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.

Kelebihan metode demonstrasi:

a. Verbalisme dapat dihindari karena siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan;

b. Proses pembelajaran akan lebih menarik karena siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi;


(38)

c. Siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.

Kelemahan metode demonstrasi:

a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang kerena tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif.

b. Memerlukan peralata, bahan-bahan, dan tempat yang memadai.

c. Memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus.

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang mebuat siswa akan memerhatikan ketika guru memperagakan dan menunjukkan suatu situasi, proses dan sebagainya.

3. Metode Diskusi

Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.

Jenis-jenis metode diskusi: a. Diskusi kelas

Diskusi kelas adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. b. Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah kelompok antara lain 3-5 orang.


(39)

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa.

d. Diskusi panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan pendengar.

e. Seminar

Semina merupakan pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah orang yang melakukan kajian dan pembahasan suatu masalah (topik/tema) melalui gagasan pikiran dan tukar pendapat yang dipandu oleh seorang ahli.

f. Lokakarya

Kegiatan lokakarya adalah bentuk pertemuan yang membahas masalah praktis/teknis/operasional yang biasanya merupakan tindak lanjut dari hasil seminar sehingga hal-hal yang bersifat konseptual dapat diturunkan kedalam suatu produk yang siap untuk dikembangkan atau dilaksanakan.

Langkah-langkah melaksanakan diskusi: 1) Langkah persiapan

a) Merumuskan tujuan yang yang ngin dicapai , baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus;

b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai;

c) Menetapkan masalah yang akan dibahas;

d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.


(40)

a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.

b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi. c) Melakukan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan.

d) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

e) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.

f) Pengendalian arah pembahasan supaya tidak melebar dan fokus.

3) Menutup diskusi

a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

b) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

Metode diskusi merupakan metode yang membuat siswa mampu memecahkan masalah secara bersama-sama.

4. Metode Simulasi

Metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterempilan tertentu.

Jenis-jenis simulasi: a. Sosiodrama

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial.


(41)

Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.

c. Role Playing

Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa.

d. Peer Teaching

Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru.

e. Simulasi Game

Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan. Langkah-langkah simulasi:

1) Persiapan simulasi

a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai simulasi;

b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan;

c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi;

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

2) Pelaksanaan simulasi

a) Simulasi mulai dimainkan oleh pemain peran;

b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian; c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran


(42)

d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak, supaya siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

3) Penutup

a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan;

b) Merumuskan kesimpulan. Kelebihan metode simulasi:

a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak.

b. Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa .

c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

d. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan daalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

e. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Kelemahan metode simulasi:

a. Pengalaman yang diperoleh siswa melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan. b. Pengelolaan yang kurang baik, sering menjadikan simulasi

sebagai hiburan.

c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

Metode simulasi merupakan metode dimana guru harus membuat situasi atau keadaan tiruan supaya siswa paham.

5. Metode Tugas dan Resitasi

Metode ini merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan,


(43)

pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam penyampaian suatu (puisi, syair, drama) atau melakukan kajian maupun uji coba sesuai dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang ingin dicapai.

Langkah-langkah metode resitasi: a. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis tugas dan tepat sesuai demgan kemampuan siswa, ada petunjuk yang dapat membantu dan sediakan waktu yang cukup. b. Langkah pelaksanaan tugas

1) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.

2) Diberikan dorongan sehingga anak mau melaksanakannya.

3) Diiusahakan atau dikerjakan oleh anak sendiri.

4) Mencatat semua hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematik.

c. Fase pertanggung jawaban tugas

1) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang dikerjakan.

2) Ada tanya jawab dan diskusi.

3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes atau non-tes.

Fase mempertanggung jawabkan tugas inilah yang disebut resitasi.

Metode tugas dan reitasi merupakan metode dimana siswa diberikan tugas untuk menghafal, menguji, membaca dan sebagainya.


(44)

6. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berpikir siswa dan membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan.

Beberapa hal penting dalam tanya jawab:

a. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab

1) Untuk mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana materi pembelajaran yang telah dikuasai oleh siswa. 2) Untuk merangsang siswa berpikir.

3) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.

4) Memotivasi siswa untuk menimbulkan sikap kompetisi dalam belajar.

5) Melatih murid untu berpikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran orisinil.

b. Jenis pertanyaan

Pada dasarnya ada dua jenis pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan.

Metode tanya-jawab merupakan cara agar siswa teraangsang untuk berfikir, oleh karena itu adanya sebuah pertanyaan baik itu siswa bertanya guru yang menjawab ataupun sebaliknya.


(45)

7. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok yaitu siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).

Kelompok bisa dibuat berdasarkan:

a. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogen dalam belajar;

b. Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang mempunyai minat yang sama;

c. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan diberikan;

d. Pengelompokan secara random atau diundi, tidak melihat faktor-faktor lain;

e. Pengelompokkan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita

Metode kerja kelompok merupakan metode yang membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan secara bersama-sama.

8. Metode Problem Solving

Metode problem solving merupakan metode mengajar sekaligus metode berpikir karena dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.

Langkah-langkah:


(46)

b. Menuliskan tujuan/kompetensi yang hendak dicapai.

c. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

d. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. e. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. f. Tugas, diskusi, dan lain-lain.

g. Menarik kesimpulan.

Metode problem solving merupakan metode dimana guru memberikan suatu masalah dan siswa harus memecahkan masalah tersebut.

9. Metode Sistem Regu (Team Teaching)

Pada dasarnya team teaching adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode Team Teaching:

a. Harus ada program pelajaran yang disusun bersama oleh tim tersebut sehingga betul-betul jelas dan terarah sesuai dengan tugas masing-masing dalam tim tersebut.

b. Membagi tugas tiap topik kepada guru tersebut sehingga masalah bimbingan pada siswa terarah dengan baik.

c. Harus dicegah jangan sampai terjadi jam bebas akibat ketidakhadiran seorang guru anggota tim.

Metode sistem regu merupakan metode dimana dalam satu kelas ada dua orang guru yang mengajar.

10.Metode Latihan (Drill)

Metode latihan adalah cara membelajarkan siswa untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan.


(47)

Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill:

a. Latihan digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik b. Untuk melatih kecakapan mental

c. Untuk melatih hubungan dan tanggapan Prinsip dan petunjuk penggunaan Drill:

1) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.

2) Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis.

3) Latihan tidak perlu terlalu lama asalkan sering dilaksanakan.

4) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.

5) Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial.

Metode latihan atau drill merupakan metode yang digunakan untuk melatih mental, tanggapan, dan sebagainya.

11.Metode Karyawisata (Field-Trip)

Metode karyawisata yang dimaksud disini adalah kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar.

Langkah-langkah:

a. Perencanaan karyawisata

1) Merumuskan tujuan karyawisata

2) Menetapkan objek karyawisata sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

3) Menetapkan lamanya karyawisata

4) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata


(48)

5) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan.

b. Pelaksanaan karyawisata

Fase ini merupakan pelaksanaan kegiatan belajar ditempat karyawisata dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan.

c. Tindak Lanjut

Pada akhir karyawisata, siswa diminta laporannya baik lisan maupun bertulis mengenal inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata.

Metode karyawisata merupakan metode belajar keluar sekolah yang berhubungan dengan pelajaran.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.27 Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.28

3. Pertimbangan dalam memilih metode

Beberapa pertimbangan yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pengajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan:29

27

E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 4, h. 107

28

Ibid., h. 78

29

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada


(49)

1. Tujuan pembelajaran

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan didalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.

2. Pengetahuan awal siswa

Apa metode yang akan kita gunakan?, sangat tergantng juga pada pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan diajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, dan sebaliknya jika siswa telah memahami prinsp, konsep, dan fakta maka guru dapat menggunakan metode yang bersifat belajar mandiri.

3. Alokasi waktu dan sarana penunjang

Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran dalam satu jam pelajaran tingkat SD 35 menit, SMP/MTs 40 menit, dan SMA/MA/SMK 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk didalamnya perangkat penunjang pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang. 4. Jumlah siswa


(50)

Idealnya metode yang kita terapkan didalam kelas melalui pertimbangan jumlah siswa yang hadir, memang ada ratio guru dan siswa agar proses belajar-mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengekikaan kelas dan penyampaian materi.

Pertimbangan-pertimbangan diatas mampu membantu guru untuk menetapkan metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran yang dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

D.

Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dari judul yang diajukan sebagai judul skripsi yaitu:

1. Humaeroh dengan judul hubungan kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa yang memiliki kesimpulan bahwa setelah dilakukan analisis data, maka diperoleh

r

hitung (0,50)>

r

tabel (0,21) pada taraf signifikansi 5%, sedangkan pada taraf signifikansi 1%

r

tabel =0,28 menunjukkan bahwa

r

hitung>

r

tabel (0,50>0,28). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Legok.

2. Lukmansyah Masrori dengan judul pengaruh kompetensi profesional guru terhadap pencapaian kompetensi siswa mata pelajaran fiqih siswa kelas XI MAN Tlogo kabupaten Blitar yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh positif antara kompetensi profesional guru dengan pencapaian kompetensi siswa.

3. Jafaruddin dengan judul kompetensi profesional guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMAN 1Kuta Cot Glie kabupaten Aceh Besar yang didalam hasil penelitiannya yaitu: sebagian guru sudah memiliki kompetensi profesional dalam membuat perencanaan


(51)

pembelajaran, sebagian guru di SMAN 1 dalam mengevaluasi pembelajaran memiliki kemampuan yang baik.


(52)

39

BAB III

Metodologi penelitian

A.

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di MTs. Nurul Yaqiin yang beralamat di Jalan Raden Fatah Sudimara Selatan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang 15151 dan dilakukan pada bulan Juli-September.

B.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Karena orientasinya demikian, sifatnya mendasar dan naturalistis atau bersifat kealamian, serta tidak bisa dilakukan dilaboratorium, melainkan dilapangan.30

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif

30


(53)

ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tertentu. Metode ini beruasaha menggambarkan dan menginterpretasi apa yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang.31

Metode ini dipakai karena dipandang dapat menjelaskan mengenai kompetensi profesional guru IPA di MTs. Nurul Yaqiin.

C.

Sumber data

Pengambilan sumber data dalam melakukan penelitian kualitatif dipilih secara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertent ini, misalnya orang tersebut yang dianggao paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.32 Sumber data yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan di lapangan yaitu melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi dengan kepala sekolah, koordinator program, guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang berkaitan (stakeholder).

b.Data sekunder, yaitu kajian kepustakaan. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data dan teori yang berhubungan dengan implementasi program kelas peminatan melalui jurnal, makalah, buku, dan dokumen-dokumen sekolah.

31

Ibid., h. 100.

32

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D,


(54)

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategi dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.33 Oleh karenanya peneliti menggunakan beberapa teknik sekaligus dengan harapan antara satu dengan yang lainnya dapat saling melengkapi. Teknik yang peneliti gunakan antara lain adalah:

Gambar 3.1

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung dengan cara pengambilan data dengan mengamati secara langsung tanpa menyembunyikan identitas seseorang. Maksudnya penulis mengamati secara langsung proses belajar mengajar guru IPA di kelas.

Tabel 3.1

Instrumen Observasi

33

Ibid., h. 224.

DATA Observasi


(55)

No Subjek Lokasi Aktivitas

1 Guru Kelas Pelaksanaan pembelajaran:

 Kegiatan pendahuluan

 Kegiatan Inti  Kegiatan penutup 2. Siswa Kelas  Keaktifan

 Antusias

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, Guru IPA, dan beberapa siswa untuk mengetahui persepsi mengenai kompetensi profesional guru.

Tabel 3.2

Kisi-kisi wawancara kepala sekolah

Kisi-kisi pertanyaan Butir

Kompetensi guru 1

Peningkatkan kompetensi professional guru 2

Masalah pemahaman salah satu kompetensi professional yang harus dimiliki guru

3


(56)

Kelengkapan administrasi guru 5

Tabel 3.3

Instrument wawancara guru

Kisi-kisi wawancara butir

Ruang lingkup kompetensi professional 1

metode-metode pembelajaran 2

Administrasi guru 3

Peningkatkan kompetensi professional 4

Kelengkapan RPP 5,6

Penetapan metode pembelajaran yang

akan digunakan 7

Tabel 3.4

Instrumen Wawancara siswa

Kisi-kisi pertanyaan Butir

Kegiatan belajar-mengajar 1, 2

Pemahaman materi 3

Saran 4

Tabel 3.5

Instrument Pengukuran Penerapan Metode Pembelajaran Sangat baik Mengetahui dan menerapkan


(57)

11 metode pembelajaran

Baik Mengetahui dan menerapkan 7-10 metode pembelajaran

Cukup baik Mengetahui dan menerapkan 4-6 metode pembelajaran

Kurang baik Mengetahui dan menerapkan 1-3 metode pembelajaran

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yang dimaksud berupa data yang penulis peroleh dilapangan berupa lembar hasil observasi kelas VII, VIII, dan IX ketika proses belajar-mengajar mata pelajaran IPA. Hasil wawancara dengan Bapak. Drs.Rusli, M.Pd selaku kepala sekolah, Ibu Diana selaku Guru mata pelajaran IPA, dan tiga orang siswi yaitu Tita, Dara, dan Aulia. Serta foto dokumentasi selaku bukti pengumpulan data observasi dan wawancara.

Tabel 3.6

Instrument studi dokumentasi

No Jenis dokumen Keterangan

1 Profil sekolah

2 RPP


(58)

E.

Teknik pengolahan data

Gambar 3.2

Komponen dalam Analisis data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data :34

1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksin akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data, bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang berisi naratif. 3. Penarikan kesimpulan, merupakan temuan baru yang

sebelumnyabelum pernah ada kesimpulan dalamhasil

34

Ibid., h. 246-252.

Periode pengumpulan

Reduksi Data

Display Data

Kesimpulan/verifikasi Selama

Selama

Selama

Setelah

Setelah

Setelah Antisipasi


(59)

penyajian data dapat diambil kesimpulan agar lebih mudah dipahami.


(60)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Profil Madrasah

1. Identitas

MTs. Nurul Yaqiin terletak di Jalan Raden Fatah Sudimara Selatan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang 15151. MTs. Nurul Yaqiin berada dalam naungan Yayasan Pendidikan Islam Nurul Yaqiin (YPINY). Nomor statistik madrasah yaitu 121236710021. Nomor pokok sekolah nasional adalah 20606941. MTs. Nurul Yaqiin merupakan Madrasah Swasta. Waktu belajar disekolah ini dimulai dari pagi. NPWP sekolah ini yaitu 02. 331. 192. 1. 402. 000, telp. 021 – 73441601. Berdiri sejak tahun 1989. Nomor SK Pendirian adalah W.i/KA.010./33/1986. Tanggal SK Pendirian pada 17 Juni 1986. Nomor izin surat keterangan operasional adalah Wi./I/PP.005/221/1990. Tanggal surat keterangan izin operasional yaitu 17 April 1990. Status akreditasi MTs. Nurul Yaqiin adalah B, pada tahun 2011 dan dengan nomor surat keterangan akreditasi yaitu 28.00.SMP/MTs.406.11.


(61)

2. Data sarana dan prasarana

Luas tanah madrasah ini adalah 1000 m+, dan Luas Bangunan yaitu 600 m+. Sarana Pendukung Belajar/Mengajar menggunakan sumber penerangan PLN.

Tabel 4.1

Sarana dan Prasarana

No Jenis Ruang/Sarana dan Prasarana

Kondisi Baik Rusak

Ringan

Rusak Berat

1. Ruang Kelas 6

2. Meja Guru 6

3. Bangku Guru 6

4. Meja Siswa 120

5. Bangku Siswa 240

6. Papan Tulis 7

7. Lemari Kelas 6

8. Laptop 1

9. Proyektor 1

10. Alat Peraga IPA 1 11. Pengeras Suara 1

12. Lemari Bola 1

13. Bola Volly 2

14. Bola Basket 2

15. Bola Futsal / Bola

Tendang 2

16. Net Bulu Tangkis 1

17. Corong 10

18. Tongkat Atletik 10 19. Ruang Komputer 1 20. Komputer Praktek 10 21. Ruang Kepala Sekolah 1

22. Ruang Guru 1


(62)

24. Ruang Perpustakaan 1

25. Mushola 1

26. Toilet Guru 1

27. Toilet Siswa 2

Dari daftar tabel diatas diketahui sekolah memiliki sarana dan prasarana yang baik dan cukup untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar. Sarana dan prasarana yang dimiliki dalam kondisi baik atau tidak rusak sehingga layak digunakan untuk guru dan siswa.

3. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tabel 4.2 Tenaga Pendidik

No Nama Pendidik

Tempat Tanggal Lahir

L/P

Status Mengajar Kepegawaian Mata

Pelajaran

1. Eliyanih, S. Ag

Tangerang, 29 Juni 1974

P PNS Al-Qur’an

Hadist

2.

Titin Nuryanih , S. Ag

Tangerang,

20 Juli 1973 P PNS

Akidah Akhlak

3. Mulyadih , S. Pd. I

Tangerang, 1 Desember 1969

L GTY Fikih

4. M. Jaelani HT. S. Ag

Tangerang, 20

Desember 1964

L GTY SKI

5.

Moh. Riyanto, S. Pd

Jakarta, 19 Oktober 1969

L GTY PKN

6. Suwarti, S. Pd

Jakarta, 13 Oktober 1977

P PNS Bahasa

Indonesia

7. Suherni, S. S

Tangerang, 8 Februari 1980

P PNS Bahasa

Arab 8. Avianty, Jakarta, 24 P GTY Bahasa


(63)

S. Pd Maret 1970 Inggris

9.

Upik Sri Veryning sih, S. Pd

Solo, 9 September 1964

P GTY Matematik

a

10.

Diana Sari, S. Pd

Tangerang, 18 April 1984

P GTY IPA

11.

Idha Rini Ambarwa ti, S. Sos

Blora, 5 Oktober 1969

P GTY IPS

12. Lilis Suryani, S. Pd Tangerang, 13 September 1970

P GTY Seni

Budaya

13. Ol

Mufad, S. Pd

Jakarta, 27

Mei 1970 L PNS PJOK

14. Abdul Rosyd, A. Md Tangerang, 19 November 1981

L GTY TIK

15.

Abdul Rosyd, A. Md

Tangerang, 19 Noveber 1981

L GTY Prakarya

16.

H. M. Darma Wijaya Tangerang, 13 Desember 1952

L GTY BTQ

Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa guru yang mengajar di MTs. Nurul Yaqiin mayoritas sudah diploma IV atau S1, akan tetapi hanya lima guru yang sudah menjadi pegawai negri sipil (PNS) dan yang lainnya merupakan guru tetap yayasan (GTY).

Tabel 4.3 Tenaga Kependidikan

No Nama Pendidik

Tempat Tanggal Lahir

L/P Status

Bertugas Sebagai Kepegawaian Tenaga 1. Wahyu

Hubaidi

Tangerang, 11


(64)

2. Iis Maryati

Tangerang, 17

Mei 1976 P GTY Kebersihan

Tenaga kependidikan yang dimiliki oleh MTs. Nurul Yaqiin hanya ada 2 orang saja yang bertugas di tata usaha dan kebersihan.

Tabel 4.4 Pelatih Ekstrakurikuler

No Nama Pelatih

Tempat Tanggal Lahir

L/P Status

Bertugas Sebagai Kepegawaian Pelatih

1.

Moh. Riyanto, S. Pd

Jakarta 19 November 1969

L GTY Pramuka

2. Ade Fiza Fijria

Tangerang, 25 Maret 1996

P GTTY Pramuka

3.

Yuni Sulistyaw ati

Kebumen, 24 Februari 1995

P GTTY Pramuka

4. Bachtiar Tangerang, 7

Agustus 1991 L GTTY Futsal

5.

Muhamma d Indra Purnama

Tangerang, 7 September 1991

L GTTY Marawis

6. Murdih Tangerang, 6

Maret 1972 L GTTY Qasidah

Ekstrakulikuler yang ada di MTs. Nurul Yaqiin hanya ada empat, diantaranya adalah pramuka, futsal, marawis, dan qasidah. Setiap ekstrakulikuler memiliki satu orang pelatih kecuali pramuka yang memiliki tiga orang pelatih.

4. Data Rekapitulasi Siswa

Tabel 4.5

Kondisi Siswa dan Rombel Tahun Pelajaran 2015/2016

JENJANG KELAS

JENIS


(65)

N

JUMLAH 7 8 9

L P < 13

13-15 Th

> 15 Th

SISWA L P L P L P

28 21 32 21 36 18 96 60

49 53 54

TOTAL 49 53 54

156

ROMBEL 2 2 2

Terdapat 6 rombongan belajar data keseluruhan ada 156

siswa yaitu: 49 siswa kelas VII, 53 siswa kelas VIII, dan 54

siswa kelas IX.

B.

Deskripsi Data dan Pembahasan

Tabel 4.6

Aspek metode pembelajaran

No Aspek Keterangan

1. Metode pembelajaran yang dikuasai

Sudah menguasai tujuh metode pembelajaran yaitu: metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode drill, metode problem solving, metode tugas dan resitasi

2. Penerapan metode pembelajaran

Penerapan metode pembelajaran berjalan dengan baik sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efisien


(66)

3. Kesesuaian metode pembelajaran

Metode yang digunakan tepat karena sesuai dengan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran dan pengetahuan awal siswa.

4. Antusias dan efektivitas siswa

Dengan variasi metode pembelajaran yang digunakan, siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti pelajaran dan metode tersebut mampu membuat siswa efektif

5. Pemahaman siswa

Variasi metode pembelajaran yang diterapkan mampu membantu siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan

Penerapan berbagai metode yang dipakai oleh guru IPA di kelas berbeda-beda karena harus sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Tabel 4.7

Metode-metode yang digunakan dikelas VII-1 dan VII-2

Metode yang dipakai pada

materi „besaran dan

satuan’ adalah:35

1. Metode Diskusi

Guru memberikan apersepsi dan motivasi berupa pertanyaan mengenai gejala alam yang termasuk kedalam

35


(67)

besaran dan manfaat satuan dalam pengukuran selanjutnya untuk menguji pengetahuan awal siswa maka guru bertanya mengenai pengertian besaran dan satuan serta satuan internasional.

Guru membentuk siswa menjadi 3 kelompok, kemudian setiap kelompok mendiskusikan mengenai pengertian besaran dan klasifikasinya hingga akhirnya setiap kelompok harus memiliki kesimpulan sementara.

Kemudian setiap kelompok mengukur panjang dan lebar meja guru menggunakan jengkalnya masing-masing dan mistar plastic. Hasilnya dibandingkan dengan kelompok lain.

2. Metode ceramah

Setelah berdiskusi dan mendapatkan kesimpulan sementara maka guru membahas mengenai jawaban dari peserta didik yang telah didiskusikan dan memberikan informasi yang sebenarnya.

3. Metode Tanya-jawab

Setelah guru menyampaikan materi, guru mempersilahkan siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami siswa. Ketika ada siswa yang


(68)

bertanya, guru tidak langsung menjawab melainkan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab dan guru menambahkan jawaban siswa tersebut.

4. Metode latihan/ drill

Metode latihan atau drill digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang telah disampaikan. Guru memberikan soal di papan tulis kemudian siswa maju kedepan satu-persatu untuk menjawab. Setelah siswa menjawab guru membahas secara bersama-sama hasil jawaban tersebut. Sehingga siswa mengetahui cara perhitungan, jawaban benar atau salah.

Metode yang dipakai pada

materi „besaran dan

satuan’ adalah:36

1. Metode ceramah

Guru memberikan motivasi dan apersepsi berupa pertanyaan mengenai manfaat satuan internasional dan menyebutkan satuan untuk besaran panjang, waktu dan massa.

Kemudian guru membahas mengenai manfaat satuan internasional dan satuan untuk besaran panjang, waktu, dan massa. Guru menjelaskan cara

36


(69)

mengkonversikan satuan dengan memakai tangga konversi.

2. Metode kerja kelompok

Guru membentuk 6 kelompok yang terdiri 5-6 orang, kemudian setiap kelompok diberi tugas untuk menuliskan contoh hasil pengukuran, kemudian mengkonversikannya kedalam satuan internasional.

3. Metode Tanya-jawab

Kemudian apabila masih ada siswa yang belum mengerti maka guru mempersilahkan siswa untuk bertanya. Ketika ada siswa yang bertanya, guru tidak langsung menjawab melainkan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab dan guru menambahkan jawaban siswa tersebut.

4. Metode latihan/ drill

Guru memberikan contoh soal latihan cara mengkonversi satuan panjang dengan menggunakan tangga konversi. Lalu peserta didik diminta untuk menyebutkan beberapa hasil pengukuran yang biasa mereka temui dalam kehidupan sehari-hari,


(70)

kemudian mengkonversikannya kedalam satuan internasional

Metode latihan digunakan untuk mengetahui apakah siswa mampu memahami mengenai materi yang telah disampaikan. Guru memberikan latihan tertulis berupa 5 soal untuk dikerjakan dan dibahas bersama-sama agar siswa benar-benar paham dengan materi yang telah disampaikan baik dari penjelasan guru, pertanyaan serta jawaban yang telah dibahas bersama-sama.

Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah (PR) berupa soal PG dan essay

Pada materi besaran dan satuan merupakan IPA bagian fisika. materi ini sulit dipahami, karena mengandung rumus-rumus atau perhitungan. Akan tetapi, setelah penjelasan dari guru, materi ini mampu dipahami dengan baik.37

Pada metode tanya-jawab siswa merasa diberikan waktu leluasa untuk bertanya hal-hal yang tak dimengerti dari materi yang telah disampaikan, serta menyampaikan jawaban yang diketahuinya.

Ketika metode kerja kelompok, siswa terlihat antusias dalam mengerjakan tugasnya, sehingga siswa tidak terpaksa dalam mengerjakannya.

37


(71)

Latihan yang diberikan berupa soal-soal hitungan dari besaran dan satuan. Soal tersebut memang sulit akan tetapi dari penjelasan guru dan pemahaman materi yang dipelajari maka siswa mampu mengerjakan latihan dengan baik dan benar.38

Tabel 4.8

Metode-metode yang digunakan dikelas VIII-1 dan VIII-2

Metode yang digunakan pada

materi „pertumbuhan dan

perkembangan’ adalah: 39

1. Metode Diskusi

Guru memberikan motivasi dan apersepsi berupa pertanyaan tahapan perkembangan embrio dan proses metamorphosis kupu-kupu. Dan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, guru bertanya pengertian

pertumbuhan dan

perkembangan embrio dan pengertian metamorphosis.

Guru membagi siswa menjadi empat kelompok dan setiap kelompok diberikan tugas untuk mendiskusikan pengertian metagenesis, tahapan-tahapan pembelahan zigot, pengertian pertumbuhan dan

38

Ruang Kelas VII-1, 18 Agustus 2015

39


(72)

perkembangan pasca embrionik, perbedaan metamorphosis sempurna dan tidak sempurna.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.

2. Metode ceramah

Guru membahas mengenai jawaban dari setiap kelompok, dan guru menjelaskan mengenai pengertian metagenesis, tahapan-tahapan pembelahan zigot, pengertian

pertumbuhan dan

perkembangan pasca embrionik, perbedaan metamorphosis sempurna dan tidak sempurna.

3. Metode Tanya-jawab

Apabila masih ada siswa yang belum mengerti maka guru mempersilahkan siswa untuk bertanya. Ketika ada siswa yang bertanya, guru tidak langsung menjawab melainkan memberikan


(1)

(2)

(3)

Profil Guru IPA

Nama : Diana Sari, S.Pd

TTL : Tangerang, 18 April 1984 Riwayat pendidikan : - SDN Peninggilan 03 - MTs. Al-Islamiyah Ciledug

- MAN 10 Jakarta

- UIN Syarif Hidayatullah jurusan Pendidikan IPA

Kegiatan yang telah diikuti :

seminar pendidikan diantaranya metode pembelajaran, media pembelajaran, kurikulum 13, dsb.


(4)

BIODATA PENULIS

Nama : Siti Achbarillah TTL : Jakarta, 12 Mei 1993

Hobi : Nonton, Traveling, Membaca Cita-cita : Jadi Orang Profesional e-mail : achbarillah07@gmail.com Lokasi Pennlitian : MTs. Nurul Yaqiin Ciledug-Tangerang

Kesan : Selama penulis menyelesaikan skripsi ini penulis merasa berterima kasih kepada Pihak Sekolah yang sudah mengizinkan untuk melakukan penelitian, dosen pembimbing yang bersedia membimbing serta memberikan masukkan atau saran yang baik, serta keluarga yang selalu memberikan dukungan Pesan : semoga saran yang saya tulis mampu diterapkan oleh pihak sekolah, dan


(5)

(6)