Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

yang belum memiliki profesionalitas yang baik untuk kemajuan pendidikan secara global. 10 Sekarang ini tidak jarang guru yang hanya mengajar se-instan mungkin. Seperti halnya seorang guru hanya memiliki pengetahuan ilmu yang masih minim padahal itu merupakan kunci utama seorang guru untuk mengajar, bagaimana mungkin jika seorang murid bertanya kepada guru akan tetapi guru tersebut tidak mampu menjawab dan menjelaskan secara rinci pertanyaan murid tersebut. Kompetensi profesional guru pasca sertifikasi masih lemah. Penyebab lemahnya kompetensi tersebut, diantaranya karena kemampuan penguasaan sains para guru tersebut pada umumnya masih di bawah nilai rata-rata. Pakar pendidikan dan mantan dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta UMS, Dr. Sofyan Arif, mengungkapkan masalah itu kepada wartawan, dikampus UMS Pabelan. Dia menambahkan, skor para guru SMA rata-rata hanya 9 dari total skor 600. Nilai itu jauh di bawah standar rata-rata dunia 450 dan yang ideal rata-rata 500. 11 Penguasaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi membuat siswa cepat merasa bosan selama kegiatan belajar mengajar. Tidak dapat dipungkiri seorang siswa akan timbul rasa bosan apabila proses belajar mengajar monotonhanya menggunakan satu metode pembelajaran saja, rasa bosan dapat membuat siswa tidak fokus dan malas belajar. Guru yang monoton dalam mengajar sehingga cenderung membosankan hanya akan menyenangkan murid ketika guru tersebut berhalangan atau tidak bisa mengajar. Jika murid bahagia saat guru tidak dapat mengajar membuktikan bahwa guru ini gagal dalam mengajar. 12 10 Pudjosumedi, AS, Dkk. Profesi Kependidikan. Jakarta: UHAMKA Press. 2013, Cet. 1, h. 97. 11 Tok Suwarto, Kompetensi Profesional Guru Pasca-Sertifikasi Masih Lemah, 2014, www.pikiran-rakyat.com. 12 Masykur Arif Rahman. Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar, Jogjakarta: Diva Press, 2011, Cet. 1, h.57. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, serta ketercapaian tujuan yang diharapkan diakhir pembelajaran. Akan tetapi, kegiatan evaluasi pembelajaran masih jarang dilakukan oleh guru kepada siswa. Penggunaan media,alat, dan sumber belajar yang masih kurang padahal penggunaan alat, media dan sumber belajar dengan benar dan sesuai dengan perkembangan zaman membuat siswa menjadi lebih semangat belajar karna proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Penerapan teori belajar yang tidak sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik, hal ini harus dicegah karena setiap tingkatan pendidikan taraf perkembangan siswa berbeda-beda maka seorang guru harus mampu menyesuaikan teori belajar yang dipakai berdasarkan taraf perkembangan siswa. Guru kurang mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran, seperti halnya penyusunan program tahunan, semester, mingguan, dan harian, silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Hal tersebut menyatakan bahwa masih ada guru yang tidak menguasai atau memiliki kompetensi profesional guru. Padahal di sekolah guru dituntut untuk menjadi tokoh sentral yang harus meningkatkan kompetensinya. Tidak semua guru seperti yang telah dipaparkan diatas, salah satunya adalah guru-guru di MTs. Nurul Yaqiin Ciledug-Tangerang. Guru IPA dipilih karena guru ini merupakan guru IPA di MTs. Nurul Yaqiin yang rajin hadir dan datang tepat waktu, pada proses pembelajaran siswai lebih antusias dalam belajar, guru humoris sehingga membuat kegiatan pembelajaran menjadi aktif, dan metode apa yang digunakan guru sehingga siswa lebih antusias dalam pembelajaran IPA. 13 Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut lebih lanjut yang 13 Ruang Kepala Sekolah, 05 Agustus 2015 dirumuskan dalam judul “KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA DI MTs. NURUL YAQIIN CILEDUG-TANGERANG ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut: 1. Kurang bervariasinya penggunaan metode pembelajaran selama proses belajar mengajar. 2. Kurangnya pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa. 3. Terbatasnya alat, media pembelajaran dan sumber belajar yang digunakan.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan kompetensi profesional ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian ini dengan objek penelitian MTs. Nurul Yaqiin Ciledug-Tangerang, meliputi pengetahuan dan penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, perlu kiranya masalah itu dirumuskan agar pembahasan skripsi ini menjadi jelas dan terarah. Adapun perumusan masalahnya: Bagaimana penerapan metode pembelajaran selama proses belajar mengajar guru IPA di MTs. Nurul Yaqiin Ciledug- Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi profesional guru pada aspek penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian terhadap kompetensi profesional guru, diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, antara lain: a. Manfaat teoritis Dapat mengembangkan pemikiran dalam bidang manajemen pendidikan. b. Manfaat praktis 1 Bagi pembaca Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang kompetensi profesional guru sehingga membantu meningkatkan kompetensi profesional. 2 Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi profesional guru. 9

BAB II Kajian Teori

A. Kompetensi Profesional Guru 1. Pengertian kompetensi profesional Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, pasal 1:10 tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Johnson manyatakan: “Competency as rational performance which satisfactirily meets the objective for a desired condition ”. Menurutnya, kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukan oleh penampilan atau untuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan rasional dalam upaya mencapai suatu tujuan. 14 Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. 15 14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: kencana prenada media, 2008, Cet. 5, h. 17. 15 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h. 29. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki untuk mencapai tugas yang telah ditetapkan. Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. 16 Berdasarkan peraturan pemerintah PP Nomor 18 tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasannya salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kompetensi profesional. Merupakan kemampuan seorang guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi penguasaan materi keilmuan, penguasaan kurikulum, dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan pengembangan profesi. Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkatan keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. 17 Kompetensi profesional adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. 2. Dimensi kompetensi profesional Ruang lingkup kompetensi profesional, meliputi: 18 16 E. Mulyasa, Standar Komepetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. 4, h. 135. 17 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. 3, h. 145. 18 Mulyasa, op. cit., h.135-136 1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. 2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. 3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. 5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat-alat, media, dan sumber belajar yang relevan. 6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. 8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. Tabel 2.1 Kompetensi profesional guru mata pelajaran IPA di SMPMTs dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Kompetensi Profesional Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mata Pelajaran IPA di SMPMTs 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 1.1 Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teroi IPA serta penerapannya secara fleksibel. 1.2 Memahami proses berpikir IPA dalam mempelajari proses dan gejala alam. 1.3 Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan