Pengaruh imobilisasi pada sistem muskuloskeletal meliputi gangguan mobilitas permanen. Keterbatasan mobilitas memengaruhi otot pasien dengan menunjukkan tanda
kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan penurunan stabilitas. Pengaruh laindari keterbatasan mobilitas yang memengaruhi sistem skeletal adalah gangguan
metabolisme kalsium dan gangguan mobilitas sendi. Pemecahan protein akan mengakibatkan hilangnya massa tubuh pasien, yang membentuk sebagian otot. Oleh karena itu, penurunan
massa otot tidak mampu mempertahankan aktifitas tanpa peningkatan kelelahan. Massa otot menurun akibat gangguan metabolisme dan otot tidak digunakan dalam jangka waktu yang
lama Potter dan perry, 2005.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu pasien.Oleh karena itu,
pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing Association ANA Nursalam, 2009.Menurut Hidayat
2012 Pengkajian pada kebutuhan mobilisasi dan imobilisasi meliputi, riwayat sekarang, penyakit terdahulu, kemampuan fungsi motorik, kemampuan mobilitas, kemampuan rentang
gerak, perubahan intoleransi aktifitas, kekuatan otot, gangguan koordinasi, dan perubahan psikologi.
a. Pengkajian riwayat pasien saat ini
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi : alasan pasien yang menyebabkan terjadinya keluhangangguan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan
imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas. b.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas seperti adanya riwayat penyakit sistem neurologi cerebro vaskuler, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, cedera medulla spinalis, dan lain-lain, riwayat penyakit
sistem kardiovaskuler infark miokard, gagal jantung kongestif, riwayat penyakit
Universitas Sumatera Utara
muskuloskeletal osteoporosis, fraktur, artritis, riwayat penyakit sistem pernafasan penyakit paru obstruktif menahun, pneumonia, dan lain-lain, riwayat pemakaian obat-obatan seperti
sedatif, hipnotik, depressan sistem saraf pusat, laksatif, dan lain-lain. c.
Pengkajian terhadap kemampuan mobilitas Pengkajian terhadap kemampuan mobilitas meliputi kemampuan untuk miring, duduk,
berdiri, bangun, dan berpindah secara mandiri.
Batasan Karakteristik
Menurut Wilkinson dan ahern 2011, batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik secara objektif dapat dilihat penurunan reaksi, kesulitan membolak-balik posisi tubuh,
dispnea saat beraktifitas, perubahan cara berjalan misalnya, penurunan aktifitas dan kecepatan berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan
menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun ke samping, pergerakan menyentak, keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus, keterbatasan
kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar, keterbatasan rentang pergerakan sendi, tremor yang diinduksi oleh pergerakan, ketidakstabilan postur tubuh, melambatnya
pergerakan, gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi. Menurut carpenito 2009, batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik terdiri dari batasan karakteristik mayor dan batasan
karakteristik minor.Mayor 80-100 yaitu terganggunya kemampuan untuk bergerak secara sengaja didalam lingkungan misalnya, mobilitas ditempat tidur, berpindah tempat,
ambulasi, dan keterbatasan rentang gerak range of motionROM.Minor 50-80 yaitu keterbatasan gerak dan keengganan untuk bergerak.
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat
kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tingkat Aktifitas
Tingkat aktifitas
mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuhmandiri
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat atau peralatan
Tingkat 2 Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan peralatan atau alat
Universitas Sumatera Utara
Tingkat 4 Semua tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan. Sumber : Potter dan Perry 2005
Pengkajian mobilisasi pasien berfokus pada rentang gerak, gaya berjalan, latihan, dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran tubuh. Rentang gerak merupakan jumlah maksimum
gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagittal, frontal, dan transversal tubuh. Pengkajian rentang gerak range of motion-ROM dilakukan
pada daerah seperti: kepala leher spinal servikal, bahu, siku, lengan, jari-tangan, ibu jari, pergelangan tangan, pinggul, dan kakilutut, telapak kaki, jari kaki.
Tabel 2.2 Pengkajian Rentang Gerak
Gerak sendi Derajat
rentang
normal ˚
Leher Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada
Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak Hiperekstensi : menekuk kepala kebelakang sejauh mungkin
Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler
Bahu Fleksi : menaikkan lengan dari posisi disamping tubuh ke depan ke
posisi di atas kepala Ekstensi : mengembalikan lengan keposisi disamping tubuh
Hiperekstensi : mengembalikan lengan hingga kebelakang tubuh, siku tetap lurus
Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap keposisi yang paling jauh
Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin
45 45
10
40-45 180
180 180
45-60 180
320
Siku Fleksi : angkat lengan bawah ke arah depan dan kearah atas menuju
bahu Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan tangan
150
Pergelangan Tangan Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah
Ektensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke arah atas
Adduksi : tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas
80-90 80-90
70-90
0-20 30-50
Tangan dan Jari
Universitas Sumatera Utara
Fleksi : buat kepalan tangan Ekstensi : luruskan jari
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan kebelakang sejauh mungkin Abduksi : Kembangkan jari tangan
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 90
90 30
20 20
Pinggul Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas
Ekstensi : menggerakkan kembali kesamping tungkai yang lain Hiperekstensi : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
90-120 90-120
30-50
Pinggul Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
Adduksi : menggerakkan tungkai kembali ke posisi medial dan melebihi jika mungkin
30-50 30-50
Lutut Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai 120-130
120-130
Mata kaki Dorsofleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk
keatas Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke
bawah 20-30
45-50
Jari-jari kaki Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain
Adduksi : merapatkan kembali bersama-sama 30-60
30-60 ≤15
≤15 Sumber : Potter dan Perry 2005
Pengkajian terhadap intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem pernafasan antara lain, suara nafas, cek analisa gas darah, gerakan dinding thoraks,
adanya mukus, adanya nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan perubahan sistem kardiovaskuler seperti, nadi, tekanan darah, gangguan sirkulasi
perifer, adanya thrombus serta perubahan tanda-tanda vital selama melakukan aktifitas dan perubahan posisi. Pengkajian terhadap kekuatan otot, untuk menentukan derajat kekuatan otot
sebagai berikut :
Tabel 2.3 Derajat Kekuatan Otot
Skala Presentase
Kekuatan Normal
Karakteristik
Paralisis sempurna 1
10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau
dilihat 2
25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan
Universitas Sumatera Utara
topangan 3
50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75
Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100
Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal
Sumber : Potter dan Perry 2005 Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan adanya gangguan mobilitas dan
imobilitas antara lain, perubahan perilaku, meningkatnya emosi, perubahan dalam koping mekanisme dan lain-lain. Data Dasar Pengkajian Pasien dengan gangguan mobilisasi
berdasarkan Doenges 2000 antara lain : a.
Aktivitasistirahat keterbatasankehilangan fungsi pada bagian yang terkena Fraktur.
b. Sirkulasi
Hipertensi sebagai respons terhadap nyeri, cemas, atau respon kehilangan darah. Takikardia sebagai respons stress, hipovolemia. Penurunantidak ada nadi pada bagian
distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi yang cedera.
c. Neurosensori
Hilangnya gerakansensasi, spasme otot, kebas atau kesemutan parestesis dengan tanda deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat
kelemahanhilang fungsi. Serta adanya agitasi berhubungan dengan nyericemas atau trauma lain.
d. NyeriKenyamanan
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera mungkin terlokalisasi pada area jaringankerusakan tulang dapat berkurang pada immobilisasi.Tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
e. Gangguan Pergerakan
Meliputi penyebab gangguan pergerakan, tanda dan gejala, dan efek dari gangguan pergerakan Tarwoto dan wartonah, 2003.
f. Pemeriksaan Fisik
Universitas Sumatera Utara
Tingkat kesadaran, posturbentuk tubuh skoliosis, lordosis, kifosis, dan cara berjalan, Ekstremitas kelemahan, gangguan sensori, tonus otot, atropi, tremor, gerakan tak
terkendali, kekuatan otot, kemampuan jalan, kemampuan duduk, kemampuan berdiri, nyeri sendi, dan kekakuan sendi Tarwoto dan wartonah, 2003.
2. Analisa data